Laporkan Jika Ada Link Mati!

Tinta Cinta Sitti Hawwa

Di luar, aku makin terpana. Kata Abi Ahmad, shalat adalah pilihan. Sesuai rukun Islam versi mereka bahwa rukun kedua adalah pembinaan teritorial, bahwa seseorang harus mencari orang sebanyak mungkin. Makanya, apa pun kegiatan mereka dalam mencari jamaah ini, dapat dikategorikan sebagai sha-lat. Selain itu, bila diibaratkan masa Rasulullah, za-man sekarang adalah zaman jahiliah, di mana shalat belum diwajibkan. Saat negara ini mengumumkan kemerdekaan untuk kedua kalinya, saat itulah shalat diwajibkan.

Password E-Book ini : 1982

Sejak hari itu, aku memutuskan untuk berhenti ikut tilawah. Aku mulai mencari seribu satu alasan untuk tidak mengaji. Pergi ke luar kota, sakit, urusan keluarga, urusan kuliah, pokoknya semua kuke-luarkan.

Kemudian, Abi Ahmad mulai sering menelepon. Katanya, tidak ikut pengajian juga tidak apa-apa, asalkan aku terus membayar iuran. Aku makin muak mendengarnya.

“Kamu berhenti tilawah hanya karena itu?”

“Hanya, katamu? Ini bertentangan dengan Semua yang kuyakini, Mal. Aku menjadi warga sebuah negara yang didirikan atas nama Islam, tapi pendu-duknya tidak shalat dan tidak naik haji, serta tidak

percaya pada jin dan malaikat. Tadinya, aku pikir negara ini mampu menjadikan Indonesia negara yang lebih baiki”

“Kamu sudah terlalu lama hidup di negara kafir, jadi susah untuk mengerti. Shalat dan naik haji belum diwajibkan karena negara kita memang masih berupa gerakan bawah tanah. Kalau naik haji sekarang, berarti kita masih patuh pada hukum negara kafir, karena tata caranya masih mengacu pada tata cara negara tersebut.”

“Tata caranya disebutkan dengan jelas dalam Al-Quran! Dan kamu juga shalati”

“Selama ini shalatku juga hanya supaya orang-orang luar tidak curiga, supaya aku terlihat sama Seperti orang lain pada umumnya. Kamu tahu sendiri betapa berbahayanya kalau perjuangan ini sampai di-ketahui negara luar.”

Melihatku diam saja, Malik meneruskan dengan nada putus asa, “Saat Islam baru turun, ide untuk menyembah satu Tuhan juga dianggap tidak masuk akal. Tolonglah Hawwa, jangan terlalu egois. Buka pikiranmu dan tidak perlu selalu berburuk sangka. Nanti kamu juga akan mengerti.”

“Aku tidak bisa, Mal! Lama-lama aku bisa gila karena pertentangan-pertentangan seperti ini! Aku mau keluar saja...”

Plak!

Malik menamparku!

Download

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger