Laporkan Jika Ada Link Mati!
Koleksi Buku

Kolam Darah

“Waktumu sudah habis, Suharyadi. Dan aku paling benci berdebat. Maka, ambillah kerisku ini. Hukum dirimu sendiri karena telah menghujat arwah leluhurmu yang terhormat ini!” Dengan memegang ujung keris di tangannya, sosok bangsawan di hadapan Suharyadi menyodorkan gagang keris berbentuk kepala ular itu ke arah Suharyadi. Yang seketika bergerak surut ke belakang. Ketakutan. Tetapi sesuatu menghalangi langkahnya. Yakni suara berdesis liar dari arah tungku. Lidah api yang menjilat-jilat hebat seakan berusaha meraih kaki Suharyadi. Mengelak terkejut, Suharyadi kemudian berlari panik menjauhi

Sang Duda

Surat itu dibacanya dengan bernafsu. Sebentar-sebentar dia tersenyum. Isinya lucu. Inikah remaja zaman sekarang? ”...sayang sekali foto An nggak ada yang bagus. Kalau kirim yang jelek nanti Papa kira An memang jelek. Padahal nggak. Eh, ge-er ya? Habis An nggak camera-face sih. Tapi nanti deh, kalau kebetulan dapat yang bagus pasti An kirim. Cuma buat apa sih foto segala ya? Mendingan Papa lihat orangnya aja. Bagusan juga orangnya. Hadiahnya bagus, Pa! Trims. Katanya Mama yang memilih. Duitnya dari Papa. Weselnya udah diuangkan, Pa. Lain kali kalau mau kasih hadiah Papa yang milih sendiri
Pages (19)1234567 Next
 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger