Laporkan Jika Ada Link Mati!

Otobiografi Valentino Rossi

Judul Buku                  : Otobiografi Valentino Rossi (Andai aku tak pernah mencobanya)
Diterjemahkan dari The Autobiography of Valentino Rossi What if I had never tried it
Penulis                         : Valentino Rossi
Penerjemah                  : Doni Suseno
Penerbit                       : Ufuk Publishing House
Tahun Terbit                : 2005
Jumlah Halaman          :302 halaman

Otobiografi sederhana ini banyak memberikan pelajaran dan inspirasi kepemimpinan, baik yang diungkapkan secara eksplisit maupun implisit.

Valentino Rossi, untuk selanjutnya akan disebut Rossi, mengawali penggalan kisah hidupnya dengan cerita singkat kemenangannya pada Australian Grand Prix 2001 dan 2004. Dalam kedua kompetisi tersebut, ia pun berhasil meraih gelar juara dunia baru kategori motor 500cc dan MotoGP. Ia menceritakan secara rinci sirkuit terakhir yang ia lalui saat itu.

Kesalahan sekecil apapun, terutama saat berada dalam kecepatan yang tak tepat, membuat riwayatmu tamat.

Pemimpin diharuskan untuk menentukan strategi dalam menyelesaikan permasalahan. Ia harus berhati-hati dalam melangkah dan mengambil keputusan. Dalam balapan, kesalahan kecil yang dilakukan oleh pembalap di sirkuit akan membuatnya gagal bahkan celaka. Pemimpin yang tidak mampu mengatur strategi, mungkin akan mengorbankan orang-orang di sekelilingnya karena ia tak mampu menganalisis risiko atas setiap keputusan yang diambil.

Memang kita perlu menghindari masalah, melaju mendahului yang lain lalu tetap memimpin di depan, namun ada kalanya kita sadar tak mampu melakukannya sehingga lebih baik menunggu momen yang tepat, yaitu saat berada pada putaran terakhir.

Lagi-lagi, Rossi pun membicarakan strategi yang ia pakai sehingga dapat meraih prestasi tertingginya menjadi juara dunia. Mungkin ini nampak sederhana, seorang pemimpin yang berkualitas akan mampu menganalisis kekuatan timnya, mengatur timing yang tepat untuk bertindak dan melangkah.

Aku tahu persis bagaimana aku bisa menang atau kalah.

Mungkin ini terlihat sepele. Rossi sedikit “membuka” bahwa saat ia kalah, hanya dia, dan Tuhan tentunya, yang mengetahui benar penyebab kekalahannya. Begitupun kemenangan yang ia raih. Para penggemarnya dapat berkomentar apapun, namun ia lebih mengetahui kekalahan dan kemenangannya sendiri. Dengan demikian, ia jujur terhadap dirinya sendiri dan sudah memiliki pemahaman yang mendalam tentang dirinya dan karirnya. Seorang pemimpin harus mengenali kemampuan dirinya sehingga dapat melakukan yang terbaik untuk timnya.

Aku bersama Yamaha, aku dalam posisi puncak. Kalau aku memenangi balapan ini, maka aku akan mengubah karirku sekaligus membuat sejarah baru dalam olahraga ini.

Pemimpin pasti memiliki visi dan mimpi yang tinggi, yang ditransfer pada orang-orang yang dipimpinnya untuk dapat menggerakkan orang-orang tersebut sehingga mampu mencapai impian bersama tersebut. Ambisi inilah yang akan mendorong sebuah tim untuk berjuang keras menjadi yang terbaik. Analoginya dengan seorang pembalap yang sejak start balapannya tentu sudah menginginkan untuk meraih posisi pertama dalam sirkuit, mengalahkan lawan-lawannya, dan meraih kemenangan. Mimpi Rossi untuk membuat sejarah juga mengantarkannya untuk berjuang sekuat tenaga. Pemimpin-pemimpin besar dunia juga menciptakan sejarah mereka sendiri. Tengok saja Nabi Muhammad SAW, Soekarno, Mahatma Gandhi, Ahmadinejad, Ronald Reagan, Sun Tzu, dan tokoh-tokoh besar lain dengan sejarah perjuangan mereka mengubah dunia.

Setelah puas dengan beberapa strategi awal, Rossi pun menceritakan awal keinginannya untuk meninggalkan Honda. Ia merasa sudah tidak sejalan dan tidak sevisi lagi dengan perusahaan tersebut. Keputusannya pindah ke Yamaha juga merupakan hal berat untuk ia sendiri, meskipun itu adalah keputusannya, terutama bagi partner kerjanya di Honda.

Sebagaimana yang aku bilang, aku ingin menunjukkan kalau manusialah yang lebih penting dibanding mesin, pembalaplah yang utama dalam memaksimalkan kinerja motornya.

Esensi kepemimpinan dari petikan kalimat ini ialah bahwasanya seorang pemimpin harus mampu “memanusiakan” orang-orang yang dipimpinnya. Dengan demikian, orang-orang tersebut merasa termotivasi dan dihargai dalam tim. Honda yang memuja dan mengagung-agungkan motornya, harus menelan bulat-bulat kenyataan bahwa ia ditinggalkan oleh salah satu pembalap andalannya, Rossi. Dalam manajemen pun dikenal sebuah teori motivasi yang merumuskan tentang apresiasi, reward, dan punishment.

Aku menginginkan sebuah tim yang mementingkan peran pembalapnya, dan yang lebih mempercayai pengalaman dan sensitivitas manusia daripada data komputer semata. Sebuah tim yang tenang dan santai. Sebuah tim yang memberiku, juga kepala insinyurku, Jeremy, kesempatan untuk mengembangkan motornya.

Download

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger