Laporkan Jika Ada Link Mati!

Barack Hussein Obama

UNIK. Hanya itu kata yang rasanya pas untuk me­ngomentari diri Barack Hussein Obama. Saat Ameri­ka Serikat sedang gencar-gencarnya melancarkan "perang terhadap teror", yang (di)identik(kan) de­ngan Islam, Obama justru muncul sebagai kandidat presiden dengan "Muslim connection" yang sangat kuat.

Bagaimana tidak? Ayah kandungnya, Barack Hussein Sr., berasal dari keluarga Muslim Kenya. Meskipun di kemudian hari sang ayah dikatakan menjadi ateis, dan Obama sendiri kini seorang Kris­tiani, sanak kerabat Obama di Kenya hingga kini adalah Muslim yang taat. Contohnya saja nenek tiri Obama, Sarah Hussein Obama, hingga kini masih ra­jin bangun pagi untuk shalat subuh. Namanya sen­diri, "Barack Hussein", makin memperkuat kesan "Muslim connection". "Barack" ternyata berasal dari bahasa Arab, baraka, dan "Hussein" tentu lebih kentara lagi. Lebih "celaka" lagi, tokoh bernama Hu­ssein yang paling lekat dalam benak orang Amerika adalah Saddam Hussein yang sudah dicap sebagai penjahat besar. Tak heran, nama Barack Obama pun akhirnya dengan gampang dipelesetkan menjadi "Barack Osama".

Lebih seru lagi, masa kanak-kanak Obama se­bagian dilewatkan di tengah-tengah masyarakat Muslim tepatnya di Jakarta, Indonesia, negara Mus­lim terbesar di dunia. Setelah bercerai dengan Ba­rack Hussein Sr., ibu Obama menikah dengan Lolo Soetoro, seorang Jawa yang lagi-lagi Muslim. Oba­ma sekeluarga pun diboyong ke Jakarta. Di sana, Obama bergaul akrab dengan anak-anak tetangga yang mayoritas Muslim. Konon dia suka juga ber­main di masjid dan bahkan ikut belajar mengaji. Di sekolahnya, karena ibunya tak beragama, Obama didaftarkan beragama Islam, mengikuti agama ayah tirinya. Tak heran di kemudian hari muncul isu di Amerika bahwa Obama pernah bersekolah di sebuah madrasah di Jakarta.

Dengan "Muslim connection" yang amat kuat ini, bisakah Obama menjadi presiden kulit hitam per­tama Amerika Serikat? Pertanyaan sejenis itu akhir- akhir ini selalu melayang setiap kali media atau orang membicarakan pemilihan Presiden Amerika Se­rikat 2008 nanti. Sejak mulai berkampanye menca­lonkan diri sebagai presiden, nama Obama langsung menyedot perhatian dan perdebatan semua pihak, baik media massa, warga negara Amerika Serikat, masyarakat umum, termasuk sebagian bangsa Indo­nesia. Bahkan media misalnya Newsweek terang- terangan berani berspekulasi mengenalkan dia seba-- gai "orang kulit hitam pertama yang dipandang mungkin sebagai pemenang".

Barack Obama memang sedang menunggang angin. Ia tengah jadi rising star politik Amerika Seri­kat yang sejak dipimpin George W. Bush reputasi­nya sangat tidak populer akibat ketetapan politik yang sangat agresif, militeristik, dan suka campur tangan pada urusan dalam negeri sejumlah negara lain. Orang yang sumpek pada berbagai keputusan Bush Junior, berharap muncul kesegaran dari pemili­han presiden baru, dan ternyata harapan itu muncul lebih awal, salah satunya pada diri Obama. Tentu saja Obama bukan satu-satunya calon presiden yang menarik perhatian maupun paling berpeluang; tapi angin sedang condong padanya dibandingkan pada kandidat lain. 
 
Kubu Partai Demokrat, Republik, dan Independen masing-masing punya sejumlah na­ma calon, namun boleh diperdebatkan bahwa setiap orang mengamini bisa jadi yang paling menarik per­hatian ialah Barack Obama. Di antara semua calon presiden, tak pelak lagi dia yang paling beda. Hanya dia yang berkulit hitam, salah satu calon presiden paling muda saat ini (2007) usia dia 45 tahun. Po- lling calon presiden di negaranya, baik yang dise­lenggarakan lembaga tertentu atau media massa, membuktikan bahwa reputasi Obama terus-terusan naik dan positif, bahkan ada kalanya dia menduduki urutan pertama mengungguli kandidat lain yang ja­uh lebih senior dan berpengalaman. 
 
Menyaksikan itu, tentu Obama punya "sesuatu" di luar prakiraan banyak pihak bahwa kemunculannya amat tiba-tiba, menyeruak di antara sejumlah tokoh politik mapan, didukung latar belakang sejarah keluarga yang pan­jang dan mengagumkan. Dibandingkan faktor itu se­mua, Obama seolah-olah anak bawang yang tiba- tiba jadi pujaan hanya karena memiliki pesona/ke- unggulan pribadi tertentu. Tapi ternyata dia pelan- pelan memantapkan reputasi dan terus membangun keyakinan dan kemungkinan bahwa dia layak dipilih menjadi presiden sebuah negara adidaya.

Momen politik Obama terjadi ketika dia terpilih sebagai salah satu pemberi pidato utama pada Kon­vensi Nasional Demokratik 2004 (Démocratie Natio­nal Convention, DNC); waktu itu dia sedang menjadi.....
 
Download

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger