Laporkan Jika Ada Link Mati!

Pandaya Sriwijaya

Judul : Pandaya Sriwijaya
Penulis : Yudhi Herwibowo
Penerbit : Bentang Pustaka
Format Ebook : Digibook dan APK

"Bagaimana mungkin ini terjadi?"

Suara Sri Maharaja Balaputradewa terdengar tak percaya. Ia sudah mendengar hampir semua sepak terjang Panglima Tambu Karen. Ia bahkan beberapa kali bertemu saal panglima bhumi itu datang di Bhumijawa. Sungguh, kesan setialah yang langsung ditangkapnya ketika ia berkcnal.m dengan sosok itu. Walau tak banyak bicara, ia bisa merasakin kesetiaannya pada Sriwijaya.

Selain itu, kesaktian Panglima Tambu Karen juga tak pernah diragukan lagi. Berita tentang kisah-kisah

pertarungannya telah menyebar Seantero negeri. Para tukang dongeng akan terus mengulang dan mengulang kisahkisahnya menaklukkan seratus datu dan anak-anak kecil yang tengah bermain pedang-pedangan akan selalu berebutan meniru sosoknya.

Pu Chra Dayana menyembah untuk bicara. "Hamba pikir” ujarnya, "mungkin ia mendapat dukungan dari Malaya”

Sri Maharaja Balaputradewa menyapukan pandangannya kepada semua yang hadir. Di undakan yang kedua itu, selain Pu Chra Dayana, terlihat juga Panglima Bhumi Cangga Tayu dan Panglima Samudra Jara Sinya, serta pemimpin kelompok rahasia Wangseya, Wantra Santra. Satu sosok yang biasanya tak terlihat, tetapi kini selalu hadir di antara mereka adalah Dapunta Cahyadawasuna. Ia kini memang telah diangkat sebagai salah satu penasihat Sri Maliaraja Balaputradewa. Kedudukannya sama seperti yang lainnya. Namun, karena proses pengangkatannya baru saja terjadi, Dapunta Cahyadawasuna lebih banyak diam dalam silanya.

Sri Maharaja Balaputradewa kemudian teringat dengan kedatangan Wantra Santra beberapa malam lalu. Wantra Santra ketika itu melaporkan tentang Minanga Tamwa yang mulai mengadakan perekrutan pasukan besar-besaran. Waktu itu ia masih menduga-duga saja, tak menyangka bahwa Minanga Tamwa bertindak lebih cepat dengan mengumumkan pelepasan dirinya dari Sriwijaya.

Di sisi yang lain, Panglima Samudra Jara Sinya juga tampak tengah berpikir dalam. Ia merasakan beberapa keganjilan dalam masalah ini. Ia mengenal Panglima Bhumi Tambu Karen dengan baik. Ia telah berperang bersamanya hingga puluhan kali. Ia selalu bahu-membahu dengan panglima bhumi itu untuk menaklukkan lawan. Tak dimungkirinya, sosok Panglima Bhumi Tambu Karen adalah sosok dengan kesaktian luar biasa. Hingga, tak ada seorang pun di Sriwijaya ini yang dapat menandingi kesaktiannya.

Akan tetapi, bukan kenangan itu yang mengganggu pikirannya, tetapi ucapannya saat Panglima itu akan meninggalkan Telaga Batu.

Ia masih ingat kalau hari itu mendung menggantung di atas kepalanya.

"Jagalah dirimu baik-baik, Panglima”ujarnya ketika itu.

Dan Panglima Bhumi Tambu Karen hanya tertawa kecil dan menepuk punggungnya, "Kau yang harus menjaga dirimu, Jara” ujarnya. "Semoga kau. tak bernasib seperti aku, hahaha”

Saat itu ia hanya mengerutkan keningnya mencoba mencerna kalimat itu. Namun, ucapan lanjutan dari Panglima Bhumi Tambu Karen kembali terdengar, "Satu pesanku kepadamu, Jara” suaranya memelan. "Perhatikan baik-baik. Wantra Santra”

"Perhatikan ia baik-baik”tambahnya.

Sungguh, ucapan itu membuat Panglima Samudra Jara Sinya terdiam cukup lama. Sebelumnya ia tak pernah menemukan adanya persaingan antara dua tokoh itu. Namun, kepindahan Panglima Tambu Karen dari Telaga Batu memang sedikit banyak lebih menguntungkan Wantra Santra.

Tanpa sadar Panglima Samudra Jara Sinya melirik sosok Wantra Santra yang bersila tak jauh darinya.

Ya, keganjilan itu memang jelas ada pada kelompok rahasia Wangseya! Bukankah merekalah yang mengamati secara langsung keadaan di seluruh Bhumi Sriwijaya? Bagaimana mungkin informasi sedemikian penting bisa begitu saja terlewatkan? Apalagi perahu-perahu perang yang sekarang memenuhi perairan Minanga Tamwa yang sebesar sambausambau Sriwijaya. Itu pastilah dibeli di sebuah tempat.

Bukankah di Bhumi Sriwijaya sendiri belum ada perakitan perahu-perahu berukuran besar? Sehingga sangat mungkin perahu-perahu besar tersebut dibeli di Bhumijawa ataupun di Pugu, daerah yang kini disebut Myanmar. Hanya di situlah terdapat perakitan perahu besar dengan dua tiang layar, bahkan lima tiang layar.

Ya, ini memang terasa sangat ganjil. Mungkin untuk membeli perahu dari Bhumijawa tentulah tak mungkin karena perlintasannya dari arah selatan akan melewati banyak patroli sambau Sriwijaya. Satu-satunya kemungkinan adalah membelinya dari Pugu dan melintasinya melalui sebelah barat Batanghari. Bukankah itu jelas wilayah yang diawasi oleh kelompok rahasia Wangseya?

Semua pikiran itu berkecamuk di kepala Panglima Samudra Jara Sinya. Namun, ia tak mencoba berkata apa-apa. Hanya saja sejak hari itu, ia memutuskan akan lebih mengawasi sosok penuh misterius di sebelahnya ini.


Download PC 

Download Andro

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger