Laporkan Jika Ada Link Mati!
Koleksi Buku

Lupus - Kutukan Bintik Merah

Anak-anak lalu masuk. Di dalam ruangan yang gelap-gelap tai ayam, ternyata Hockus Pockus sudah menunggu di meja bundarnya. Tujuh kursi sudah tersedia, lengkap dengan penganan kecil dan kopi di atas meja.

"Nggak usah dijelaskan, Sur, saya sudah tau nama teman-temanmu dan tujuan mereka datang ke sini," cegah Hockus Pockus ketika Gusur akan menjelaskan. "Yang item keriting itu namanya Boim, kan. Dia ke sini mau minta diramal jodoh juga, kan?" tebak Hockus Pockus kemudian. Gusur mengangguk. Anak-anak takjub. Sedang Lupus masih belum terpengaruh.

"Oke, biar cepet, kalian saya ramal sekaligus," putus Hockus Pockus. Lalu Hockus Pockus menyuruh anak-anak bergandengan dan menutup matanya. Anak-anak melakukan apa yang diminta Hockus Pockus. Lupus ikut. Cuma nggak lama kemudian Lupus membuka matanya. Diliatnya Hockus Pockus meliuk-liuk kayak belut sakit perut.

"Kus Kus, interupsi sebentar!" pekik Lupus. Hockus Pockus kaget, dan membuka matanya. Lalu melotot marah ke arah Lupus.

"Kalau saya lagi konsen, jangan banyak ngomong Paham?"

"Sori, Kus. Tapi saya nggak mau diramal. Saya mau numpang ke kamar mandi aja. Udah kebelet, nih!" pinta Lupus.

"Hm, bilang dong dari tadi!" umpat Hockus Pockus.

Lalu Lupus disuruh ke belakang.

"Belok aja ke kiri. Kalau ketemu pintu yang ada stiker Mickey Mousenya, nah di situlah tempatnya. Jangan lupa disiram, ya!" jelas Hockus Pockus kemudian.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Lupus langsung melesat ke belakang. Sedang Hockus Pockus kembali melanjutkan liukannya sambil membaca mantera.

"Bang bang tut, akar gulang galing. Siapa yang kentut, ditembak raja maling...."

Sementara itu Lupus terus menuju ke belakang. Sampai akhirnya ia tiba di ruangan yang gelap dan bau sengak. Lupus meraba-raba. Tanpa sengaja tangannya meraba saklar lampu. Dalam sekejap ruangan pun jadi terang benderang. Kini Lupus bisa melihat jelas keadaan ruang an yang sebenarnya. Ada meja, kursi, vas bunga, dan guci antik. Bahkan ada juga botol-botol selai yang berisi berbagai macam ramuan. Di pojok ada sapu lidi besar yang ada tangkainya, persis sapu lidi nenek sihir. Lupus terus menyelidiki ke sana kemari. Sampai Lupus melihat ada benda yang diselubungi kain putih. Lupus mem- bukanya. Ternyata benda tersebut adalah gitar.

http://www.mediafire.com/file/z4zs5lfsv07jri9/Lupus%20-%20Kutukan%20Bintilk%20Merah.rar

Tentara Langit Di Karbala

Ketika Imam Ali terbaring sakit, mendekati ajal yang siap menjemputnya akibat pukulan telak dari pembunuh yang berlumuran dosa, sebagian sahabat memintanya agar dia bersedia menentukan pengganti dari putra-putra dan keluarganya seteleh dia wafat. Namun, Imam Ali menolak dan menganjurkan mereka untuk memilih sendiri seseorang yang mereka sukai dan ridhai.

Memang, Imam Ali tidak pernah berwasiat kepada salah satu pun anak-anaknya untuk menjadi khalifah, tetapi di sana ada wasiat lain yang menyibukkan jiwanya. Dia menyimpannya untuk anak-anaknya tersebut. Imam Ali memanggil Hasan dan Husain kepadanya, dan berkata,

“Aku berwasiat kepada kalian berdua untuk bertakwa kepada Allah. Janganlah kalian mencari dunia, meskipun ia mencari kalian Janganlah bersedih terhadap dunia yang hilang dan kalian. Berbuatlah kebaikan. Jadilah kalian musuh orang yang zalim dan penolong bagi orang yang dizalimi.”

Sungguh, kata-kata yang pantas bagi pemiliknya dan wasiat yang tepat bagi pemberinya.

***

Orang-orang berkumpul di sekelilingnya. Pandangan dan hati mereka tertuju kepada satu sosok yang didambakan untuk menjadi khalifah pengganti. Mereka pun menggelar sumpah untuk memberikan baiat kepadanya.

Dia adalah lelaki mulia, Hasan ibn Ali, putra tertua Imam Ali.

Hasan pun menerima baiat setelah prosesi acara shalat jenazah dan pemakaman ayahnya.
Hasan menerimanya dengan penuh keterpaksaan karena mereka tidak memberikan hak kepadanya untuk memilih, dan tidak menerima alasan apa pun untuk menolak. Dengan cepat, Qais ibn Sa’ad bin Ubadah, pahlawan Anshar dan Islam berdiri memberikan baiat untuk dirinya. Lalu diikuti oleh khalayak ramai dan golongan-golongan yang berdatangan.

Kondisi masih belum aman untuk Hasan dan kondisi pada saat itu sangat jauh dan ketenangan dan ketenteraman.

Kabut hitam yang menyelimuti, membuatnya harus menerima baiat. Kekhalifahan adalah pengorbanan besar diantara sekian pengorbanan yang dilakukannya. Namun, ada sesuatu yang disembunyikan, hingga buat Hasan merasa sangat berat untuk menerima kekhalifahan ini.

Hal itu adalah kecintaan Hasan yang sangat mendalam terhadap perdamaian, dan ramalan Rasulullah kepadanya ketika masih kecil. Yaitu pada suatu hari nanti Allah akan menghentikan penumpahan darah umat Islam dikarenakan oleh dirinya. Sahabat-sahabat Rasulullah masih teringat jelas hari itu, ketika Rasul menaiki mimbar ditemani Hasan, cucunya yang masih kecil, yang berjalan tertatih-tatih. Rasulullah menggendongnya dan mendudukkannya di sampingnya kemudian berkata,

“Cucuku ini adalah seorang kesatria. Dengan dirinya, mungkin Allah akan mendamaikan dua golongan umat Islam yang sedang berseteru.”

Sekarang, datanglah waktunya, waktu yang tepat untuk menunjukkan kebenaran ramalan ini.

Sekarang, marilah kita lihat Amirul Mukminin, Hasan ibn Ali, ketika menyikapi masalah dengan dua pertimbangan:

Tentara Langit

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger