Laporkan Jika Ada Link Mati!

Bukan Karena Aku Tidak Mencinta



NIESYE bagaimana, kalau tante piara kucing ini? Tante akan bawa dia ke dokter," kata nyonya Benyamin. Niesye tidak menjawab. Kucing dia peluk erat-erat. Dia tidak mau dipisahkan dari cintanya.

"Niesye, sama tante Benyamin pus tentu akan sembuh! Kita di sini tidak boleh memeliharanya, Niesye! Tante Laura tahu, Niesye sayang sama pus. Dan Niesye tidak mau pus menderita, bukan?" kata Laura membelai Niesye.

Niesye lebih erat lagi memeluk anak kucing. Pus mengeong, menyandarkan badannya pada dada Niesye. Butir-butir airmata sekali lagi membasahi pipinya. Niesye memeluk anak kucing itu dengan semua kasih sayang yang dapat dia berikan pada seseorang. Sudah bertahun-tahun, ia merindukan cinta, la merindukan mencintai, sekalian dicintai! Cinta yang dia rasakan begitu tulus, sehingga ini membuat dia menderita. Menyadari bahwa justru karena dia mencintai, dia harus membiarkan anak kucing pergi, maka semakin menjadi-jadi tangisnya. Begitu sakit rasanya mencintai. Cinta  yang dia rasakan begitu murni, dan membara tapi pada saat yang bersamaan dia juga tahu bahwa tidak mungkin dia memiliki apa yang dia cintai ini.

Niesye sadar, tidak mungkin dia mementingkan keingin annya untuk memiliki. Dia menginsyafi juga, bahwa men-cintai tidak selalu harus memiliki. Dia tahu, bagaimanapun dia ingin agar , bisa selalu bersama cintanya ini, tapi tidak ada tempat bagi anak kucing di rumah yatim. Entah bagaimana, pada saat yang bersamaan, dia seperti melihat bayangan seorang wanita meletakkan anak bayi di muka rumah yatim piatu. Niesye lalu teringat pada sehelai kain batik dan sebuah gelang. Pelan-pelan1’ dia melangkah mendekati nyonya Benyamin.

Niesye kini mengerti, bahwa cinta saja tidak cukup un memungkinkan dia dapat memiliki anak kucing. Dia meninggalkan Niesye dan Laura yang lama mengikutinya dengan pandangan dari belakang. Masih sekali Nyonya Benyamin menoleh, melambaikan tangan dan berjanji dalam hati untuk menjaga serta memelihara anak kucing dengan baik. Dia langsung membawa anak kucing pada tetangganya seorang dokter hewan dan ternyata kucing itu hanya lapar saja. Nyonya Benyamin masih belum mau pulang.

"Terus saja, jangan dulu pulang."

Supir bertanya-tanya dalam hatinya, "Mengapa nyonya begini tingkahnya?"

"Kemana, nya?, tanya supir pak Yono, melihat nyonyanya yang termenung, tidak memberi perintah lebih lanjut.

“Ke blok M saja," kata nyonya Benyamin yang enggan pulang ke rumahnya.

sudah meninggalkan Laura dan Niesye, ada rasa sepi dan dalam dirinya. Cuaca mendung, membuat hatinya lebih menjerit. Di rumahnya kini hanya ada suaminya. Kebahagiaan Vyang dia rasakan pada pesta pernikahan Anneke, seakan akan ikut pergi bersama Anneke.

Adrian sudah ke Bandung, begitu juga adik-adik .mereka Natasha dan Ari untuk berlibur. Dia merasa begitu sendiri. Mula-mula, apabila berkumpul dengan anak-anak, ada kegembiraan dalam dirinya. Tapi akhir akhir ini dia merasa terasing. Seperti hari itu sebelum anak-anaknya ke Bandung. Nampak Ferry dan Adrian mengobrol dengan suaminya, lalu _ tertawa terbahak-bahak. Katanya, "Ada apa tokh, kalian tertawa seperti ada yang lucu?"

Beberapa kali dia bertanya tapi mereka sibuk tidak memperhatikannya. Akhirnya suaminya mengatakan, "Ini omongan lelaki sayang, bukan sesuatu untukmu."

Begitu juga sebelum berangkat ke Bali, pesan Anneke padanya, "Mam, jangan terlalu memanjakan Ari, papa benar juga, mama terlalu memanjakan dia dan itu tidak baik."

Dalam perjalanan ke blok M, dia berpikir, "Akhirnya anak-anakku adalah pantulan dari pribadi suamiku, aku yang salah."

Dia lantas melirik pada anak kucing yang berada di dekatnya. Tangannya secara otomatis membelai anak kucing. Terlintas; pada pikirannya untuk meminta Niesye tinggal bersamanya. Terasa anak kucing mendekapkan badannya pada nyonya Benyamin.

Sesaat ada kehangatan di hatinya, yang tadinya terasa kosong. Cintanya terbalas dengan cara yang sederhana, ketika anak kucing lebih mendekapkan tubuhnya padanya. Dan ini membuat dia terharu, dan menimbulkan kebahagia-an dalam dirinya.

Ada keinginan padanya untuk mempunyai anak lagi. Dia merasa seakan sudah tidak dibutuhkan lagi.

Dalam mencintai dia ingin dibutuhkan. Dia lalu teringat pada suaminya. Dia yakin suaminya mencintainya, tapi tidak terlalu „ membutuhkannya. Dalam banyak hal suaminya dapat berdiri sendiri. Seperti seringkali dikatakan tuan Benyamin, "Sarah, aku tidak membutuhkan siapa-siapa. Kau tidak perlu melakukan apa pun, cukup mengurus dirimu, dan aku mau supaya engkau selalu terawat dan selalu cantik."

Bukan Aku Tak Mnecinta
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger