Laporkan Jika Ada Link Mati!
Koleksi Buku

Dewi Ular - Dendam Dukun Jalang

SELASA Kliwon merupakan hari yang memiliki nuansa keramat seperti Jumat Kliwon. Dalam perhitungan kuno leluhur kita, malam Selasa Kliwon disebut juga malam Anggoro Kasih. Konon, jika ada orang yang mati di malam Selasa Kliwon, maka jenazah yang baru dikuburkan itu harus ditunggui oleh sanak keluarga, selama 40 hari 40 malam.

"Mengapa harus dijaga, Kek?"

"Karena kain kafan atau tali pembungkus jenazah yang mati pada malam Anggoro Kasih itu dapat dijadi kan jimat untuk mencari kekayaan secara gaib. Malahan, lidah mayat atau bagian lainnya juga bisa dijadikan jimat untuk keperluan yang sama. Maka, banyak orang nekat yang bosan hidup melarat akan mengincar jenazah yang dikuburkan malam Selasa Kliwon. Mereka akan mencurinya dengan cara menggali kuburan itu dan merusak kesakralan kondisi jenazah tersebut."

"Masa sih, Kek?" gumamnya pelan antara percaya dan tidak. Namun bulu kuduk Ohans tetap saja bergidik merinding. Kakeknya mengangguk pendek, penuh keseriusan.

"Apakah zaman sekarang tahayul seperti itu masih di-percaya oleh masyarakat yang sudah serba modem ini, Kek?"

"Sekelompok masyarakat masih mempercayainya. Terutama bagi yang tinggal di pedesaan atau perkampung an pinggiran kota. Tapi bagi masyarakat kota sendiri, kepercayaan seperti itu nyaris tidak tercatat lagi dalam hidup mereka yang serba sibuk ini. N'amun, biar bagai-manapun jenazah putrinya pak dokter itu nanti malam tetap akan dijaga oleh orang upahannya. Entah untuk berapa lama dan berapa orang jumlah penjaganya, yang jelas pak dokter kita itu tidak ingin mayat putrinya dirusak oleh pencuri pemburu jimat yang berani nekat itu." 

"Hestina?" gumam Ohans saat tertegun membayangkan wajah gadis anak seorang dokter yang meninggal kemarin sore.

"Soalnya, sebulan yang lalu katanya di daerah Kampung Duku ada makam yang digali orang, dan kain kafan mayat dicuri oleh orang tersebut. Makanya pak dokter pun jaga-jaga supaya makam anaknya tidak dibegitukan oleh siapa pun," tutur sang kakek sambil me-rapikan tanaman hiasnya. Ohans masih diam merenu-ngi kata-kata itu.

Kepercayaan terhadap mistik semacam itu ternyata memang masih ada. Tak peduli tua maupun muda, mi-nat untuk mencoba kekuatan mistik tersebut bisa tum-buh dalam benak mereka ketika hidup mereka digencet habis-habisan oleh kemiskinan. Dengan dalih ingin mendapatkan kekayaan secara mudah, seseorang memang berani nekat melakukan tindakan yang mengan-dung bahaya besar.

Tentu saja yang berani merencanakan mencuri sesuatu dari dalam kubur adalah orang-orang yang memiliki ke beranian cukup besar, seperti halnya Parwan, bekas teman sekerja Ohans yang sama-sama di-PHK setahun yang lalu. Pemuda berkulit hitam manis dengan ketam-panan sedang dan perawakannya tak terlalu besar itu sudah berkali-kali mendengar cerita mistik tentang kain kafan mayat yang bisa dijadikan jimat. Bahkan lebih dari itu yang pemah didengar Darwan dari mulut or ang-orang tua di sekitar pergaulannya.

"Cerita mistik itu cuma dongeng kuno tanpa bukti apa- apa. Kamu jangan terpengaruh oleh dongeng-dongeng masa lalu, Wan," bujuk Ohans menyadarkan rencana Darwan.

"Bukti itu sudah ada, Hans. Sudah kulihat sendiri!"

"Di mana? Siapa...?! Bagaimana bukti itu, ceritakan!" 

"Bang Andry."

"Siapa itu Bang Andry?"

"Tetangganya pamanku. Bang Andry semula hidup da lam kemiskinan, kayak aku begini. N'ganggur bertahun tahun, dihina oleh istrinya sampai sang istri akhirnya kabur bersama pria lain yang ekonominya cukup kuat. Akhirnya pula, Bang Andry mencuri benda dari mayat yang matinya malam Selasa Kliwon. Benda itu dijadikan jimat, dan sekarang Bang Andry hidup serba kecukupan, ia tidak bekerja, tapi ia selalu punya uang banyak. Rumahnya ada dua, mobilnya tiga, wah.... kaya deh!" 

"Benda apa yang dicurinya dari kuburan itu?"

"Lidah mayat."

"Apa...?! Lidahnya mayat?!" Ohans menyeringai merin ding.

"Jimat lidah mayat itu sangat ampuh, menurut pengakuan Bang Andry kepada kakak sepupuku."

" Ap... apa keistimewaan dari jimat lidah mayat itu?"

"Setiap orang yang dimintai uang oleh Bang Andry pasti akan memberikannya sekalipun harus menguras isi dompetnya. Bahkan orang itu bisa stress dan menjadi gila kalau tidak bisa memenuhi permintaan Bang Andry. Bila perlu, ia akan membongkar semua uang tabungannya, meski sebenarnya ia belum pernah kenal de-ngan Bang Andry." 

"Hebat."

Download

Tarian Iblis

Tarida membuka kelopak matanya perlahan-lahan karena tidak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang menghitam pekat. Kelopak mata ia kerjap-kerjapkan. Lalu gerakan kelopak matanya ia hentikan. Ia memandang nyalang di sekitarnya. Sama saja gelap gulita. Tangannya lantas meraba-raba, lantas mengetahui bahwa ia rebah di tempat tidur besar dan empuk, hangat, pasti ia tidak sedang berbaring di kamar kostnya karena tempat tidurnya di sana adalah sebuah ranjang kecil dan sederhana. Juga bukan di kamar tidur yang ia tempati di rumah Maria karena tangannya sempat meraba kepala tempat tidur yang terbuat dari besi ukir, bukan kayu jati.

Tarida mengeliat bangun.

Sekujur tubuhnya terasa lemas, dan kepalanya sedikit pening. Ia terpakasa harus merebahkan diri kembali sambil berpikir-pikir dimana kiranya ia berada, mengapa suasana di sekitarnya selain gelap gulita juga hening. Teramat hening sebab yang terdengar oleh telinga Tarida hanyalah desahan nafasnya sendiri. Setelah mencubit pahanya keras-keras dan yakin ia tidak sedang bermimpi. Tarida berkonsentrasi untuk menyingkirkan pikiran yang kacau balau dan perasaan cemas yang diam-diam mulai mengerogoti.

Ia peras daya ingatannya, kemudian dirangkai dari awal.

Terbayang di pelupuk matanya sosok seorang laki-laki berpenampilan rapi dan sopan yang datang bertamu dengan cerita mengejutkan tentang Maria. Tarida dan Asep terbujuk untuk meninggalkan rumah Maria bersama laki-laki yang mengaku dokter itu. Dan dengan cara yang lihai telah mengelabui Asep agar keluar dari mobil sehingga hanya tinggal Tarida soorang yang ada di dalam mobil bersama tamu tidak dikenal itu.

Teringat pula Tarida bagaimana ia dibuat terkejut oleh apa yang kemudian terjadi selagi Asep berlari-lari masuk kembali ke rumah untuk mengambil pakaian Maria. Telinga Tarida menangkap bunyi dengigan halus, lalu sesuatu tampak muncul dari sandaran tempat duduk depan mobil. Lembaran kaca yang naik dengan cepat ke lelangit mobil dan seketika memisahkan kabin depan dengan kabin belakang. Bersamaan dengan itu tercium bau tajam yang menyengat hidung di kabin belakang. Mobil pun dijalankan perlahan-lahan keluar dari pintu gerbang, membelok memasuki jalan raya.

Saat itulah Tarida baru menaruh curiga.

"Hei, apa...!"

Kecurigaan yang sanyangnya sudah terlambat. Ia tiba-tiba merasa pusing, perut mual, dan pandangan matanya mulai nanar. Sadar bahwa dirinya diculik, Tarida bergerak ke depan pintu mobil untuk membukanya dan melompat ke luar selagi mobil itu masih dalam kecepatan lambat. Tetapi pintu mobil di sebelah kirinya terkunci tak dapat ia buka. Begitu pula pintu sebelah kanan yang ketika ditinggalkan oleh Asep, ia yakin tidak dalam keadaan terkunci. Tarida pun panik setelah menyadari mobil kecil dan sederhana itu ternyata dilengkapi peralatan canggih yang serba elektris.

Usaha terakhir yang dapat dilakukan Tarida adalah memukuli kaca jendela di sampingnya sambil berteriak-teriak minta tolong. Malang, tangan bahkan sekujur tubuhnya sudah keburu lemas. Suara yang keluar dari mulut Tarida pun tidak lebih dari sebuah erangan lemah. Ia lantas tak sadarkan diri. Satu hal yang terpikirkan olehnya sebelum jatuh pingsan adalah bahwa ia telah dibius.

Agaknya Tarida pingsan dalam posisi duduk menyandar di jok belakang dengan kepala miring ke salah satu jendela belakang mobil. Karena sewaktu pengaruh obat bius itu mulai menghilang dan Tarida pelan-pelan membuka kelopak mata, samar-samar terlihat olehnya sebuah rumah besar dan megah. Mobil kecil itu membelok ke halaman yang luas di depan rumah mentereng tersebut, dan langsung menuju sebuah garasi pintunya menganga terbuka. Di garasi besar itu, terlihat adanya sebuah mobil mewah. Dengan kelopak mata sengaja ia buat setengah terpicing. Tarida mengawasi sosok tubuh seorang laki-laki perlente yang berdiri menunggu di samping mobil mewah itu. Tarida segera mengenali kepala botak yang khas dari laki-laki itu. Sumadi, si pengacara!

Tarida nyaris melonjak kegirangan, jika tidak keburu ingat bahwa ia telah diculik. Sumadi terlihat, dan bukan mustahil justru si pengacara itulah dalangnya. Ketika mobil kecil yang membawanya berhenti di samping mobil mewah di dalam garasi. Tarida berusaha menguasai perasaan pening untuk memikirkan jalan meloloskan diri. Dengan berpura-pura tetap pingsan, diam-diam ia mendengarkan saat mesin mobil yang membawanya dimatikan. Pintu bagian depan dibuka, dan penculiknya tentulah sedang melangkah ke luar tanpa adanya suara yang menandakan pintu itu telah ditutup kembali. Berarti, sistim elektris di mobil itu tidak lagi dioperasikan.

Tarida mendengar pembicaraan pelan dan samar-samar. Ia tidak tahu apa yang dibicarakan, dan ia pun tidak perduli. Inilah saatnya untuk kabur mumpung ada kesempatan. Diam-diam Tarida menaikkan tombol kunci pintu mobil di sampingnya, lalu membuka pintu itu dengan hati-hati. Sambil berdo’a semoga ia cukup kuat untuk berlari melintasi halaman yang luas tadi, paling sedikit ia akan berteriak-teriak minta tolong dan berharap ada yang melihat dan mendengar suaranya.

Tarida yang malang.

Ia kurang memperhitungkan pengaruh obat bius di tubuhnya sehingga ketika ia meloncat ke luar dari pintu mobil, ia sedemikian pening dan lemah. Tak pelak lagi ia malah jatuh terhuyung. Seseorang tahu-tahu sudah menangkap tubuhnya dan lamat-lamat ia mendengar suara Sumadi menggeramkan perintah, “Pindahkan ia ke mobilku. Cepat!"

Tarida berusaha meronta.

Rontaan lemah.

Ia pun coba menjerit tetapi mulutnya di sekap. Dan ketika ia sudah dipindahkan ke mobil satunya lagi, sesuatu yang lain agaknya telah pula disekapkan ke mulut dan hidungnya. Saputangan dengan bau sengit yang sama. Obat pembius. Tarida pun jatuh pingsan untuk kedua kalinya.

Dan di sinilah dia sekarang.

Di sebuah tempat yang asing baginya. Sebuah ruangan yang gelap gulita, sendirian, dengan kesunyian yang terasa begitu menekan.

Tarian Iblis

3 Arsitek Jihad Modern

Buku ini kami persembahkan kepada Syaikh dan para ilmuwan Islam, yang merupakan sebaik-baik manusia pada zaman ini, seorang tokoh umat yang telah syahid namun masih tetap hidup, seorang yang memiliki akhlak mulia dan adab yang agung.

Kepada orang-orang yang telah menerima hati para hambanya yang ikhlas, seorang pemimpin yang mendapatkan kepercayaan para tokoh umat tanpa mencabut baiat walaupun orang-orang neo murjiah tidak menyukainya.

Kepada bapak dan pendidik para syuhada, pencetak para pahlawan dan inspirator bagi para ksatria, imam ahlus sunnah dan seluruh umatnya, baik dalam dakwah dan jihad, pemimpin mujahid Syaikh Abu Abdullah Usamah bin Ladin (semoga Allah menjaga dan melindunginya). Sambutlah ucapan penghormatan yang begitu besar dan agung ini, dan semoga Allah memanjangkan umurnya agar beliau dapat melihat daulah dan khilaf ah Islam berkibar tinggi diatas penjuru muka bumi ini, sebagaimana kabar gembira yang datang dari Rasul kita, Muhammad.

Kepada pemimpin daulah Islam Thaliban Mulia Muh-ammad Umar, tuan para mujahidin dan imam para muttaqin, pembela Islam yang menjadikan agama mulia, dengan menghidupkan syariat serta imam bagi ka-um yang zuhud, penolong sunnah dan pemberantas bid'ah yang telah meninggikan menara islam setinggi- tingginya di bumi jihad Afghanistan yang tercinta hing ga mampu berkuasa dengan agama Allah selama tujuh tahun.

Kepada pemimpin daulah Islam Irak Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi (semoga Allah menjaga dan melindunginya), pembela jihad dan pelestari syariat di bumi Irak agar daulah Islam tetap tegak didalamnya, negeri Dua Sungai sebagai menara, petunjuk dan lentera yang bersinar terang, yang melenyapkan kegelapan para penjajah dan orang-orang zhalim.

Kepada orang-orang yang telah mengibarkan bendera Islam dengan setinggi-tingginya dan menjadi bagian dari pasukan Allah serta pahlawan kebenaran para mujahidin. Kalian bagaikan pemegang bara api yang berdiri memerangi pasukan musuh di negeri Islam, yang menjadi benteng dalam menghalangi musuh dan palang pintu yang tangguh dalam menghadapi serang-an para penjajah di Afghanistan, Irak, Somalia, Palestina dan negeri-negeri Islam lainnya.

Sungguh, Allah telah menjaga kesatuan Islam ketika para musuh umat ini berdiri dihadapan para pahlawan dan pembebas serta pelindung negeri yang berjiwa perwira. Mereka itulah yang membantah para juru dak wah yang jahat dan para pemimpin kesesatan (Lembaga Keagamaan yang memuji para thaghut dan berkata dusta dengan kalimat tauhid dan tuntutan-tuntutan nya.

Kepada para pasukan yang tidak kami kenal dari kala-ngan para mujahidin, yang meninggikan bendera Islam dengan pedang yang tajam. Supaya dengan kesungguhan dalam mempersembahkan kehormatan mereka untuk Islam dalam berbagai macam bentuk jihad baik dengan pena, lisan, penjelasan dan berbagai seni Islam lainnya.

Kepada orang-orang yang telah menggoreskan tintanya dengan perkataan yang jujur dan menjadi gambar an yang mengungkapkan betapa hormatnya mereka terhadap agama ini, serta bersungguh-sungguh dalam meninggikan dan meneguhkannya dimuka bumi.

Kepada para aktivis Islam yang tidak kami kenal, yang dengan tekad dan keyakinannya dipenuhi perasaan untuk membela agama Alah. Rabb semesta alam serta Rasulullah.

Kepada para tawanan yang telah membayar mahal kemuliaan Islam dengan jiwar raga serta umur mereka, agar ujian yang mereka alami menjadi sempurna. Di jalan Allah-lah mereka merasakan nikmatnya perjuangan yang di dasari oleh kelapangan hati dan jiwa yang tenang dan ikhlas. Sungguh, sangat besar pengorbanan mereka, mereka telah tinggalkan keluarga dan handai taulan, meneguk air kesedihan dan kesabaran terhadap cobaan dan ujian. 

Kepada istri-istri para syuhada dan mujahidin yang tetap bersabar dan memegang bara api ujian, semoga kebahagiaan baginya di dunia dan akhirat.

Kepada para keluarga mujahidin, orang-orang yang mereka cintai dan jama'ah-jama'ah mereka yang penuh perasaan hormat untuk Islam, dengan hati yang selalu bergejolak, doa yang tak pemah terlupakan dan materi yang diinfakkan untuk tujuan jihad yang tinggi di setiap tempat.

Kepada mereka yang lalai dan bodoh dari generasi um-at ini dengan berbagai cekokan-cekokan para ulama (Lembaga Keagamaan), para cendekiawan dan politikus serta orang-orang yang telah dilenakan dengan sio gan-slogan serta tertipu dengan angan-angan. Yang mengira bahwa mereka telah berbuat kebaikan, telah berdiri bersama musuh-musuh Islam tanpa mereka sadari, dan mengaku dengan ketulusan hati mereka, bahwa mereka telah membela Islam dan mempersembahkan kehormatan yang begitu besar dengan tujuan baik, maka ambillah para musuh Islam sebagai kehancuran dan kehinaan, sungguh, mereka Itu telah menjadi teman kalian dan tempat yang tandus lagi keras tanahnya.

bencana dan kesengsaraan. Sungguh, Allah telah meng uji para pemeluk agama ini dengan hadirnya mereka. Seperti halnya iblis yang menyeret para walinya ke dalam neraka, namun selamatlah musuh mereka (kaum muslimin) dari api neraka karena mereka mencari dan mendapatkan petunjuk Allah.

Kepada orang-orang yang mencari kebenaran dan berjalan menuju kendaraan petunjuk dengan dakwah dan jihad.

Kepada para juru dakwah umat, dengan berbagai ma-cam bimbingan dan keahlian mereka dari para aktivis Islam yang penuh tekad dan keyakinan.

Kepada orang-orang yang mencari hakikat, yang berkhidmat untuk Islam tanpa menyembah patung-patung kepalsuan atau syubhat para ulama penguasa yang memberikan pelajaran agama.

Kepada orang-orang yang ingin beribadah kepada All-ah dengan dakwah dan jihad serta pemahaman yang benar dan penglihatan yang jelas serta tekad yang bulat.

download

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger