Laporkan Jika Ada Link Mati!
Koleksi Buku

Dewi Ular [1] - Roh Pemburu Cinta

Pramuda segera bergegas dekati mobilnya. Mak Supi hanya sampai di pintu pagar, menunggu perintah selanjutnya. Karena menurut dugaannya, Kumala dan Pramuda akan pergi lagi. Jika benar begitu berarti ia harus membuka pintu pagar yang sudah ditutup sebagian saat mobil masuk tadi.

"Bagaimana?" tanya Pramuda dengan wajah tegang.

"Kita pergi dulu dari sini! Lekas bawa aku pergi ke mana saja!" kata Kumala dengan nada datar, wajahnya tampak tegang.

Pramuda pun segera masuk ke dalam mobil setelah memberi isyarat kepada Mak Supi agar membuka pintu pagar lebar-lebar.

"Apa yang terjadi sebenarnya, Mala?" tanya Pramuda sambil sibuk memundurkan mobilnya.

"Tidak ada apa-apa. Nanti saja ceritanya." jawab Kumala masih datar.

Pramuda juga tak berani mendesak karena ia tahu keadaan Kumala sedang tegang sekali. Agaknya ada sesuatu yang telah terjadi pada dirinya, sehingga gadis yang mengaku sebagai bidadari Dewi Ular itu merasa harus cepat-cepat menjauhi bahaya yang ada di dalam rumah.

"Mak, kunci pintu dan kau tidur di rumah Pak RT dulu. Ceritakan kejadian ini pada beliau!"

"Baik, Tuan," jawab Mak Supi dengan gugup, lalu Pramuda melesat pergi bersama mobilnya. Padahal Mak Supi sebenarnya ingin ikut, karena ia sangat takut di rumah sendirian. Tapi begitu mendengar perintah untuk ke rumah Ketua RT, Mak Supi sedikit lega karena mendapat tempat aman di rumah Ketua RT nanti.

"Sudah sana, Mak... ke rumah Pak RT saja!"ujar Maryati. "Apa kataku tadi, lapor saja sama Pak RT, kan?"

"Tapi... tapi pintu garasi dan pintu ruang tamu belum kukunci tuh!" Mak Supi tampak bingung, karena ia merasa takut untuk mendekati teras.

"Tinggalkan saja dulu. Biar kuawasi dari sini!" ujar Kasmi. "Nanti kau minta bantuan petugas Hansip untuk mengunci pintu rumah. Sekarang pergilah ke Pak RT dulu."

Namun ketika Maryati ingin menimpali kata-kata Kasmi, tiba-tiba matanya terbelalak kaget, demikian pula Kasmi dan Mak Supi. Mereka memandang ke arah garasi yang masih dalam keadaan terbuka. Dari dalam garasi tampak ada orang yang melangkah setengah berlari keluar. Dan ternyata orang itu adalah Kumala Dewi yang wajahnya penuh keringat.

"Mak Supi... Kemana Tuan Pram dan mobilnya?" seru Kumala sambil melangkah mendekati Mak Supi yang masih di luar pagar. Maryati dan Kasmi lebih mendekat lagi, karena mereka ingin memperjelas penglihatannya, benarkah gadis itu adalah Kumala Dewi yang tadi tampak berada dalam mobil bersamaPramuda.

Ketiga pelayan itu akhirnya saling tertegun bengong memandangi Kumala yang terengah-engah Mak Supi sempat melirik ke bawah, ternyata kedua kaki Kumaia menapak di tanah.

Download

Download


Wanita Dirindu Surga

Diceritakan dari Ali, bahwa ketika Rasulullah menikahkannya dengan Fatimah, beliau mengirimkan pakaian dan bantal dari sabut serta dua piring makan dan dua kendi minum kepadanya. Pada suatu hari, Ali berkata kepada Fatimah, "Demi Allah, aku telah menimba air dari sumur sampai dadaku merasa sakit, sedangkan bapakmu memiliki banyak tawanan perang. Pergilah kepada bapakmu untuk minta seorang pembantu!"

Fatimah berkata, "Demi Allah, aku telah memasak makanan sampai kedua tanganku kasar dan membengkak."

Ia kemudian datang kepada Rasulullah.

Melihat putrinya datang, Rasulullah kemudian bertanya, "Ada apa engkau kemari, wahai Putriku?"

Fatimah menjawab, "Aku datang untuk mengucapkan salam kepadamu."

Fatimah merasa malu untuk mengutarakan maksudnya. Oleh karena itu, ia kemudian kembali ke rumahnya.

Melihat istrinya telah kembali, Ali langsung bertanya, "Apa yang telah engkau katakan pada ayahmu?

Fatimah hanya menjawab, “Aku merasa malu untuk meminta sesuatu kepada beliau."

Maka keduanya kemudian datang ke tempat Rasulullah secara bersama-sama. Ali kemudian berkata kepada Rasulullah, "Demi Allah, wahai Rasul! Aku telah begitu banyak menimba air dari sumur sampai dadaku terasa sakit."

Lalu Fatimah juga berkata, "Demi Allah, aku juga capai memasak sampai tanganku kasar dan membengkak, sementara Allah telah memberikan banyak tawanan dan kelapangan. Maka berikanlah seorang pembantu untuk kami."

Rasul kemudian berkata, "Demi Allah, aku tidak bisa memenuhi permintaan kalian berdua, sementara aku membiarkan ahlus suffah (sekelompok sahabat yang miskin dan tinggal dipemondokkan dekat masjid nabi serta sibuk dalam ketekunan beribadah)perutnya kelapatan, dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk menafkahi mereka. Lebih baik aku menjual para tawanan dan hasilnya aku gunakan untuk menafkahi mereka.”

Akhirnya, mereka berdua kembali dengan tangan kosong.

Rasulullah kemudian mendatangi mereka berdua. Saat itu, mereka berdua sedang berada dalam selimut kecil (jika keduanya menutup kepalanya maka kedua kaki mereka akan terbuka dan jika keduanya menutupi kedua kaki mereka, kepala mereka terbuka). Keduanya kemudian bangkit dengan malu-malu.

Rasulullah kemudian berkata, "Tetaplah dalam posisi kalian berdua. Maukah kalian aku beri kabar tentang sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?"

Keduanya kemudian menjawab "Iya. Kami mau."

Rasul bersabda, Beberapa kalimat yang telah diajarkan Jibril kepadaku, kalian bisa membaca tasbih setiap selesai shalat sebanyak 10 kali, membaca tahmid 10 kali, dan membaca takbir 10 kali. Jika kalian hendak beranjak tidur, hendaknya kalian membaca tasbih sebanyak 33 kali, membaca hamdalah sebanyak 33 kali, serta membaca takbir sebanyak 34 kali."

Ali berkata, "Demi Allah aku tidak pernah meninggalkan amalan ini sejak Rasu mengajarkannya kepadaku." (HR Bukhari dan Muslim)

Pinokio

Pada awalnya Pinokio berpura-pura tak peduli dan bertindak sebaik mungkin, tapi akhirnya karena kehilangan kesabaran dia menantang mereka yang paling keterlaluan mempermainkannya dan berkata pada mereka dengan sangat marah, "Urus diri kalian sendiri! Aku datang kemari bukan untuk menjadi bulan-bulanan kalian. Aku menghormati orang lain dan aku ingin dihormati."

"Hai si mulut besar! Kau telah bicara seperti buku!" teriak para bajingan muda yang kemudian dikuasai tawa dan salah satu dari mereka, yang lebih tidak sopan diantara yang lainnya, mengangkat tangannya bermaksud untuk memegang ujung hidung Pinokio. Tapi dia kalah cepat karena Pinokio mengayunkan kakinya dari bawah meja dan menendang tulang kering bocah itu.

"Aduh, kakinya keras sekali!" erang bocah itu sambil menggosok-gosok memar yang disebabkan oleh tendangan Pinokio.

"Sikutnya bahkan lebih keras dari kakinya!" teriak yang lain yang mendapatkan pukulan di perutnya karena mempermainkan Pinokio dengan kasar.

Tendangan dan pukulan itu membuat Pinokio mendapatkan simpati dan hormat dari seluruh bocah di sekolah. Mereka semua berkawan dengannya dan benar-benar menyukainya. Bahkan kepala sekolah memujinya karena dia sangat penuh perhatian, tekun belajar, dan pandai, selalu datang ke sekolah paling awal dan paling akhir meninggalkan sekolah. Tapi dia membuat satu kesalahan, dia memiliki terlalu banyak teman dan beberapa dari mereka adalah anak-anak nakal yang terkenal malas belajar dan suka melakukan keburukan.

Kepala sekolah menegurnya setiap hari dan Sang Peri juga mengingatkannya berkali-kali, "Hati-hatilah, Pinokio! Teman sekolah yang nakal cepat atau lambat akan membuatmu malas belajar dan mungkin suatu saat membuatmu celaka."

"Tak perlu khawatir akan hal itu!" jawab Pinokio sambil mengangkat bahunya dan menyentuh dahinya seperti berkata, "Aku terlalu pintar untuk membiarkan itu terjadi!"

Pada suatu hari ketika dalam perjalanan ke sekolah, dia bertemu beberapa teman jahatnya yang bertanya, "Sudahkah kau mendengar datangnya berita luar biasa?"

"Belum."

"Di laut dekat sini telah muncul paus sebesar gunung."

"Benarkah? Apakah itu paus yang sama dengan yang muncul ketika Papaku tenggelam?"

"Kami akan pergi ke pantai untuk melihatnya Maukah kau bergabung?"

"Tidak. Aku akan pergi ke sekolah."

"Apa urusannya dengan sekolah? Kita akan pergi ke sekolah besok. Baik kita mendapatkan pelajaran atau tidak kita tetap keledai juga."

"Tapi apa yang akan dikatakan kepala sekolah?" 

"Kepala sekolah boleh berkata apa saja sesukanya. Dia dibayar untuk mengomel sepanjang hari."

"Dan mamaku?"

"Para mama tidak tahu apa-apa, "jawab bocah-bocah kecil nakal itu.

"Kalian tahu apa yang akan kulakukan?" kata Pinokio. "Aku memiliki alasan untuk melihat paus itu, tapi aku akan pergi melihatnya sepulang sekolah saja."

“Keledai malang!” seru salah satu bocah. “Kaupikir paus sebesar itu mau menunggumu? Begitu dia capek berada di sana, dia akan pindah ke tempat lain dan semuanya akan terlambat.”

download

Wiro Sableng (104) Peri Angsa Putih

"Sosok cebol, makhluk apa kau sebenarnya? Siapa dirimu? Apakah kau punya nama?"

Murid Eyang Sinto Gendeng menyeringai. "Kau boleh memanggil saya Si Cebol, Si Kontet atau Si Katai! Suka-sukamulah wahai Peri Angsa Putih...."

Peri cantik itu tertawa lebar mendengar kata-kata Pendekar 212.

"Mendengar tutur bicaramu jelas kau bukan penduduk Latanahsilam, walau kau bicara coba meniru logat orang sini. Pakai wahai segala! Aneh terdengarnya. Apa benar kau berasal dari dunia seribu dua ratus tahun lebih tua dari dunia kami?"

"Saya dan kawan-kawan memang berasal dari dunia lain. Kami kesasar datang ke sini...."

"Bagaimana bisa kesasar?"

"Itu yang masih kami selidiki. Tapi saat ini yang kami inginkan adalah kembali ke dunia kami. Jika tidak mungkin, jika nasib kami harus tetap mendekam di negeri ini maka kami ingin agar sosok kami bisa dibuat sebesar sosok orang-orang yang ada di sini. Kalau tidak bahaya akan selalu mengikuti kemana kami pergi."

"Katamu kau datang kesasar ke negeri ini. Berarti sulit mencari jalan pulang. Untuk memenuhi keinginanmu menjadi sebesar kami, siapa pula yang bisa melakukan nya?"

"Hanya ada satu orang. Hantu Tangan Empat." jawab Wiro.

"Mengapa kau begitu yakin kakek satu itu bisa menolongmu?" tanya Peri Angsa Putih.

"Kami pernah bertemu dengannya di Tanah Jawa...."

"Tanah Jawa? Di mana itu?" tanya Peri Angsa Putih.

Wiro garuk-garuk kepalanya. "Negeri asai kami. "Sulit bagaimana menerangkannya padamu. Waktu berada di Tanah Jawa, sosok Hantu Tangan Empat sama besarnya dengan sosok tubuh kami. Kalau dia berada di sini tentu sosoknya sama besar dengan orang-orang di sini. Berarti dia punya ilmu membesar dan mengecilkan tubuh...."

"Kau cerdik." kata Peri Angsa Putih seperti memuji.

"Tidak, itu jalan pikiran wajar-wajar saja," jawab Wiro polos. "Peri Angsa Putih, melihat kepada wajahmu yang cantik dan tutur bicaramu yang sopan, saya tahu kau seorang Peri baik hati. Tetapi mengapa kau tidak mau menolong diriku mempertemukan dengan Hantu Tangan Empat?"

"Soalnya aku tidak tahu di mana dia berada."

Wiro tersenyum. "Tadi saya dengar kau berkata tidak mau membawa saya pada kakek itu tanpa ijinnya. Bagi saya berarti kau tahu di mana Hantu Tangan Empat berada. Malah saya menduga kau punya hubungan dekat dengan orang tua itu.... Seingat saya Hantu Tangan Empat hidungnya mancung bagus. Hidungmu juga mancung bagus. Mungkin itu Embanmu atau...."

"Apa itu Emban?" tanya Peri Angsa Putih.

Wiro jadi garuk-garuk kepala lagi.

"Maksud saya mungkin dia kakekmu...."

Peri Angsa Putih kembali tertawa. "Kalau aku tidak mau menolongmu, apa yang akan kau lakukan?"

"Ya, bagaimana ya? Tapi saya tidak percaya suara mulutmu sama dengan suara hatimu        "

Peri Angsa Putih tersenyum. Makin banyak bicara dengan makhluk di atas telapak tangannya itu makin senang hatinya.

"Makhluk cebol yang tak mau memberitahu nama...."

"Nama saya Wiro. Wiro Sableng." ujar Wiro.

Peri Angsa Putih tertawa cekikikan.

"Ada yang lucu wahai Peri Angsa Putih?"

"Kau tahu apa arti sableng di negeri Latanahsilam ini?" tanya Peri Angsa Putih.
Wiro menggeleng.

"Di Latanahsilam sableng artinya kencing kuda! Hik... hik... hik." Sang Peri tertawa cekikikan.

Asap Itu Masih Mengepul

Rasa-rasanya dia jujur. Yang dituturkannya bukan cerita rekaan. Menurut data dia dilahirkan pada tahun 1959 sedangkan pemberontakan PKI terjadi tahun 1965, Jadi ceritanya masuk akal juga.

Bagaimanapun dia kuminta mengganti nama orangtua yang tertera dalam biodatanya.

Masalah yang menyangkut diri guru itu menjadi rumit dan berlarut-larut diawali dengan datangnya surat kaleng yang kuterima dari seseorang yang menamakan dirinya “wakil masyarakat desa Kalijambe. Dalam surat itu dipersoalkan mengapa seorang anak gembong PKI dapat diangkat menjadi pegawai negeri dan bahkan menjadi guru yang mengajar Pancasila. Andaikata surat kaleng tersebut tanpa disertai tembusan ke instansi lain, antara lain ke Kandep Dikbud, sebenarnya aku tidak perlu melayaninya. Akan tetapi, karena ada tembusan, aku terpaksa melapor ke kandep. Kebetulan waktu aku datang melapor di ruang kerja kakandep ada tamu pengawas. Kepada kedua pejabat itu aku menceritakan secara kronologis kejadian-kejadian yang menyangkut diri anak buahku itu. Ternyata kedua pejabat itu sependapat bahwa kehadiran guru anak tokoh PKI itu telah menimbulkan keresahan di masyarakat. Karenanya aku diminta membuat laporan tertulis kepada kakanwil, tembusannya dikirim ke kandep. Tentu saja permintaan itu kupenuhi.

Sehari kemudian pengawas datang ke sekolahku. Di buku pembinaan dia menulis catatan, “Sambil menunggu kebijaksanaan kakanwil, Saudara dibebaskan dari tugas mengajar, bisa membantu kegiatan perpustakaan,” Kepadaku Pak Pengawas bercerita bahwa pada masa Orla di kabupaten ini ada dua Ramli yang tergolong PKI kelas kakap. Satu Ramli BTI dan yang lain Ramli PGRI-NV, Ayah anak buahku adalah Ramli BTI.

Sejak kedatangan pengawas ke sekolahku, guru tersebut tidak kuberi jam mengajar. Dia tidak memprotes, patuh saja pada perintahku. Sebagai kepala sekolah aku merasa harus lapor kepada kepala bidang di kanwil. Aneh, atasanku di bidang teknis-edukatif itu tidak sependapat dengan pengawas.

“Yang berdosa terhadap Bangsa dan Negara adalah ayahnya, bukan dia. Mengapa dia harus menanggung dosa ayahnya? Tidak ada dosa keturunan!”

“Akan tetapi, Bapak Kakandep dan Pengawas menilai kehadirannya di sekolah saya tidak diterima oleh masyarakat, menimbulkan keresahan dan kerawanan,”

“Kehendak masyarakat tidak selamanya harus kita turuti,” kata kepala bidang lagi, “Api keributan sudah lama padam. Asapnya sempat melambung tinggi, tetapi asap itu jangan dibiarkan mengepul terus.”

“Kalau begitu saya mohon Bapak sudi membantu saya.”

“Membantu bagaimana?”

“Buatlah sekadar memo yang menyatakan Bapak mengizinkan dia mengajar kembali,” kataku.

Atasanku itu diam. Sesudah berpikir sejenak dia berkata, “Coba temui Bapak Kabag Kepegawaian, Beliau adalah ketua tim skrining,”

Kembali terjadi kejutan. Ketua tim skrining itu ternyata terheran-heran mendengar laporanku. Dia merasa kebobolan, ada anak tokoh PKI bisa diangkat menjadi guru mata pelajaran Pancasila.

“Jelas tidak boleh. Coba Saudara bayangkan, bagaimana dia bisa berbicara tentang pemberontakan G30S. Lidahnya mesti kaku. Kelu. Karena itu, orang semacam itu harus dikantorkan.” kata pejabat itu, “Pulang sajalah, Saudara. Tunggu sampai kami mengambil ke putusan. Untuk sementara dia tidak boleh mengajar.”

Dengan demikian, kepergianku ke Semarang tidak mengubah nasibnya. Anak buahku itu tampak sangat kecewa, Soalnya dia sudah sangat tidak betah jadi petugas perpustakaan.

“Anak-anak sinis terhadap saya, Pak,” katanya pada suatu kesempatan, “Malah sebagian di antara mereka ada yang terang-terangan mengejek saya. Martabat saya di perpustakaan lebih rendah daripada pesuruh. Omongan saya sama sekali tidak mereka hargai.”

Pada kesempatan lain dia menuturkan ketidak enakannya sebagai guru yang dilarang mengajar. “Yang dirugikan bukan cuma saya pribadi,” katanya, “Adik perempuan saya ikut merasakan getahnya. Beberapa waktu yang lalu sudah ada pemuda yang mendekatinya, mau resmi melamar. Begitu mendengar saya dinonaktifkan sebagai guru, pemuda itu mundur. Luka lama kambuh kembali. Masalah ayah sedikit demi sedikit mulai dilupakan orang, tetapi begitu saya terkena hukuman, orang pun kembali membicarakan masa lalu ayah. Saya mohon Bapak bisa merasakan penderitaan kami.”
Aku tidak bisa banyak bicara. Paling-paling menasihatinya agar bersabar dan jangan mudah berputus asa.

Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa kerjanya sebagai petugas perpustakaan makin hari makin jelek. Aku prihatin sekali sebab pada dasarnya dia memiliki rasa tanggung jawab besar. Kembali aku melapor kepada kepala bidang di Semarang, “Beri dia tugas mengajar, selain Pancasila.” begitu bunyi memo yang kubawa pulang. Keputusan itu membuat hatinya agak lega. Dia kuberi tugas mengajar Tatanegara, mata pelajaran yang juga dikuasainya.

Asap Mengepul
Download

Never Trust A Dead Man

Penduduk desa berhenti, sekitar lima atau enam langkah darinya. Jauhnya kira-kira satu lemparan sekop.

"Melangkahlah ke sini, Nak," kata Linton, keponakan Miller. Selwyn belum tahu maksud perkataan itu.

"Tetap di situ," perintah ayah Selwyn seolah-olah Selwyn tidak mencurigai apa-apa.

"Kami hanya ingin berbicara dengannya," kata Thorne.

"Baik. Bicaralah," kata ayah Selwyn. "Pendengarannya cukup baik."

Thorne menatapnya selama beberapa saat. Lalu ia berkata, "Farold mati. Ia dibunuh di penggilingan tadi malam."

Farold adalah keponakan Derian, tukang penggiling, sepupu Linton. Selwyn terkejut bahwa seseorang telah dibunuh dalam komunitas mereka yang tenang, tapi tidak kaget kalau korbannya Farold. Ia bahkan lega karena Farold yang mati, bukan yang lain. Senang, kalau boleh dikatakan dengan jujur, bahwa jika itu memang harus terjadi pada seseorang, hal itu terjadi pada Farold. Namun dia tahu bahwa dia tidak boleh membiarkan hal semacam itu terlihat pada air mukanya. Ia mencoba memikirkan hal-hal yang baik saja.

Farold tidak seburuk itu sebenarnya, katanya pada diri sendiri. Farold lebih baik dari... Ah, lebih baik daripada duduk di atas paku. Ia juga lebih baik daripada mematahkan gigi karena biji keras persik.
Ayahnya bertanya, "Apa yang menyebabkan kalian berpikir bahwa Selwyn yang melakukannya?"

Ada banyak alasan. Sebenarnya dengan melihat penam pilan mereka, hanya itulah alasan mereka ke sini. Bagaimana mereka bisa berpikir bahwa Selwyn akan membunuh seseorang, bahkan orang yang menjengkelkan dan bertingkah seperti Farold? Tapi Thorne memandang tepat ke arahnya dan bertanya kepadanya, bukan kepada ayahnya, "Kamukah yang melakukannya?"

Selwyn perlu beberapa saat untuk mengeluarkan suara.

"Bukan," katanya. Ia heran karena Thorne yang sudah mengenal dirinya begitu lama dapat bertanya dengan mimik muka yang datar seperti itu.

"Baiklah kalau begini," kata Thorne.

"Hal ini tidak mungkin," pikir Selwyn. Mereka telah ber jalan jauh dari Penryth dan tidak mungkin langsung berbalik kembali hanya dengan keterangan bahwa dirinya tidak bersalah.

"Kami semua di sini kemarin," ayah Selwyn berkata ke- pada mereka. "Tadi malam katamu? Kami semua disini kami berempat, sepanjang malam. Aku, anak ini, ibunya, dan neneknya. Kami akan bersaksi untuknya."

Hal itu menyebabkan Selwyn menggigil tetapi hal itu ditutupinya dengan gerakan berpura-pura mengibaskan seekor lalat. Lalu ia melipat tangannya di dada dengan sikap agak menantang.

"Baiklah," kata Thorne. "Mari kembali ke desa, jelaskan semuanya kepada Bowden. Kita lihat apakah ada sesuatu yang kau ketahui dan mungkin dapat menolong kami untuk menetapkan siapa yang membunuhnya."

Orang-orang yang ada di belakang Thorne terlihat tidak percaya dan menganggap hal itu tidak rasional.

"Saya kan baru saja menjelaskan pada kalian," kata ayahnya. "Dan ingatlah, ada beberapa orang yang senang kalau Farold mati."

Setelah itu ia memandang tepat ke arah Linton, seperti meminta maaf karena berbicara buruk tentang seseorang yang telah mati di depan sanak saudaranya, atau seperti mengingatkan setiap orang bahwa Linton adalah orang yang diuntungkan dengan kematian Farold karena sekarang ia adalah sanak terdekat yang masih hidup dari penggiling tua yang kaya itu.

Linton meludah ke tanah, tampaknya meludahi mereka

Kata Thorne, "Begini Rowe, biarkan Selwyn ikut dengan kami untuk menerangkannya sendiri. Bowden adalah orang yang rasional. Tapi putrinya menangis terus- menerus..."

Bowden. Ia adalah ayah Anora dan Selwyn tahu kare- na Anoralah ia dituduh. Sepanjang musim panas, ia dan Farold berlomba menarik perhatian dan mendapat kan kasih sayang Anora dan akhirnya Anora memilih Farold.

Dua minggu yang lalu, kedua pemuda itu bertarung di jalan di hadapan semua orang. Atau lebih tepatnya, Selwyn mencoba untuk bertarung dan Farold—yang lebih besar, lebih tinggi, dan lebih kuat— berhasil menjatuhkannya secara kasar ke atas onggokan tanah seolah-olah Selwyn berusia kira-kira sepuluh tahun lebih tua, dan lebih seperti hiburan bagi penonton. Jadi sekarang, tampaknya setiap orang berpikir bahwa Selwyn telah memperpanjang pertarungan itu.

"Gadis itu menuduhnya?" tanya ayah Selwyn, karena dia tak pernah berpikir kalau Anora akan bersikap demikian. Selwyn terkejut dengan pikiran itu.

"Tidak," kata Thorne. "Aku sudah katakan, kejadiannya semalam: Tidak ada yang melihat. Derian juga tidak mendengar apa-apa, apalagi dengan suara ributnya kincir air dan keadaannya yang setengah tuli itu. Tampaknya pembunuh memanjat dan masuk lewat jendela. Bi arkan anak ini pergi dan bicara, Rowe. Biar urusannya beres. Kau pikir dengan berlaku seperti ini akan membantu masalah?"

Download

Pendekar Cinta II

Siang hari itu cukup terik, sudah beberapa lama hujan tidak turun mendinginkan bumi. Seorang dara muda dengan dandanan sederhana memasuki warung makan tersebut, langkah kakinya sangat anggun dan tenang. Wajahnya cantik sekali hingga membuat para pelanggan warung makan tersebut menghentikan kegiatan makan mereka. Hampir semuanya memandang ke arah gadis tersebut, mereka sangat kagum melihat kerupawa nan wajah si gadis. Ada yang memandang dengan terang-terangan, mengerling, atau melirik secara diam-diam. Berbagai macam pikiran timbul di kepala mereka, ada yang memiliki pikiran tak senonoh seolah-olah hendak menelanjangi si gadis dengan tatapan mata mereka, ada yang hanya mengagumi saja namun ada juga yang mengkhwatirkan si gadis.

Dengan tenang Cin-Cin (gadis muda itu) berjalan menuju ke sebuah meja kosong yang terletak di sisi jalan dan memesan beberapa macam sayur dan sepoci teh hangat. Ia sudah terbiasa melihat pandangan pria-pria tadi, sejak turun gunung sudah ratusan kali ia menghadapi tatapan seperti ini. Pada awalnya ia merasa risih dan malu, namun lama kelamaan terbiasa bahkan ia merasa bangga akan kecantikannya. Entah sudah beberapa kali ia menghajar pemuda-pemuda iseng yang berusaha merayu dan menghinanya.

Sambil menunggu pesanannya datang, Cin-Cin meman dang ke arah jalanan. Suasana jalanan itu sangat ramai dengan lalu lalang orang, di sepanjang jalan nampak pedagang-pedagang kecil berjualan di sisi jalan menawarkan bermacam-macam barang dagangan, mulai dari bakmi, buah-buahan, permen, dan lain-lain. Dimana ada keramaian biasanya pengemis pun hadir mengais rezeki. Beberapa pengemis muda tampak berlalu-lalang, mereka mengenakan pakaian pengemis pada umumnya, tapi bagi kaum kang-ouw mereka mengetahui para pengemis tersebut merupakan anggota perkumpulan pengemis terbesar Kay Pang. Pada jaman itu Kay Pang sedang dalam masa puncak keemasannya, anggota Kay Pang sudah mencapai jutaan orang dan tersebar kemana-mana. Tak pelak lagi Kay-Pang adalah perkumpulan terbesar di dunia persilatan.

Saat itu Kay Pang di pimpin oleh Sun-Lokai yang merupakan ketua Kay Pang terlama dalam sejarah perkumpulan Kay Pang. Dalam masa kepemimpinannya pamor Kay Pang meningkat pesat dari perkumpulan yang miskin menjadi perkumpulan yang makmur. Dialah orang yang berhasil menyatukan Kay Pang menjadi satu kesatuan perkumpulan pengemis, tiada yang lain. Kalau dahulu penghasilan utama Kay Pang berasal dari hasil setoran para pengemis yang menjadi anggotanya namun sekarang penghasilan utama Kay Pang berasal dari pungutan-pungutan terhadap toko-toko, warung-warung, penginapan, pedagang-pedagang, hartawan, perusahaan piauw kiok. Pungutan-pungutan tersebut diberikan secara sukarela sebagai imbalan dalam menjaga keamanan usaha mereka. Sejak turut sertanya Kay Pang menjaga keamanan, dunia bawah tanah menjadi teratur, tidak semrawut seperti dahulu, dimana masing-masing pihak menjadi raja kecil dan menguasai sepetak wilayah sebagai sumber rejeki mereka. Tidak jarang timbul bentrokan-bentrokan berdarah memperebutkan wilayah-wilayah makmur dan memusingkan pihak kerajaan. Tapi sejak Kay Pang menguasai dan mengatur dunia bawah tanah, keributan-keributan mereda. Pengatu ran pembagian rejeki dilakukan secara terbuka, masing-masing pihak merasa berterima kasih akan kehadiran Kay Pang dan sebagai wujud terima kasih, mereka mem berikan setoran rutin kepada Kay Pang.

Di samping itu bila kaum kangouw mempunyai sengketa atau membutuhkan informasi tertentu, mereka terlebih dahulu mencari Kay Pang karena mereka tahu anggota Kay-Pang memiliki pengetahuan yang luas dan dapat di percaya. Berita apapun yang hendak di cari, Kay Pang dapat menyediakannya. Tidak heran banyak kaum kangouw yang berlomba-lomba mendekati Kay Pang dan membuat Kay Pang makin makmur. Sedang- kan bagi partai-partai besar lainnya, kalau tidak terpaksa mereka enggan bermusuhan dengan Kay Pang. Semua perselisihan yang timbul yang melibatkan anggota mereka, mereka selesaikan secara damai.

Saat ini pucuk pimpinan Kay Pang dipegang oleh wakil pangcu Kay Pang yaitu Kam-Lokai berusia enam puluh tahunan, sejak dua puluh tahun terakhir pangcu Kay Pang Sun-Lokai menghilang tak ketentuan rimbanya. Sudah belasan tahun semua anggota Kay-pang tidak melihat kehadiran Sun-Lokai hingga praktis pimpinan tertinggi Kay Pang saat ini di pegang oleh Kam-Lokai sebagai wakil pangcu, dibantu oleh beberapa orang tiang-lo dan murid-murid utama mereka.

Seperti yang kita ketahui Kam-Lokai hanya memiliki seorang murid saja yaitu Tiauw-Ki, dia adalah angkatan muda Kay Pang yang paling lihai. Dalam usia semuda ini Tiauw-ki telah di beri kepercayaan memimpin divisi intelijen Kay Pang, suatu divisi yang memiliki tugas menyerapi kabar-kabar terbaru dunia kangouw dan dampaknya terhadap dunia persilatan pada umumnya dan Kay Pang pada khususnya.

Dari divisi inilah kabar bangkitnya kembali Mo Kauw berhasil mereka bongkar dan menyiarkannya ke dunia kang-ouw.

Setiap tahun Kay Pang selalu melakukan pertemuan tahunan di markas besar Kay Pang di Peking yang dihadiri oleh pucuk pimpinan Kay Pang dan para kepala cabang Kay-Pang di seluruh Tiong Goan.

Selain melaporkan situasi dan perkembangan masing- masing wilayah yang mereka pimpin, para kepala cabang Kay Pang ini juga memanfaatkan pertemuan ini untuk saling silaturahmi dengan anggota lainnya hingga pertemuan tingkat tinggi ini biasanya diakhiri dengan mabuk-mabukan sampai pagi.

Download

Pendekar Cinta I

Kedatangan Lie Kun Liong dan Liok Han Ki tepat pada waktunya. Sambil menyabut pedang dari sarungnya Liok Han Ki berteriak, "Perampok dari mana yang berani mati merampas barang di tengah hari bolong!". Lalu ia menyabetkan pedangnya ke arah perampok bercambang lebat.

Sambil mengelak si perampok berkata "Rupanya bocah bau tengik tadi yang berlagak mau jadi pahlawan. Lebih baik segera pulang ke pangkuan ibumu sebelum pedang toyaku ini menembus badanmu!"

Liok Han Ki dengan murka melancarkan serangan secara beruntun. Tanpa belas kasihan ia mencecar si perampok dengan ilmu pedang kebanggaannya.

Dengan susah payah si perampok melayani serangan Liok Han Ki.

"Bocah dari mana asalnya ini, kok ilmu pedangnya sangat lihai?" kata si perampok dalam hati. Ia menangkis sekuat tenaga jurus terakhir yang dilancarkan Liok Han Ki. Gagang pedang ditangannya hampir terlepas dari pegangannya, telapak tangannya terasa sakit. Dengan penuh rasa kaget si perampok melawan sekuat tenaga serangan Liok Han Ki.

Kalau si perampok yang melawan Liok Han Ki terkaget kaget, perampok satunya lagi yang melawan Lie Kun Li ong juga tidak kalah terkejutnya. Setiap serangan pedang Lie Kun Liong hanya dengan susah payah dapat ia punahkan. Ia yang sudah berpengalaman puluhan tahun sekarang ketemu batunya, bahkan ilmu pedang yang dimainkan Lie Kun Liong tidak dapat ia raba asalnya.

Syukur baginya Lie Kun Liong baru terjun ke dunia kang-ouw sehingga pengalaman bertempurnya masih sedikit dan ragu-ragu untuk meneruskan serangan yang lebih mematikan, kalau tidak sudah dari tadi si perampok berbaju abu-abu itu kalah.

Suatu saat Lie Kun Liong mengincar dan menusuk ke arah pundak kiri si perampok namun dengan tiba-tiba ujung pedangnya membentuk lingkaran dan arah yang di tuju adalah pundak kanan si perampok. Kali ini si perampok tidak dapat berkelit lagi, ia sudah salah mengantisipasi jurus serangan Lie Kun Liong yang awalnya menuju ke pundak sebelah kirinya tapi mendadak di tengah jalan mengincar pundak kanannya. Pedang yang ia pegang di tangan kanannya jatuh ke tanah dan sebelum ia bereaksi lebih lanjut ujung pedang Lie Kun Liong sudah berada di depan tenggorokannya. Dengan rasa jeri dan takjub terlihat jelas di wajah si perampok.

Lie Kun Liong menutuk tiam hiat (jalan darah) si perampok sehingga tidak dapat bergerak. Lalu ia memandang pertempuran antara Liok Han Ki dengan perampok yang lainnya juga hampir selesai. Ia kagum dengan kelihaian ilmu pedang Liok Han Ki, kecepatan dan ketepatan jurus yang dilancarkan Liok Han Ki sangat akurat, hanya mereka yang sudah mencapai tingkat tertinggi dari ilmu pedang yang dapat melakukan gerakan seperti yang barusan diperagakan oleh Liok Han Ki.

Suatu ketika cukup dengan sontekan ujung pedangnya perut si perampok tertembus pedang Liok Han Ki dan si perampok jatuh ke tanah berlumuran darah, nasibnya jauh lebih buruk dari perampok yang melawan Lie Kun Liong. Ternyata Liok Han Ki masih merasa marah deng an perkataan si perampok di warung makan tadi sehingga ia bertindak cukup kejam dengan membunuh si perampok.

Download

Pendekar Cinta III

Dalam serang menyerang ini, kedua pihak sama-sama mengakui kelihaian lawan masing-masing. Beruntung bagi Li Kun Liong sudah menguasai gerakan langkah ajaib yang ia temukan di dalam gua, apabila tidak dia pasti kewalahan melayani jago dari negeri Thian-Tok ini. Aliran ilmu silat Rameshwara berbeda dengan aliran Tiong-goan, banyak gerakan-gerakan yang aneh dan tak terduga hingga Li Kun Liong harus ekstra hati-hati. Ilmu tenaga dalam Rameshwara berasal dari ilmu Yoga, mereka yang telah menguasai ilmu yoga ini dengan sempurna akan memiliki kelenturan tubuh yang hebat, tenaga dalam yang tinggi serta panca indera yang sangat tajam. Ilmu yoga ini memiliki bermacam-macam gerakan tergantung aliran masing-masing, ada yang mudah, ada juga yang sangat sulit dilakukan. Umumnya hanya pertapa-pertapa tingkat tinggi yang dapat mencapai kesempurnaan dalam ilmu yoga ini. Di negeri Thian-Tok sendiri, yoga di pandang sebagai ilmu mandarguna sehingga tidak jarang kesaktian ilmu ini menjadi legenda. Penduduk negeri Thian-tok sangat mempercayai yoga bahkan kabarnya dengan ilmu ini, seseorang dapat melayang di atas permukaan air tanpa peralatan apa pun atau menembus api yang berkobar-kobar tanpa terluka.

Dilain pihak, Rameshwara pertempuran ini benar-benar menguras ilmunya. Ia mencoba mainkan segala macam ilmu silat yang pernah ia pelajari, namun tetap saja tidak dapat mendesak lawan.
Hingga akhirnya terpaksa ia mengeluarkan ilmu simpanannya yaitu ilmu Ya-hwe-siau-thian (api liar membakar langit). Perlahan-lahan sorot matanya mengeluarkan sinar yang aneh, berusaha memaksa Li Kun Liong saling bertatapan mata.

Pada bentrokan mata tadi, Li Kun Liong sudah mengetahui kelihaian sorot mata Rameshwara hingga dia tentu saja tidak berani bertatapan langsung. Sebisa mungkin matanya tidak bentrok dengan sorot mata Rameshwara, kalaupun terpaksa segera ia mengalihkannya ke lain jurusan. Dengan demikian konsentrasinya jadi terganggu, di satu pihak dia harus melayani serangan-serangan lihai lawan, di lain pihak harus berjaga-jaga terhadap sorot mata lawan. Li Kun Liong semakin kerepotan bahakan suatu saat tanpa disadarinya matanya bertatapan cukup lama dengan mata Rameshwara. Pikirannya langsung seolah-olah berhenti, tidak mau mengikuti lagi bahkan tenaganya pun mandek. Walaupun hanya sedetik saja, tapi dalam pertarungan tingkat tinggi, kelengahan semacam ini dapat berakibat fatal.

Diiringi lengkingan panjang Li Kun Liong yang berusaha melepaskan diri dari sorot mata Rameshwara, tahu-tahu merasakan berderaknya tulang pundaknya. Pukulan Rameshwara berhasil mampir dan menghantam pundak kirinya. Syukur tenaga pukulan tersebut telah berkurang banyak, terpengaruh lengkingan Li Kun Liong, kalau tidak tulang pundak Li Kun Liong pasti patah.

Rameshwara sendiri bukannya tidak apa-apa, lengkingan yang dikeluarkan Li Kun Liong merupakan serangan melalui suara, mirip dengan pekikan singa namun jauh lebih dahsyat. Lengkingan tersebut telah menggetar jantung Rameshwara dan membuat kacau pergerakan aliran darahnya. Bagi seorang ahli silat, aliran darah yang kacau dapat membuat dirinya terluka parah apabila tetap melanjutkan pertarungan, apalagi bila lawan yang dihadapi seimbang atau lebih tinggi tenaga dalamnya. Dia harus segera merawat diri dengan melakukan siulan yoga untuk melancarkan aliran darah agar kembali normal.

Menyadari lawan-lawannya kali ini tidak dapat di pandang enteng, sambil memegang pundak kirinya yang sakit dan tidak dapat digerakkannya dengan leluasa, Li Kun Liong untuk ke sekian kalinya harus segera mengambil langkah mundur. Dengan ginkang yang dimilikinya saat ini, tidak susah baginya untuk melarikan diri dari musuh-musuhnya.

Seperti orang yang sial berturut-turut, demikian juga nasib Li Kun Liong. Semaju apa pun ilmu silatnya, tetap saja ia harus mengalami kesialan di keroyok tokoh-tokoh kosen dunia persilatan. Sejak terjun ke sungai telaga, entah sudah berapa kali lipat kemajuan ilmu silatnya bila dibandingkan dengan pertama kali turun gunung. Namun kesialan terus mengikutinya, ia harus mengalami beberapa kali musibah, pengeroyokan, fitnahan dan lain-lain.
 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger