Laporkan Jika Ada Link Mati!
Koleksi Buku

Rekonstruksi Sejarah Isa Al-Masih

Dari semuanya, ternyata terpilihlah Yusuf, seorang tukang kayu tua, yang ketika kejadian tersebut berlangsung tiba-tiba diatas kepalanya hinggap seekor burung merpati dan ini dianggap oleh para imam sebagai tanda dari Tuhan. Mulanya Yusuf ragu dan menolak, sebab dia telah memiliki beberapa anak dan usianyapun sudah tidak lagi muda, tapi karena dipaksa oleh para Imam, maka Yusuf akhirnya mau menerima Maria bersamanya.

Tetapi Yusuf menolak, sambil berkata: Aku sudah mempunyai anak-anak, dan aku adalah seorang pria tua, sementara dia (Maria) adalah seorang gadis yang muda. Aku adalah khawatir kalau-kalau aku menjadi tertawaan dikalangan bangsa Israel. Lalu Imam itu berkata kepada Yusuf : Takutlah hanya kepada Tuhanmu, dan ingatlah apa yang sudah dilakukan Tuhan kepada Dathan, dan Abiram, serta Korah; bagaimana bumi dibuka, dan mereka ditelan oleh karena keingkaran mereka. Karena itu sekarang takutlah kamu, wahai Yusuf, agar tidak hal yang sama terjadi didalam keluargamu. Dan Yusufpun takut, dan bersedia mengambil dia (Maria) ke dalam pemeliharaan nya. Dan Yusuf berkata kepada Maria: Lihat, aku sudah menerima kamu dari Rumah Tuhan; dan sekarang aku meninggalkan kamu di dalam rumahku, dan pergi menjauh untuk membangun kediamanku (sendiri), dan aku akan datang menjengukmu. Semoga Tuhan akan melindungi kamu. – Protoevangelium Yakobus ayat 9

Yusuf memang membawa Maria kerumahnya, tetapi ia meninggalkan Maria sendirian disana, Yusuf sendiri sebagai seorang tukang kayu (atau mungkin juga seperti yang dikatakan oleh Tabor, bahwa kata tekton yang sering dinisbatkan kepada nama Yusuf sebenarnya berarti tukang bangunan dan bukan tukang kayu) pergi untuk membuat sebuah rumah lain yang akan didiaminya terpisah dengan Maria, ia juga menyerahkan Maria langsung kebawah perlindungan Tuhan. Disini kita menemukan sebuah fakta, bahwa sesuai yang pernah dikatakannya sebelum itu tentang statusnya terhadap Maria, pada akhirnya Yusuf memang tidak pernah menjadikan Maria yang masih sangat muda itu sebagai istrinya. Yusuf sangat menghormati Maria yang telah dinazarkan untuk mengabdi kepada Tuhan sejak kecil, ia berusaha menjaga jarak dengan tinggal ditempat yang berbeda agar tidak timbul fitnah atas diri mereka berdua. Dari ayat ke-17 nantinya kita akan mengetahui bahwa sebenarnya Yusuf mengajak serta juga putera-puteranya dari istrinya yang lalu untuk pindah dari tempat mereka tersebut yang akan ditempati oleh Maria sendirian.

Dirumah lama Yusuf itu, Maria didatangi oleh malaikat Jibril yang menyampaikan berita dari Tuhan mengenai akan lahirnya seorang anak dari rahimnya yang bernama Isa al-Masih sebab dia akan menyalamatkan umatnya dari perbuatan dosa. Maria yang gundah, pergi kerumah keluarganya, Elizabeth yang tidak lain istri dari Imam besar, Zakaria. Disana ia menceritakan hal tersebut kepada Zakaria. Ternyata Zakaria juga membenarkan apa yang disampaikan Maria tersebut.

Imam itu berkata : "Maria, Tuhan telah membesarkan namamu dan engkau akan diberkati dari semua keturunan yang akan ada didunia ini." – Protoevangelium Yakobus ayat 12

Selanjutnya Maria tinggal tiga bulan lamanya dirumah Zakaria dan istrinya Elizabeth. Cerita yang hampir sama dipaparkan juga oleh salah satu Injil resmi gereja, yaitu Injil Lukas pada pasal 1 ayat 39 dan 40 serta disambung ayat ke-56.

Hari demi hari, perut Maria semakin membesar, ia sudah hamil sebagaimana halnya perempuan lain yang sudah menikah hamil, dan itu membuatnya takut dan memutuskan untuk kembali kerumah Yusuf, dijalan ia menghindari perjumpaan dengan orang-orang Israel. Waktu itu usia Maria enam belas tahun. Manakala kehamilannya sudah mencapai usia yang keenam bulan, Yusuf datang dari rumahnya yang lain itu dan dia mendapati kenyataan bahwa Maria telah hamil besar dan ini membuat Yusuf merasa bersalah kepada dirinya sendiri.

Yusuf berkata : "Dimana mukaku ini akan kuletakkan dihadapan Tuhanku ? Aku telah menerimanya sebagai seorang perawan dari rumah Tuhan tetapi aku tidak mengawasi perkembangannya. Siapa kiranya orang yang telah melakukan perbuatan setan itu dirumahku dan menodai keperawanannya ?" – Protoevangelium Yakobus ayat 13

Tidak puas dengan itu saja, diayat yang sama diceritakan Yusuf kemudian menanyai Maria, katanya "Engkau sudah diserahkan penjagaannya kepada Tuhan, bagaimana bisa sampai engkau melupakan Tuhanmu ? kenapa engkau merendahkan dirimu yang merupakan turunan orang-orang suci dan mendapatkan kehormatan menerima makanan dari malaikat " ‚ Maria menjawab sambil mengusap air matanya ‚ Aku tidak bersalah, aku tidak mengenal laki-laki manapun, aku tidak tahu kapan tepatnya kandungan ini bermula."

Yusuf lalu berpikir keras, antara merahasiakan kehamilan Maria atau menyingkapkannya sebagai sebuah aib kepada masyarakat Israel. Sampai akhirnya Yusuf memutuskan untuk mengasingkan Maria dari rumahnya secara rahasia, tetapi keputusan itu dibatalkan setelah malamnya Yusuf bermimpi bertemu dengan malaikat dan memberi tahunya bahwa Maria hamil atas kehendak Tuhan dan dia sedang mengandung seorang bayi yang suci yang kelak akan menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa, dan bayi itu akan dinamakan Isa al-Masih.

Tetapi akhirnya rahasia kehamilan Maria terungkap juga kepublik setelah Yusuf dan Maria didatangi oleh seorang ahli Taurat bernama Annas dan kemudian menyebarkan berita dusta bahwa Yusuflah orang yang telah menodai Maria dan kemudian menikahinya secara diam-diam. Inilah yang tampaknya diketahui oleh Lukas ketika ia menulis Injilnya :

Ketika Yesus memulai pekerjaannya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf. – Injil Lukas pasal 3 ayat 2

Disaat yang bersamaan, Kaisar Augustus memerintahkan sensus penduduk diwilayah kekuasaan Romawi, dan sebagai seorang warga negara yang baik, maka Yusuf bermaksud untuk mengikutkan anak-anak kandungnya kedalam sensus tersebut dan itu artinya ia harus berangkat ke Betlehem, tetapi Yusuf bingung ketika dia harus dihadapkan kepada status Maria yang sedang hamil itu. Bagaimana dia akan menjawab pertanyaan orang-orang Israel yang ditemuinya? Haruskah Yusuf mengakui sebagai istrinya ? tetapi mengingat perbedaan usia mereka, Yusuf menjadi malu, lalu apakah Yusuf harus mengakui Maria sebagai puterinya? Lagi-lagi Yusuf membatin bahwa semua orang Israel tahu bahwa Maria bukan salah satu anaknya. Sehingga kemudian, Yusuf akhirnya dengan tekad bulat membawa Maria untuk mengikuti sensus ditanah Betlehem apapun yang terjadi nantinya.

Dan ada perintah dari Kaisar Augustus, bahwa semua penduduk yang ada di Bethlehem harus didaftarkan. Dan Yusuf berkata: Aku akan mendaftarkan anak-anakku, tetapi apa yang harus aku lakukan atas gadis ini (Maria) ? Haruskah aku pun mendaftarkannya? Sebagai istrikukah ? Jelas aku malu. Apakah sebagai putriku? Tetapi semua orang Israel mengetahui bahwa dia bukanlah putriku. Biarlah Tuhan sendiri yang akan membawanya melewati masalah ini. Lalu ia memasang pelana keledai, dan mendudukkannya (Maria) diata keledai itu; dan menyuruh putranya memimpinnya, sementara Yusuf mengiringinya. – Protoevangelium Yakobus ayat 17.

Download

Keutamaan Shalat Berjamaah

Mengenal pelipatgandaan pahala (derajat) bagi orang yang shalat berjama’ah. daripada shalat sendirian. Telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Abi Said Al-Khudri sesungguhnya dia telah mendengar Rasulullah bersabda: Shalat berjama’ah itu lebih utama dengan memperoleh dua puluh lima derajat daripada shalat sendirian”

Imam Bukhari meriwayatkan dan Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah bersabda: Shalat berjama’ah lebih utama dengan memperoleh dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian.

Para ulama telah mengumpulkan (semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik balasan) antara dua riwayat yakni 25 dan 27 derajat. Mungkin yang paling tepat tentang perselisihan ini tengantung keadaan orang yang shalat dan shalat bagi sebagian mereka 25 derajat dan sebagian meneka 27 derajat menurut kesempurnaan shalat dan penjagaan atas gerakan, kekhusyuannya serta banyak jama’ahnya dan keutamaan mereka juga kemuliaan tempat, dan lain-lain. Wallahu A’lam Bishawab.

Sebagian ulama telah menyebutkan sebab-sebab yang sesuai dengan derajat yang tersebut di antara mereka adalah : Al-Hafidz Ibnu Hajar, ketika mengatakan dan telah saya perbaiki apa yang saya telah berhenti padanya dan itu dan saya telah hapuskan yang tidak dikhususkan dengan shalat berjama’ah dan sebab-sebab yang disebutkan oleh Ibnu Hajar sebaga, berikut :

1. Menjawab seruan muadzin dengan niat mengikuti shalat berjama’ah.

2. Bergegas-gegas mendatangi shalat berjama’ah di awal waktu.

3. Berjalan menuju masjid dengan tenang.

4. Masuk masjid dengan berdoa.

5. Shalat tahiyyatul masjid ketika memasukinya dan masih disertai dengan niat shalat berjama’ah.

6. Menunggu jama’ah.

7. Shalawat malaikat kepada orang yang mau shalat berjama’ah dan memperoleh permohonan ampunan.

8. Memperoleh persaksian para malaikat.

9. Menjawab iqamah.

10. Selamat dan syaitan ketika berpahng di waktu iqamah.

11. Berhenti menunggu Takbiratul ihram imam atau masuk bersamanya di dalam segala gerakan yang dijumpai atasnya.

12. Mengikuti takbiratul ihram.

13. Meluwskan shaf dan menutupi sela-selanya.

14. Ketika imam mengucapkan : sami’ allahu liman hamidah. Hendaknya makmum (jama’ah yang mengikuti imam megucapkan Rabbana walakal Hamdu).

15. Aman dari sahwi (lupa) dan memperiingatkan imam apabila lupa dengan mengucapkan tasbih atau membenarkannya di dalam bacaan).

16. Mendapatkan/mencapai kekhusyuan dan selamat dan apa yang memalingkan perhatiannya.

17. Merapikan pakaian.

18. Para malaikat mengelilinginya.

19. Berusaha untuk membaguskan bacaan dan mempelajari rukun dan bagian-bagiannya.

20. Menampakkan syiar Islam.

21. Kebencian syaithan dengan berkumpulnya untuk beribadah dan saling tolong-menolong dalam ketaatan dan mendorong orang yang bermalas-malasan.

22. Selarnat dan sifat nifaq dan perasangka buruk bahwasanya dia meninggalkan shalat dengan sengaja.

23. Membalas ucapan salam imam

24. Memperoleh manfaat dengan berkumpulnya mereka atas doa dan dzikir serta barakah yang sempurna dari kekurangan.

25. Tegaknya pertalian antara tetangga dan dapat saling memperhatikan mereka di waktu-waktu shalat.

Download

Lupus Kecil - Jalan-Jalan Seram!

PAGI itu, sambil makan ubi goreng, Papi ­nyoel jidat Lupus. "Bagaimana dengan acara kempingnya, Pus? Jadi pergi ke Bukit Seram?"

"Hm," Lupus bergumam pelan. Mulutnya penuh ubi goreng.

"Apa nggak lebih baik ke Cibubur saja," kata Papi lagi. "Di samping deket, tempatnya juga rame. Dan tidak seserem Bukit Seram!"

Lupus berpaling ke ubi goreng. Wah, tinggal dua!

"Hm, juga ngirit ongkos, kan?" tukas Lupus sambil buru-buru meraih semua ubi goreng di situ.

"Hei, jatah Papi itu, Pus!" seru Papi panik.

­Lupus cuek. Mengunyah cepat ubi goreng itu dan menelannya. Glek.

"Oke, oke, pagi ini kamu menang, Pus." Papi duduk di muka Lupus. "Kamu dapat enam ubi goreng, Papi cuma tiga."

Lupus masih asyik mengamati peta Bukit Seram.

Bukit Seram? Di mana itu? Soal tempat, sebaiknya tak usah kalian pikirkan. Yang jelas, kalo kalian tertarik ke sana Bukit Seram itu adalah tempat yang asyik banget buat kemping. Alamnya indah. Hawanya sejuk. Walau... banyak setannya!

"Makanya lebih baik ke Cibubur saja. Cibubur kan deket rumah Tante Ina. Kalo kenapa-napa kamu bisa lari ke sana minta bantuan. Kalo lapar bisa minta makan. Dan kalo ketemu setan bisa teriak sama-sama!"

Diledek begitu Lupus cabut ke dapur. Tapi langsung balik lagi ke kamarnya. Karena di dapur ada Mami yang juga sudah siap akan meledek Lupus.

Lupus emang sebel banget. Dari kemaren ia digodain terus sama Mami sama Papi. Lulu juga ikut-ikutan ngeledekin Lupus. Tapi yang bikin Lupus sebel, karena oleh Mami dan Papi Lupus dianggap anak kecil yang masih takut sama setan. Dan akan merengek-rengek kalo lapar!

"Tolong dengar, ya! Lupus yang sekarang ini sudah lain dari Lupus yang dulu-dulu. Lupus sudah tidak takut pada setan, tuyul, kuntilanak, drakula... kalo mereka tidak ada. Lupus juga nggak nangis kalo perut sedang lapar!"

Tapi Mami dan Papi tetap nggak percaya. "Masa iya kamu tidak takut sama setan?"

"Buktinya Lupus akan kemping ke Bukit Seram, tidak ke Cibubur!"

Lupus memang kadang-kadang suka muncul keras kepalanya. Itu yang suka bikin Papi gondok, karena kalau sudah begitu, Lupus akan selalu ngotot dalam segala hal.

"Kamu memang selalu menyangka bahwa kamu benar," ucap Papi lagi. "Padahal kamu pernah salah juga, kan?"

Lupus memandang Papi, lalu berujar pelan, "Iya, sekali waktu Lupus memang pernah salah."

"Nah, akhirnya kamu ngaku juga," seru Papi dengan gembira, lalu mengelap tangannya yang habis dicuci di wastafel. "Kapan itu, Pus? Waktu berdebat soal telur?"

"Bukan. Kemaren dulu," tukas Lupus, "yaitu ketika Lupus menyangka bahwa Lupus salah, dan ternyata Lupus benar."

Papi gondok.

Kebetulan Sabtu depan sekolah Lupus memang pulang setengah hari. Anak-anak sudah bikin rencana untuk kemping. Selain Pepno, anak-anak lain macam Andi, Uwi, Happy, dan Iko pada mau ikut.

Mula-mula, karena Pepno penakut, ia mengusulkan pergi kemping di halaman rumahnya saja. Anak-anak ogah.

"Di sana tempatnya segar, kok. Kalo mau masak ambil airnya juga gampang. Tinggal buka keran." tukas Pepno.

Sementara Andi dan Uwi usul ke Pasar Minggu. "Tempatnya enak, banyak buah-buahan, lagi!" alasan mereka.

Kalo Iko lebih suka ke Cibubur. Tapi Lupus dengan tegas menolak semua usulan teman-temannya, "Kita mesti pergi ke tempat yang dapat mendatangkan pengalaman istimewa. Misalnya pergi ke suatu tempat yang jarang didatangi orang, atau pergi ke tempat yang ada penunggunya."

"Ada penunggunya? Halaman rumahku kan ada penunggunya, Pus. Pak Ihsan, tukang kebun."

"Bukan itu maksudku. Bukan penunggu macam Pak Ihsan.”
 
Download
 

Trilogi Cinta Lupus Dan Poppi [3]

Poppi baru keluar dari ruang check in. Orang-tuanya menunggu. Poppi lalu mencium pipi ayah dan ibunya. Mereka pun berpisah. Poppi melambaikan tangannya, lalu masuk meninggalkan kedua orangtuanya. Orangtuanya agak sedih melepas kepergian Poppi. Mereka melambaikan tangan hingga Poppi tak tampak lagi.

Pada saat yang sarna Lupus pun tiba dan berlari dengan langkah-Iangkah pasti. Dia mencari-cari Poppi.

Padahal saat itu Poppi sudah masuk ke ruang boarding, dan sedang menyerahkan paspornya untuk dicap.

Lupus berhenti di depan terminal keberangkatan. Dia melihat papan informasi. Dia sangat bingung dan tegang, kalau-kalau nggak sempet ketemu Poppi. Dia melihat dari kaca. Ruangan tampak kosong. Dia melihat sekeliling dan memang situasi sudah agak lengang. Napasnya terengah-engah. Ketika dia mencoba masuk, penjaga bandara menahannya.

"Mau ke mana?"

"Ng, mau ketemu Poppi.”

“Poppi? Siapa tuh?"

"Ah, udahlah..." kata Lupus akhirnya dan duduk di bangku. Dia memegang kepalanya, hampir menangis.

Sementara itu, Poppi di ruang boarding juga duduk di kursi pada sebuah lorong yang sepi. Matanya merah. Dia juga menangis, sambil menutup matanya.

"All passengers of Garuda Indonesian, flight number 660 to Denpasar, please boarding at Gate E5..."

Lupus mendengar pengumuman itu. Dia berpikir, dan tiba-tiba dapet ide gila. Ia lalu perlahan bangkit, berlari menemui seorang petugas bandara yang tidak jauh darinya. Lupus bertanya, di mana tempat informasi? Petugas bandara itu lalu menunjukkan ke sebuah arah. Lupus lari menuju ke arah itu. Dia harus bisa masuk ke dalam ruang check in, untuk bisa mencapai apa yang dia mau. Penjaga yang tadi menolaknya masuk, sedang berbicara dengan rekannya. Lupus langsung dengan beraninya meletakkan tas yang dibawa di mesin deteksi barang. Penjaga melihat Lupus.

"Mau ke mana, Dik? Tiketnya?" tanya penjaga.

"Saya mau ke Denpasar, mau beli tiket di counter sana. Waiting list, Pak." jawab Lupus.

Penjaga akhirnya membiarkan Lupus masuk, sambil berpikir, Perasaan tu anak yang tadi nanyain Poppi deh.

Di dalam ruang check in, Lupus bertanya tentang sesuatu hal lagi kepada tukang sapu bandara. Bapak itu menunjukkan ke sebuah arah. Lupus lari. Tergesa-gesa.

Di ruang operator, Lupus melihat seorang wanita yang duduk di depan mikrofon. Wanita itu melihat gelasnya yang kosong. Dia bangkit dan meninggalkan ruang itu. Ketika melihat ruang itu kosong, Lupus langsung masuk, menutup pintu, menghidupkan mikrofon. Operator panik dan memanggil sekuriti bandara.

Semua orang ingin masuk ke ruang operator, tetapi pintu telah terkunci.

Dengan suara lantang, Lupus berbicara di depan mikrofon, "Poppi... Pop... mudah-mudahan kamu denger. Pop. Ini Lupus... saya minta maaf, Pop, saya... salah, seharusnya saya nggak perlu sampai nggak ngomong ama kamu. Saya sadar saya selalu perlu semangat kamu... Pop... saya mau ngasih tahu, kalo saya cinta ama kamu... Saya cinta ama kamu... saya cinta ama kamu... Bye, Pop... Bye... Pop... Bye, Pop."

Semua orang yang mendengarkan diam.

Poppi yang juga mendengar suara Lupus di ruang boarding terkaget-kaget. Tiba-tiba ada bapak tua yang duduk tidak jauh dari Poppi bertepuk tangan. Poppi diam, tak percaya kalau yang didengarnya memang suara Lupus. Dia sangat terharu. Lalu tanpa mikir dua kali lagi, dia berlari menuju ke arah luar, dan semua orang yang dilewati bertepuk tangan. Sementara di ruang operator, Lupus melihat ke luar kaca jendela. Semua orang diam memandangnya. Ada satpam, ada petugas. Tapi dari wajah mereka yang semula cemas memandang Lupus, sekarang berubah menjadi penuh haru. Lupus bangkit dari kursi dan membuka pintu.

"Maaf, Pak. Saya salah. Sekarang saya rela ditangkap."

Para sekuriti melihat Lupus. Semua diam dan membiarkan Lupus pergi. Lupus heran kenapa semua orang memandangnya. Tiba-tiba salah seorang wanita yang terharu bertepuk tangan. Semua orang bertepuk tangan.

Lupus diam, berjalan pergi.

"Lupussssss!" Tiba-tiba terdengar suara Poppi di ujung ruangan.

Lupus membalikkan badan. Tampak Poppi berlari menuju ke arahnya, menangis. Lupus histeris melihat Poppi dan mereka kemudian berpelukan. Erat. Semua menyaksikan dengan terharu.

"Sori, Pop." kata Lupus. "Saya minta maaf, Pop."

Download

Trilogi Cinta Lupus Dan Poppi [1]

“Pus, kayaknya Lo perhatian banget sama Trixie. Emang lo bener-bener udah jadian ya sama dia?” pancing Nyit-Nyit.

“Ya, kayaknya sih pengen gue jadiin...” ujar Lupus cuek, sambil balik ke kelas.

Omongan singkat Lupus itu ternyata menimbulkan dampak yang cukup luar biasa buat Poppi. Terus terang, selama ini dia masih torn between two lovers. Hatinya terbelah antara pengen jadian sama Rainbow, atau nunggu Lupus punya nyali nyatain cinta padanya. Tapi dengan keputusan Lupus barusan, Poppi kayaknya udah langsung nyoret nama Lupus dari hatinya. Belakangan ini Rainbow udah beberapa kali nembak dia dan bilang pengen jadian sama Poppi. Tapi Poppi belum ngasih jawaban. Sekarang sih, buat apa lagi ngarepin Lupus? Lupus sendiri udah bilang mo Jadian kok sama Trixie.

Maka ketika malamnya Rainbow datang dan sekali lagi menagih jawaban Poppi, Poppi udah punya keputusan yang pasti.

“Emang kamu bener-bener sayang saya?” pancing Poppi..

Rainbow menunjukkan kesungguhan di wajahnya. “Saya minta kamu jadi sekretaris saya emangnya karena apa? Karena saya pengen sama kamu terus. Karena saya sayang kamu.”

Poppi lantas terdiam. Wajahnya tertunduk. Rainbow mendekatkan diri ke Poppi. Lalu tangannya mengangkat wajah Poppi supaya menatap wajahnya.

“Apa sih yang bikin kamu ragu sama saya?” Poppi menggeleng.

“Kamu mau jadi pacar saya?”

Poppi mengangguk. Rainbow senang, Poppi dipeluknya. Dan jadianlah mereka!

Sementara nuansa cinta yang sama juga sedang melanda hati Lupus. Pada malam yang sama di kamarnya, Lupus sudah membulatkan hatinya untuk jadian sama Trixie. Karena Trixie kan udah di tangan. Dia sendiri udah ngaku ke Mami kalo dia ceweknya Lupus. Maka malam itu Lupus berniat dateng ke rumah Trixie, se alian mo ngembaliin buku pe-ernya yang ketmggalan. Mau sekalian menyatakan cintanya. Dan untuk pembuktian pernyataan cinta itu, Lupus juga udah nyiapin hadiah istimewa. Apa sih? Wah, pokoknya asyik. Udah sejak sore hari, dengan penuh rasa cinta, Lupus nyiapin sebatang cokelat buat Trixie.

Cokelat itu bukan sembarang cokelat. Cokelat Toblerone yang bungkusnya berwarna putih Itu diwarnain stabilo pink dan dibungkus dengan manis pake pita pink pula. Itu sebuah pernyataan cinta yang tulus dari Lupus!

Lulu yang kemudian muncul ke kamarnya langsung aja terpikat pada cokelat bikinan Lupus.

“Aduh, Pus, tau aja kalo Lulu suka cokelat...” ujar Lulu ge-er.

Lupus buru-buru ngumpetin cokelat pinknya. “Enak aja, siapa bilang buat lo?”

“Abis buat siapa dong!”

“Mau tau aja!”

“Naaaa, pasti buat Trixie, ya? Kurang kerjaan ih, pake diwarnain pink segala. Mendingan kasih ke Lulu aja,” goda Lulu.

“Nggak ada untungnya ngasih lo... Sana jauh-jauh... Ganggu aja!” usir Lupus kejam.

Lulu pun pergi sambil ngambek. “Ih, sebel. Awas lo ya!”

Dan untuk ngerayain hari jadinya, malam itu ceritanya Poppi mau masakin makanan buat Rainbow. Maka ditemenin Rainbow, Poppi belanja di supermarket. Nggak dikira-kira, di supermarket mereka malah ketemu sama Trixie yang juga lagi belanja sama Bas.

Poppi langsung ngelirik ke Bas. “Eh, Trixie... sama siapa?”

“Hai, Pop. Ini kenalin, cowok gue, Sebastian.” ujar Trixie riang, memperkenalkan cowok di sebelahnya.

Cowoknya? Poppi langsung kaget memandang Bas. Bas lalu menyalami Poppi dan Rainbow.

Lho, Lupus gimana?

“Lagi belanja, Trix?” tanya Poppi lagi.

Trixie tersenyum, lalu menyender mesra ke Bas. “Eng... kita mau ngerayain comeback kita berdua.”

“Oh!” Poppi makin terperanjat. Tapi dia sekuat tenaga berusaha menahan gejolak perasaannya.

“Duluan, ya?” ujar Trixie kemudian.

Poppi dan Rainbow mengangguk. Mereka pun berpisah. Sepeninggalan Trixie, Poppi masih bengong. Rainbow jadi heran, dan bertanya ke Poppi, ada masalah apa?

“Bow, boleh pinjem HP-nya sebentar?”

“Sure!” Rainbow memberikan HP-nya. Poppi langsung menelepon ke rumah Lupus. Yang nerima Lulu, sedang Lupus-nya udah pergi. “Wah, Mbak Poppi... Lupus katanya ke rumah Trixie... Katanya sih mau menyatakan cintanya... Hihi, centil deh tu anak sekarang. Mana pake bawa hadiah cokelat, lagi. Masa cokelatnya pake diwarnai pink segala, Mbak... Sok romantis, ya? Lulu bakalan nggak pernah dapet jatah cokelat lagi...”

Poppi cuma bisa miris hatinya mendengar cerita Lulu.

Dan emang bener. Malam itu Lupus pergi ke rumah Trixie. Kata orang di rumahnya, Trixie lagi pergi. Tapi Lupus bersikeras nungguin Trixie pulang, sambil iseng baca majalah di teras.

Secangkir teh yang sudah setengah di minum, menemani. Cokelat Toblerone yang sudah diwarnai pink dan diberi pita juga sudah tergeletak dengan manisnya di meja. Siap diberikan ke Trixie. Di sebelah cokelat, tergeletak buku pe-er Trixie.

Lagi asyik-asyiknya baca majalah, sedan mewah milik Bas berhenti. Trixie dan Bas turun dari dalamnya. Lupus berdiri. Agak kaget juga dia melihat Trixie pulang bareng Bas. Lupus buru-buru menyimpan cokelatnya di kantong.

Trixie menyambut Lupus riang. “Hai, Pus... udah lama? Kebetulan lo ada di sini. Gue mau masak bareng Bas... ngerayain kita berdua yang udah balik lagi...”

Omongan Trixie seperti petir yang menyambar di malam yang dingin itu. Tapi mulut Lupus cuma berujar, “Oh...”

“Ikut makan-makan, ya?” tawar Bas ramah.

“Iya, Pus. Lo kan temen baek gue. Gara-gara ketemuan kemarin, gue sama Bas jadi baikan lagi,” desak Trixie.

Lupus setengah mati menahan perasaannya. Dia ngerasa nggak bisa lebih lama lagi berdiri di situ, kalo nggak mau pingsan. Jadi Lupus menolak tawaran makan itu dengan halus. “Oh, nggak usah deh. Gue udah makan. Selamet deh buat kalian... Ng, g-gue cuma mau nyampein buku pe-er lo yang ketinggalan...”

Lupus lalu menyerahkan buku pe-er Trixie. “Soalnya gue harus pergi lagi. Ada janji.”

Wajah Trixie keliatan agak menyesal. “Aduh, sayang lo nggak bisa ikutan. Masa sih lo nggak mau ikut ngerayain bareng kita?”

Dan sambil memeluk bahu Trixie, Bas juga berusa a ikut mendesak, “Iya, Pus. Ayo dong!”

“Sori, gue bener-bener nggak bisa...” Lupus melirik ke jam, lalu buru-buru mau pergi. “Wah, gue telat... Have fun, ya?”

“Oke deh. Daaag, Lupuuuus...”

Setelah saling melambai, Lupus pun pergi. Dengan hati yang hancur berkeping-keping. Hatinya sangat sedih dan kecewa. Sambil menstater Vespa-nya di lengangnya malam yang dingin di kota Jakarta itu, Lupus jadi inget kata-kata Mami. Kata Mami, kebahagiaan emang cuma beda tipis sama kesedihan. Sedetik lalu kita bahagia, sedetik kemudian bisa langsung sedih lagi. Kata Mami juga, kalo kita berani jatuh cinta, kita harus berani patah hati. Kalo kita berharap banyak sama orang, kita harus siap untuk kecewa.

Download

Trilogi Cinta Lupus Dan Poppi [2]

Lupus bersyukur merasakan semuanya dalam usia produktifnya Dan melupakan Trixie yang sudah meninggalkannya atau Poppi cewek incerannya yang ternyata lebih memilih Rainbow daripada dia.

Ya, Rainbow emang lebih keren, lebih tegap, dan jadi idola anak sekolahnya lantaran jadi ketua OSIS dan dikenal luas sebagai anak gaul.

Tapi Lupus nggak peduli. Pagi itu Lupus malah membawa pot bunga untuk Poppi. Poppi tetap menjadi kenangan abadinya dan Lupus tau betul Poppi amat suka tumbuh-tumbuhan. Setiap pagi, Poppi selalu membawa bunga segar yang diletakkan di meja guru, untuk mempersegar kelasnya.

Lupus tau, Poppi udah jadi milik Rainbow tapi Lupus tetap cinta sama Poppi. Cintanya pada Poppi hidup terus hijau terus, tumbuh terus seperti tumbuh-tumbuhan yang dibawanya

Dan di zaman reformasi ini, mencintai pacar orang kan boleh-boleh aja. Nggak dosa. Nggak ada yang ngelarang. Soalnya ngelarang orang mencintai orang lain itu sama aja melanggar hak asasi manusia. Dan pelanggaran HAM kan amat ditentang di zaman reformasi. Lupus pernah ngobrol-ngobrol soal ini sama Nyit Nyit dan Nyit Nyit ternyata ngasih jawaban yang bikin hatinya sejuk. Kata Nyit Nyit, "Cinta itu nggak harus memiliki, Pus. Karena bisa aja Tuhan memberikan cinta dan kebahagiaan yang terpisah. Mungkin Poppi memang bahagia dengan Rainbow, tapi cintanya tetap diberikan buat kamu. .."

Dan Lupus langsung kegirangan sendiri ngedenger penjelasan sobatnya Poppi itu. Tanpa terasa, vespa Lupus udah nyampe di sekolahan Lupus pun turun. Pada saat itu Pak Pangaribuaa alias Mr. Punk—guru fisika Lupus—lagi berdiri memperhatikan baju seragam anak- anak yang nggak dimasukin ke dalam celana atau rok dengan wajah super bengis!

Mr. Punk ternyata angkernya nggak pernah luntur. Sampe-sampe ada sebagian anak yang merasa perlu melaporkan ke galakan guru fisika itu ke kepsek, karena dianggap terlalu ngiler eh, killer. Sebetulnya sih Mr. Punk itu orangnya cuma kelewat disiplin. Dia paling gak bisa ngeliat ada anak yang telat masuk kelas. Kalo pas pelajaran dia, dan dia udah melangkahkan kakinya ke kelas, murid yang ada di belakangnya nggak bakal bisa diterima masuk. Walhasil anak-anak macam Boim, Gusur, Fifi Alone, dan Adi Darwis-lah yang langganan kena setrap nunggu di luar kelas. Lupus juga kadang-kadang suka kena.

Makanya jangan heran kalo pas pelajaran Mr. Punk. sering kedapetan ada murid yang adu cepet jalan menuju ke pintu kelas sama Mr. Punk Dan konyolnya. Mr. Punk suka nggak mau ngalah Kalo tu murid lari, Md Punk suka ikut-ikut lari, dan buru-buru mo nutup pintu. Tentunya kejadian itu berlaku kalo bel masuk sudah berdentang.

Tapi hebatnya Mr. Punk, dia nggak pernah pandang bulu dalam menghukum murid. Cewek kek cowok kek, kaya atau miskin, cakep maupun jelek, tetap sama di mata hukum Mr. Punk harusnya jadi jaksa agung yang bisa menghukum pejabat mana pun yang melakukan KKN tanpa pandang bulu. Bulu kete maupun bulu idung.

Nah pagi itu Mr. Punk pun lagi sibuk mengecek baju seragam anak-anak yang nggak dimasukin ke celana atau rok. Hingga tiap anak disuruh berbaris dan diperiksa sebelum masuk kelas masing-masing. Yang ketauan nggak masukin baju dihukum push-up! Yang udah kena hukuman antara lain Boim, Gusur dan Adi Darwis!

Lupus juga diperiksa. Tapi langsung lolos karena bajunya dimasukin. Eeh, enggak betulnya baju Lupus enggak dimasukin, tapi sengaja digunting sebatas pinggang! Jadinya biar nggak dimasukin ke celana keliatann seperti dimasukin! Hehehe.

Lupus lolos dan dia terus berjalan meninggalkan Mr. Punk yang terus menghukum anak-anak.

Di kelas, dengan wajah penuh senyum, Lupus menyerahkan pot yang dibawanya ke Poppi. Poppi yang lagi sibuk nulis-nulis di mejanya jadi kaget, ngeliat tiba- tiba ada pot di depannya.

“Buat kamu, Pop," ujar Lupus

“Oh makasih, Pus..." Poppi bangkit, lalu membawa pot itu ke meja guru.

Lupus buru-buru menahannya. “Eh. Pop, jangan ditaruh di situ dong...."

Poppi heran, memandang Lupus. "Abis di mana?"

"Itu khusus buat kamu, bukan buat kelas. Taruh di rumah kamu aja, buat nambah koleksi tumbuhan kamu. Jadi nantinya kan tiap nyiram pohon itu. kamu ingat saya," ujar Lupus sok puitis.

Poppi tertawa renyah. "Kenapa emangnya. Nggak usah nyiram bunga juga saya selalu inget kok.."

Senyum Lupus langsung mekar, dia kegeeran. Tapi ternyata omongan Poppi belum selesai. “...inget kalo kamu suka nggak balikin buku catatan saya..."

Download

Bumi - Buku [1]

NAMAKU Raib. Aku murid baru di sekolah. Usiaku lima belas tahun. Aku anak tunggal, perempuan. Untuk remaja seumuranku, tidak ada yang spesial tentangku. Aku berambut hitam, panjang, dan lurus. Aku suka membaca dan mempunyai dua ekor kucing di rumah. Aku bukan anak yang pintar, apalagi populer. Aku hanya kenal temanteman sekelas, itu pun seputar anak perempuan. Nilaiku ratarata, tidak ada yang terlalu cemerlang, kecuali pelajaran bahasa aku amat menyukainya.

Di kelas sepuluh sekolah baru ini, aku lebih suka menyendiri dan memperhatikan, menonton temanteman bermain basket. Aku duduk diam di keramaian di kantin, di depan kelas, dan di lapangan. Sebenarnya sejak kecil aku terbilang anak pemalu. Tidak pemalupemalu sekali memang, meskipun satudua kali jadi bahan tertawaan teman atau kerabat. Normalnormal saja, tapi sungguh urusan pemalu inilah yang membuatku berbeda dari remaja kebanyakan.

Aku ternyata amat berbeda. Aku memiliki kekuatan. Aku tahu itu sejak masih kecil meskipun hingga hari ini kedua orangtuaku, teman teman dekatku tidak tahu.

Waktu usiaku dua tahun, aku suka sekali bermain petak umpet. Orangtuaku pura-pura bersembunyi, lantas aku sibuk mencari. Aku tertawa saat menemukan mereka. Kemudian giliranku bersembunyi. Kalian pernah melihat anak kecil usia dua tahun mencoba bersembunyi? Kebanyakan mereka hanya berdiri di pojok kamar, atau di samping sofa, atau di belakang meja, lantas menutupi wajah dengan kedua telapak tangan. Mereka merasa itu sudah cukup sempurna untuk bersembunyi. Kalau sudah menutupi wajah, gelap, sudah tersembunyi semua, padahal tubuh mereka amat terlihat.

Aku juga melakukan hal yang sama saat Papa bilang, ”Raib, ayo bersembunyi. Giliran Mama dan Papa yang jaga.” Maka aku tertawa comel, berlari ke kamarku, berdiri di samping lemari, menutupi wajah dengan kedua telapak tanganku.

Usiaku saat itu bahkan baru dua puluh dua bulan, belum genap dua tahun. Itu permainan hebat pertama yang pernah kumainkan dengan penuh antusias.

Namun, ternyata permainan itu tidak seru. Orangtuaku curang. Waktu giliranku jaga dan mereka bersembunyi, aku selalu berhasil menemukan mereka. Di balik gorden, di balik pot bunga besar, di belakang apalah, aku bisa menemukan mereka meskipun sebenarnya aku tahu dari suara mereka menahan tawa. Tetapi saat aku yang bersembunyi, mereka tidak pernah berhasil menemukanku. Mereka hanya sibuk memanggilmanggil namaku, tertawa, masuk kamarku, sibuk memeriksa seluruh kamar. Mereka melewatkanku yang berdiri persis di samping lemari.

Aku sebal. Aku mengintip dari balik jemari kedua telapak tanganku. Orangtuaku pastilah pura-pura tidak melihatku. Bagaimana mungkin mereka tidak melihatku? Itu berkalikali terjadi. Saat aku bersembunyi di ruang tengah, mereka juga berpura-pura tidak melihatku. Bahkan saat aku hanya bersembunyi di tengah ruang keluarga rumah kami, menutup wajah dengan telapak tangan, mereka juga pura-pura tidak melihatku.

Saat kesal, kulepaskan telapak tangan yang menutupi wajahku. Mereka hanya berseru, ”Astaga, Raib? Kamu ternyata ada di situ?” atau ”Aduh, Raib, bagaimana kamu tibatiba ada di sini? Kami dari tadi melewati tempat ini, tapi tidak melihatmu.” Lantas mereka memasang wajah seperti terkejut melihatku yang berdiri polos. Mereka memasang wajah tidak mengerti bagaimana aku bisa tibatiba muncul. Padahal aku sungguh sebal menunggu kapan mereka akan berhenti berpura-pura tidak melihatku.

Download

Hujan

Elijah tersenyum setelah melihat bando itu terpasang dengan baik di kepala. "Ini fase terakhir, sekaligus paling penting, sebelum kamu masuk ke ruang operasi. Di fase ini kami membutuhkan peta saraf otakmu, melalui cerita yang kamu sampaikan.”

Elijah diam sebentar, memastikan gadis di hadapannya men-cerna kalimatnya dengan baik.

“Aku tahu ini tidak mudah. Tapi kami membutuhkan presisi informasi. Karena kamu seorang perawat, juga memiliki pendidikan tinggi, kamu pasti amat paham. Operasi yang akan dilakukan membutuhkan peta seluruh saraf otak yang sangat akurat. Pemindai yang kamu kenakan akan membantu menentukan bagian mana saja yang menyimpan memori di kepala, lantas merekonstruksi peta digital empat dimensi. Tidak ada toleransi atas kesalahan dalam operasi. Kita tidak ingin ada memori indah yang ikut terhapus, bukan?” Elijah mencoba bergurau. Sejak gadis di hadapannya masuk ke dalam ruangan lima belas menit lalu, sama seperti pasien lain, seluruh kesedihan itu terlihat pekat di wajahnya.

“Sekali kamu masuk ke ruangan ini. proses ini tidak bisa dihentikan. Seluruh cerita harus disampaikan hingga selesai, atau peta digital itu dibuat dari awal lagi. Kamu harus bercerita dengan detail. Lail. Pemindai akan mencatat reaksi saraf otak saat kamu mulai bercerita. Tidak mengapa jika kamu harus berhenti, menangis, atau berteriak marah. Kami membutuhkan semuanya. Tidak mudah menceritakannya kembali, tapi kamu harus me-lakukannya. Agar tetap fokus, aku akan membantu dengan pertanyaan-pertanyaan. Aku fasilitator, penghubung antara pasien dan bando perak. Kamu sudah siapi"

Gadis di atas sofa hijau mengangguk samar.

Hlijah menghela napas perlahan, memperbaiki posisi duduk. "Baiklah. Pertanyaan pertama, apa yang ingin kamu hapus dari memori ingatanmu. Lail?"

Ruangan itu lengang.

"Lail, kamu mendengarku?” Elijah bertanya lembut. Gadis di hadapannya masih menunduk.

Gadis itu mengangkat wajahnya, menyeka ujung matanya yang berair—dia sejak tadi menahan sesak.
“Tidak apa kalau kamu ingin menangis." Elijah menatap bersimpati, sambil mengetukkan jarinya di tablet layar sentuh. “Ini akan menjadi tangisan terakhirmu. Aku janji."

Persis ketukan jarinya diangkat, lantai di sebelah kursi kembali merekah, kali ini dari tempat yang berbeda dengan belalai robot sebelumnya. Dua jengkal dari sofa hijau, riang berbentuk bulat seperti pipa suunlas muncul. Di ketinggian lima puluh senti pipa itu berhenti naik. Atasnya yang sekarang bergerak memipih ke samping berubah bentuk menjadi meja bundar kecil dengan satu tiang. Mengesankan, sekarang ada meja di ruangan itu. Meja model itu sedang tren di kota, kapan pun dibutuhkan bisa muncul, untuk kemudian dilipat lagi dan masuk ke dalam lantai jika telah selesai.

Secara bersamaan, sebuah belalai robot juga keluar dari lubang lainnya, menggenggam kotak tisu. Perlahan kotak tisu itu diletakkan di atas meja stainless.

"Kamu mau tisu?” Elijah menunjuk kotak, mengetuk layar tabletnya. Belalai robot bergerak mundur, masuk kembali ke dalam lantai pualam.

Gadis di atas sofa hijau mengangguk, perlahan-lahan meraih sehelai tisu, menyeka hidungnya yang berair.

Satu menit lengang.

"Apa yang hendak kamu lupakan, Lail?” Elijah kembali bertanya. pertanyaan pertama.

Lail, gadis di atas sofa hijau kali ini bisa menjawabnya, meski dengan suara serak.

"Aku ingin melupakan hujan."

Melawan Tipu Daya Setan

Rasulullah bersabda: "Berjihadlah melawan orang-orang musyrik dengan hartamu, jiwamu, dan lisan-lisanmu". Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Nasa‘i, Ahmad, al-Darimi, dengan sanad yang sangat kuat. Ibn Hibban, al-Hakim, and an-Nawawi menyatakan, bahwa hadits ini sahih. (Musa bin Ismail, Sunan Abu Dawud, (Istanbul: Kitab al-Jihad, bab. 17, 1992), 22-23).

Melalui hadits tersebut, Rasulullah menekankan pentingnya kaum Muslimin melakukan jihad secara komprehensif, dengan menggunakan berbagai potensi yang dimiliki, baik harta, jiwa, maupun lisan. Dalam arena perjuangan, atau arena jihad, sebenarnya tiga aspek: harta, jiwa, dan lisan, saling terkait satu dengan yang lain. Peperangan fisik adalah salah satu bagian dari sebuah perjuangan yang luas dan panjang antara al-haq dan al-bathil.

Bahkan, dalam hadits lainnya, Rasulullah saw juga menekankan pentingnya jihad melawan hawa nafsu. Rasulullah bersabda: Mujahid adalah seseorang yang melakukan jihad melawan hawa nafsunya di jalan Allah.

Al-Iraqiy menyatakan, bahwa hadits ini sahih, dan diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.

Jadi, dalam arena perjuangan atau arena jihad, kaum Muslim sebenarnya diminta untuk menggabungkan seluruh kemampuan atau potensi –baik potensi jiwa, harta, maupun lisan (intelektual) dan menempatkan masing-masing pada proporsi yang sebenarnya. Kapan kekuatan fisik digunakan, kapan kemampuan intelektual, dan kapan potensi harta benda diperlukan. Semua itu harus dilandasi dengan niat yang ikhlas karena Allah.

Semua potensi jihad itu tidak bisa digunakan jika manusia dikuasai oleh hawa nafsunya. Maka, perang melawan hawa nafsu secara otomatis menjadi faktor penting dalam bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Jika kaum Muslim mampu menggabungkan semua potensi tersebut, maka dalam sejarahnya, kaum Muslim mampu tampil sebagai umat yang hebat, gemilang dan terbilang. Jika potensi itu terpecah belah dan tidak teratur dengan baik, maka kekalahan menimpa kaum Muslimin.

Sepeninggal Rasulullah, umat Islam ditinggali dua perkara, yang jika keduanya dipegang teguh, maka umat Islam tidak akan tersesat selamanya. Keduanya, yakni al-Quran dan Sunnah Rasululullah. Tapi, di samping itu, Rasulullah juga mewariskan para ulama kepada umat Islam. Ulama adalah pewaris nabi. Ulama-ulamalah yang diamanahkan untuk menjabarkan, mengaktualkan, membimbing, menerangi, dan memimpin umat dalam bidang kehidupan. Banyak ulama yang mensyaratkan kemampuan berijtihad‘ bagi kepala negara (khalifah).

Adalah ideal jika ulama dan umara sama-sama baik. Dalam sejarahnya, Islam akan cepat berkembang jika ulama dan umaranya baik. Tapi, ada fase-fase dalam sejarah, dimana salah satu dari dua pilar umat itu bobrok atau rusak. Ketika itu, keberadaan ulama yang baik lebih diperlukan. Ketika Khalifah al-Makmun memaksakan paham Muktazilah, para ulama Ahlu Sunnah melakukan perlawanan yang gigih. Umat selamat, dan lebih mengikuti ulama ketimbang umara. Di zaman penjajahan Belanda, umaranya jelas rusak. Tetapi, ulama-ulama Islam ketika itu gigih mempertahankan ad-Dinul Islam. Alhamdulillah, meskipun Belanda berusaha sekuat tenaga menghancurkan Islam, umat Islam lebih mengikuti ulamanya.

Maka, yang perlu diperhatikan dan dicermati (di samping kerusakan umara (penguasa) adalah kerusakan ulama. Lahirnya ulama-ulama yang jahil, yang korupsi ilmu agama, yang berfatwa tanpa ilmu yang memadai, yang akhlaknya rusak, yang cinta dunia, dan bahkan yang mendukung kemungkaran, dan sebagainya, adalah bencana terbesar yang dihadapi oleh umat Islam. Jika kondisi seperti ini sudah terjadi, maka umat Islam harus bersiap-siap mengalami kebangkrutan. Lebih rusak lagi jika para ulama sudah mencintai dunia, menjual agama dengan harta benda dunia, dan yang merusak ilmu-ilmu agama dengan dalih menyesuaikan Islam dengan tuntutan zaman.

Sesungguhnya, Allah telah menurunkan "Kitab" dan "Besi" sebagai sarana untuk tegaknya agama Allah. 

Download

Konsultasi Syari'ah - All About Nissa [1]

Apa keutamaan anak perempuan? Karena saya pernah dengar, katanya bisa menjadi tabir bagi orang tuanya dari neraka. Apa benar?

Jawab: Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Bagian dari tabiat manusia yang rakus dunia, mereka berharap anaknya bisa membantunya untuk mendapatkan harta dunia sebanyak-banyaknya. Karena itulah, umumnya menusia lebih mengharapkan kehadiran anak laki-laki dari pada anak perempuan. Disamping biaya nafkah lebih murah, anak laki-laki juga bisa membantu sang ayah mengais rizki.

Islam mengajak manusia menuju kebahagiaan akhirat, memberikan motivasi sebaliknya. Bahwa anak perempuan selayaknya dimuliakan. Sekalipun nampaknya di dunia tidak bisa membuat kaya orang tuanya, pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak perempuan akan menjadi tabungan baginya kelak di hari kiamat.

Terdapat banyak dalil yang menunjukkan keutamaan anak perempuan. Diantaranya,

Pertama, hadis dari A’isyah radhiyallahu ‘anha menceritakan, Suatu hari, ada seorang ibu bersama dua putrinya menemuiku untuk meminta sesuatu. Namun aku tidak memiliki makanan apapun selain satu buah kurma. Akupun memberikan satu kurma itu ke sang ibu. Kemudian dia membagi dua kurma itu dan memberikannya kepada anak-anaknya, sementara dia tidak memakannya. Lalu dia keluar dan pergi. Setelah itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dan aku ceritakan kejadian itu kepada beliau. Lalu beliau bersabda, Siapa yang diuji dengan kehadiran anak perempuan, maka anak itu akan menjadi tameng baginya di neraka. (HR. Ahmad 24055, Bukhari 1418, Turmudzi 1915, dan yang lainnya).

Kedua, hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Siapa yang menanggung nafkah dua anak perempuan sampai baligh, maka pada hari kiamat, antara saya dan dia seperti ini. Beliau menggabungkan jari-jarinya. (Muslim 2631, dan Ibnu Abi Syaibah 25439).

Ketiga, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Siapa yang memiliki anak perempuan, dia tidak membunuhnya dengan dikubur hidup-hidup, tidak menghinanya, dan tidak lebih mengunggulkan anak laki-laki dari pada anak perempuan, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga. (HR. Abu Daud 5146, Ahmad 1957 dan didhaifkan Syuaib al-Arnauth).

Keempat, dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Siapa yang memiliki 3 anak perempuan, lalu dia bersabar, memberinya makan, minum, dan pakaian dari hasil usahanya, maka semuanya akan menjadi tameng dari neraka pada hari kiamat. (HR. Ahmad 17403, Ibnu Majah 3669, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Kelima, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Siapa yang menafkahi dua atau tiga anak perempuan atau saudara perempuan, hingga mereka menikah atau sampai dia mati, maka aku dan dia seperti dua jari ini.” Beliau berisyarat dengan dua jari: telunjuk dan jari tengah. (HR. Ahmad 12498 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Demikian, Allahu a’lam.

Download

Tasawuf Dalam Belitan Iblis

"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mengisyaratkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah), tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang dhalim itu akan memperoleh adzab yang amat pedih." (QS As-Syura:21).

Mengada-adakan syari'at yang tidak disyari'atkan oleh Allah itulah pokok permasalahan yang dikerjakan oleh orang-orang musyrik. Hanya saja perilaku musyrikin ini tidak terbatas pada kalangan orang musyrik, namun justru merambat ke mana-mana, sampai pada ummat Islam, bahkan tidak mustahil menjangkiti sebagian orang yang menyiarkan Islam, bahkan sebagian orang yang disebut kiai, ajengan, atau ulama.

Syari'at bikinan itu kadang justru digencarkan dengan aneka sarana, didukung, didanai, dan dipertahankan mati-matian. Sekadar contoh, memperingati orang mati dengan upacara pesta dan bacaan-bacaan tertentu pada waktu-waktu tertentu yakni hari ke 3, 7, 40, 100, setahun (haul), 1000 dan seterusnya; jelas tidak disyari'at­kan oleh Allah. Bahkan ada penegasan dari sahabat bahwa kumpul-kumpul (atau dengan makan-makan) setelah dikuburnya mayat itu termasuk niyahah (meratap).

'An Jarir bin Abdillah Al-Bajili qoola: "Kunnaa nu'iddul ijtimaa'a ilaa ahlil mayyiti, wa shonii'atit tho'aami ba'da dafnihi minan niyaahah."

Artinya: Diriwayatkan dari Jarir bin Abdillah Al-Bajili, ia berkata: "Kami biasa menganggap kumpul-kumpul ke keluarga mayit, dan membuat-buat makanan setelah dikuburnya mayit itu termasuk niyahah/meratap." (Musnad Al-Imam Ahmad nomor 6848)

Sedang meratap (menangis dengan menyobek kantong-kantong baju, memukul-mukul pipi dan semacamnya) itu termasuk adat jahiliyah yang dilarang dalam Islam. Namun, betapa gigihnya pembelaan sebagian orang terhadap syari'at bikinan yang terlarang itu. Pembelaan pun kadang dicari-carikan dalih dengan mengait-ngaitkan pada syari'at yang benar. Akibatnya, syari'at bikinan itu seakan menjadi syari'at betulan yang wajib dilaksanakan dan pelakunya dianggap akan mendapatkan pahala.

Secara agama maupun secara teori dunia, pandangan mereka yang mempertahankan atau sekadar membiarkan syari'at bikinan masuk pada syari'at betulan itu telah menyalahi kodrat. Betapa jelasnya kerusakan yang ditimbulkan oleh syari'at bikinan terhadap syari'at betulan.

Agar mudah difahami, syari'at bikinan dimisalkan tumor, sedang syari'at betulan dimisalkan tubuh asli. (Permisalan ini hanya untuk memudahkan pemahaman, dan tidak bermakusd meremehkan syari'at). Tumor ataupun daging lebih yang tumbuh di tubuh adalah bukan bagian dari tubuh. Dia adalah tambahan (bikinan kuman). Ketika anggota tubuh menjadi besar akibat tumbuhnya tumor itu otomatis tubuh terganggu. Kalau tumor itu ganas maka akan menga­kibatkan aneka macam gangguan, bahkan mematikan. Kalau toh tidak ganas, maka tetap akan mengganggu. Maka pemikiran yang benar pasti akan mengatakan, tumor itu wajib dioperasi, dibuang seakar-akarnya. Dan akan disebut tidak waras bila orang berteori bahwa tumor itu wajib dipelihara, dengan alasan karena ada hubungannya dengan pembuluh darah dan organ tubuh, maka menguatkan tubuh. Atau berdalih, dengan besarnya tumor maka akan membesarkan tubuh, dan menguatkan tubuh. Pantaskah alasan semacam ini dikemukakan?

Jawabnya, sama sekali tidak pantas. Orang yang mengatakan bahwa Islam lebih tampak syi`arnya, lebih pas dengan budaya setempat, dan lebih merasuk ke masyarakat dengan adanya bid`ah yang mereka sebut hasanah (padahal sebenarnya syari`at bikinan dan dilarang Allah); itu lebih buruk ketimbang orang yang berpen­dapat bahwa tumor itu akan menguatkan tubuh dan memperindah tubuh.

Meskipun permasalahan ini telah jelas, namun tidak mesti apa yang jelas itu ditempuh orang. Justru jalan yang gelap, becek, berbahaya dan bau, sering menjadi jalan dan ruang gerak bagi tikus-tikus got, kecoa, ular, cacing, lalat dan binatang jorok lainnya. Itulah kenyataan. Demikian pula, syari'at yang jelas telah disampaikan oleh Nabi Muhammad dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul, dan dijelaskan oleh para sahabat, tabi'ien, dan tabi'it tabi'in (generasi pertama, kedua, dan ketiga pada awal Islam yang dikenal dengan as-salafus shalih), kita tinggal mengikutinya, namun jalan yang terang itu justru tak dilalui oleh sebagian orang. Mereka pilih jalan-jalan tikus dan kecoa yang bau, becek, gelap, dan sempit serta pengap.

Segala penyimpangan yang tak sesuai dengan syari'at yang benar adalah jalan gelap. Dan arahnya ke nereka. Sedang syari'at Allah adalah jalan terang, bersih, dan lurus, yang tujuannya adalah surga.

Download

Wanita Dalam Pandangan Islam Yahudi Masehi

Lima tahun yang lalu saya membaca majalah "TORONTO STAR" edisi tiga juli 1990, disana terdapat artikel yang bertopik: "Islam bukan satu-satunya madzhab pada madzhab-madzhab Batrirkiyah" oleh Join Daier, artikel ini merupakan bantahan yang dilakukan oleh orang-orang yang ikut serta dalam Konferensi "Wanita dan Kekuatan" yang dilaksanakan di Montreal.

Artikel ini membantah komentar proklamir emansipasi wanita mesir yang terkenal DR. Nawal el-Sa`dawi. Di antara komentarnya (yang memang keliru), "Bahwasanya setiap pendidikan-pendidikan yang dikhususkan untuk wanita terdapat dalam ajaran Yahudi pada kitab perjanjian lama, kemudian pada orang-orang Masihi dan seterusnya pada Al-Qur`an" dan "bahwasanya setiap agama adalah Batrirkiyah, karena setiap agama tumbuh di lingkungan atau di masyarakat Batrirkiyah" dan "Hijab untuk wanita bukan cuma terdapat dalam agama Islam saja, bahkan itu adalah suatu warisan kebudayaan orang-orang terdahulu yang terdapat pada agama-agama yang lain”.

Orang-orang yang ikut dalam Konferensi tersebut tidak bermaksud menyamakan agama mereka dengan agama Islam, oleh karena itu DR. Nawal el-Sa`dawi mendapatkan beberapa kritikan.

Salah seorang anggota ikatan para ibu internasional (Berenz Doubu) berkata: “Bahwasanya komentar-komentar DR. Nawal el-Sa`dawi tidak diterima karena dia tidak memahami agama-agama yang lain. Kemudian salah seorang anggota dari ikatan perempuan Israiliat (Alies Syalfie) berkomentar: “Wajib saya bantah, karena tidak ada hijab dalam ajaran Yahudi”.

Lebih dari ini orang-orang barat menuduh bahwasanya Islam adalah sebab dari kebanyakan perbuatan-perbuatan yang muncul dari peradaban barat. Join Dair menambahkan bahwasanya kaum Emansipasi Wanita dari orang-orang Masihi dan Yahudi tidak menerima untuk dibanding-bandingkan dengan mereka orang-orang muslim yang hina.

Saya tidak heran dari sikap yang diambil oleh orang-orang yang ikut dalam Konferensi tersebut tentang Islam, lebih khusus lagi yang berkaitan dengan wanita. Karena Islam di sisi orang-orang barat adalah tanda terhadap penindasan kepada wanita. Dan tanda yang paling besar terhadap I`tiqad ini, bahwasanya Mentri Pendidikan di Prancis (Fultcer) memerintahkan untuk mengusir setiap siswi-siswi yang memakai hijab dari sekolah-sekolah Prancis!

Kemudian mengharamkan setiap siswi yang memakai hijab untuk mendapatkan hak pendidikan, sedangkan di sisi lain para pelajar-pelajar Masihi yang memakai salib atau Yahudi yang memakai topi Yahudi mendapatkan kenyamanan dengan memperoleh haknya untuk belajar.

Kemudian pemandangan di mana para polisi Prancis melarang para siswi yang memakai hijab untuk masuk ke sekolah adalah suatu hal yang tidak dapat terlupakan. Seterusnya kejadian yang akan selalu teringat ialah pemandangan yang menyedihkan yang dilakukan oleh Lucurch Walesh salah seorang Wali Kota di wilayah Alabama pada tahun 1962, dia berdiri di depan pintu sekolah untuk melarang masuk para pelajar kulit hitam, akan tetapi di sana ada perbedaan di antara dua pemandangan ini yaitu para pelajar kulit hitam mendapatkan simpati, belas kasih dari setiap orang Amerika dan alam secara menyeluruh. Di mana presiden Kennedy mengutus pasukan agar orang-orang yang berkulit hitam di perbolehkan untuk masuk sekolah.

Adapun wanita muslimah tidak mendapatkan bantuan dari pihak manapun. Dan tidak ada satupun yang menaruh simpati terhadap mereka dari dalam atau dari luar Prancis. Salah satu sebab tentang hal tersebut ialah menyebarnya paham yang salah dan rasa takut dari setiap hal yang mempunyai kaitan dengan Islam. Namun hal yang paling berpengaruh pada perhatian saya pada Konferensi ini adalah: apakah yang dikatakan oleh DR. Nawal el-Sa'dawi dan para pengkritik itu benar? Dengan kata lain apakah Yahudi, Masihi, dan Islam itu berkongsi terhadap akidah-akidah yang berkaitan dengan wanita? Atau terdapat perbedaan di antara mereka? Apakah benar orang-orang Yahudi dan Masihi lebih memuliakan wanita melebihi Islam? Manakah yang benar?

Sesungguhnya untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini tidak gampang, Kesulitan yang pertama adalah saya harus berusaha untuk menjadi orang yang adil dan objektif, atau sekurang-kurangnya saya harus mencoba sesuai dengan kemampuan untuk menjadi seperti itu, dan inilah perintah Islam terhadap kita. Al-Qur`an memerintahkan orang-orang muslim untuk berkata benar walaupun orang yang berada di sekitarnya tidak senang terhadap mereka, karena Allah berfirman:

"…Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil sekalipun dia adalah kerabatmu, dan penuhilah janji Allah, yang demikian itu di perintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu ingat". (QS. Al-An`aam: 152).

Download

Perjanjian Dengan Maut

Perempuan tua itu betul-betul tiran! pikir Gerard. Tiba-tiba saja Mrs. Boynton memandangnya. Gerard mendesah. Mata perempuan itu kecil, hitam, dan bernyala-nyala; dari dalamnya seolah tersorot sesuatu, sesuatu yang kuat semacam gelombang kesadisan. Dokter Gerard pernah mempelajari kekuatan pribadi semacam itu. Ia sadar kini bahwa Mrs. Boynton bukanlah perempuan tua yang bersikap sebagai tiran sekadar untuk memuaskan gengsinya. Perempuan itu benar-benar mempunyai kekuatan dalam.

Dokter Gerard melihat persamaan sorot matanya dengan sorot mata seekor ular kobra. Mrs. Boynton memang tua dan penyakitan. Tetapi itu bukan berarti ia tidak berdaya. Perempuan itu tahu benar apa artinya kekuatan. Bahkan tidak mustahil ia telah mempraktikkan kekuatan dalamnya itu sepanjang hidupnya tanpa pernah meragukan keampuhannya. Pernah Dokter Gerard menyaksikan kehebatan dan keberanian seorang pelatih harimau. Binatang-binatang buas berukuran raksasa yang dilatihnya dengan patuh menuju tempatnya masing-masing. Walaupun mereka tampak marah karena gengsi dan derajat mereka direndahkan oleh kepatuhan terhadap pelatih itu, tak urung mereka menurut dan melakukan setiap perintahnya. Mata mereka geram dan menyorotkan kebencian yang amat sangat, tapi toh mereka menurut dengan ketakutan. Pelatih itu seorang perempuan muda. Wajahnya cantik. Namun sorot matanya seperti Mrs. Boynton.

“Une domptense!” ujar Dokter Gerard kepada dirinya sendiri. Ia tahu sekarang, apa yang tersembunyi di balik pereakapan wajar yang didengarnya tadi. Kebencian putaran arus kebencian. Pikirnya, kalau orang tahu apa yang sedang kupikirkan ini, mereka pasti menuduhku gila! Diam-diam memberi label mengerikan kepada keluarga Ametika yang dengan rukun pesiar bersama di Palestina!

Kemudian Dokter Gerard memerhatikan perempuan muda berwajah tenang yang disebut Nadine tadi. Pada jari manisnya terselip cincin kawin. Pada waktu Gerard memerhatikannya, perempuan itu sejenak melontarkan pandangan kepada Lennox. Tahulah Gerard bahwa mereka suami-istri. Tapi pandangan Nadine barusan lebih menyerupai pandangan seorang ibu kepada anaknya ketimbang pandangan istri kepada suaminya; pandangan ibu sejati yang ingin melindungi dan merasa kuatir. Ada satu hal lagi yang diketahui Gerard. Nadine satu-satunya orang dalam keluarga itu yang tidak berada di bawah kekuasaan Mrs. Boynton. Mungkin Nadine membenci perempuan tua itu. Tetapi yang jelas, ia tidak punya perasaan takut pada ibu mertuanya. Kekuatan dalam Mrs. Boynton sama sekali tidak rhemengaruhinya. Nadine tampak muram dan kuatir akan suaminya, tetapi ia sendiri bebas.

“Hmm, menarik sekali semuanya ini” ujar Dokter Gerard.

Di tengah kekalutan ini, muncullah sesuatu yang bernapaskan kehidupan wajar, namun berpengaruh lucu.

Seorang lelaki masuk. Ketika melihat keluarga Boynton di situ, ia pun langsung beranjak mendekati nfereka. Wajah lelaki ini menyenangkan. Tampaknya lelaki setengah baya ini pun berkebangsaan Amerika. Pakaiannya rapi, dagunya licin, dan kumisnya tereukur rapi. Suaranya agak pelan dan monoton, namun cukup menyenangkan.

“Aku sedang mencari-cari kalian” ujarnya. Dengan hati-hati dijabatnya tangan mereka masing-masing. “Apa kabar, Mrs. Boynton? Perjalanan ini tidak terlalu melelahkan, bukan?”

Jawaban Mrs. Boynton cukup ramah. “Tidak. Kesehatanku memang tidak pernah bagus. Kau tentu tahu...”

“Tentu saja; sayang sayang-sekali!”

“Tapi aku tidak sakit” tambah Mrs. Boynton dengan senyum ularnya. “Nadine pandai sekali merawatku. Betul, kan, Nadine?”

“Aku mencoba merawat Mama sebaik mungkin” Nadine berkata tanpa ekspresi.

“Aku yakin akan hal itu” sahut lalaki asing tadi dengan sungguh-sungguh. “Bagaimana pendapatmu mengenai kota Raja Daud ini, Lennox?”

“Aku tak tahu” sahut Lennox tanpa semangat.

“Kau kecewa, kan? Terus terang aku pun begitu mula-mula. Kau pasti belum banyak melihat-lihat”

Carol menimpali, “Mama tidak boleh kecapekan”

“Ya. Dua jam sehari cuma itu kekuatanku berjalan-jalan”

Download

Jennings Si Iseng

KEESOKAN paginya Jennings sibuk sekali. Ia sampai bingung karenanya. Ia hanya bisa ingat, setiap kali bunyi lonceng terdengar, ia harus berbaris lagi dalam antrean yang panjang. Saban kali ikut dalam antrean. Jennings sebenarnya tidak begitu tahu ke mana barisan itu bergerak. Pokoknya, saban kali pasti ia akhirnya berhadapan dengan seorang guru. Guru demi guru itu selalu saja menanyai nama dan umurnya. Lantas guru-guru itu memberikan sesuatu kepadanya. Ada yang memberikan buku-buku pelajaran, ada yang menyodorkan sepasang kaus kaki untuk sepak bola, pokoknya sesuatu yang mestinya sesuai dengan keperluan antrean.

Jennings merasa lega ketika saat makan siang tiba. Saat itu ia bisa merasa agak tenang. Tapi ketenangan itu ternyata hanya sebentar saja, karena begitu anak-anak selesai makan, lonceng berbunyi lagi dan semuanya mulai lagi membentuk barisan yang bergerak ke salah satu tempat.

Jennings sudah bosan antre. Ketika dalam barisan itu ia sampai ke suatu sudut dan harus membelok, ia menyelinap pergi seorang diri. Ia masih ingat pada ancaman Temple malam sebelumnya. Hal itu menyebabkan ia merasa harus menghindar sampai saat minum teh.

Barangkali saja tidak ada lagi bahaya apabila saat itu sudah lewat.

Ia menjumpai Darbishire di ujung lapangan tempat bermain. Anak itu sendiri saja di situ.

"Kenapa kau di sini, Darbishire?" tanya Jennings. "Mestinya kau ikut antre, entah ke mana lagi."

"Aku tahu," kata Darbishire sambil meneguk ludah. Jennings tidak bisa melihat mata anak itu karena terlindung di balik kacamatanya. Tapi walau begitu ia bisa juga tahu bahwa anak baru itu menangis, karena pipinya nampak basah.

"Kau menangis, ya?" kata Jennings.

"Ti-tidak, bukan benar-benar menangis. Aku hanya rindu, ingin kembali ke rumah. Karena itulah kacamataku basah."

"Kan tidak ada yang perlu kaubingungkan," kata Jennings dengan maksud menghibur. "Lain dengan aku! Kalau aku ini sudah sepantasnya cemas, karena akan dihajar sebelum waktu minum teh nanti."

"Aku juga akan dihajar, apabila bertingkah," kata Darbishire.

"Lalu, apakah kau bertingkah?"

“Tidak. Sepanjang pagi ini aku rasanya sedih terus. Aku tidak suka bersekolah di sini. Segala-galanya serba tidak menyenangkan, dan -ah, kenapa aku harus bersekolah di sini?"

"Aku juga merasa tidak enak,” kata Jennings. "Aku ingin bisa bicara sebentar saja dengan ayahku. Aku ingin minta nasihat padanya, apa yang sebaiknya kulakukan apabila dihajar nanti. Pasti ada sesuatu yang bisa kulakukan. Tapi apa?"

Tiba-tiba ia merasa mendapat akal yang bagus.

"He," katanya, "he, Darbishire, aku punya akal! Bagaimana jika kita lari saja dari sini?"

"Lari!" Darbishire terkejut, mendengar gagasan senekat itu.

"Ya, lari pulang. Lalu kau bisa mengatakan bahwa kau tidak suka bersekolah di sini, dan ayahku akan bisa mengatakan bagaimana aku harus menghadapi juara tinju yang hendak menghajar diriku."

“Tapi bagaimana kita bisa lari?" kata Darbishire. “Kita kan tidak diizinkan keluar!" Anak itu memang sangat patuh.

Jennings hanya mengangkat bahu saja. Baginya, larangan itu merupakan urusan kecil.

"Itu kan gampang!" katanya. "Kita berjalan saja ke luar lalu naik bus ke stasiun, dan dari sana pulang. Untuk membeli karcis kereta api, kita minta saja uang tabungan kita kepada Pak Carter."

“Tapi uangku hanya ada empat pound dan delapan puluh lima penny."

"Itu kan banyak! Pasti cukup untuk membeli karcis," kata Jennings meyakinkan. "Wah, asyik juga, ya?”

Darbishire tidak yakin apakah ia menyukai keasyikan seperti itu. "Bagaimana kalau ketahuan?" katanya dengan nada bimbang.

Jennings berpikir-pikir. Kemungkinan itu memang ada. Tapi barangkali ada salah satu cara untuk mengurangi risiko itu.

"Aku tahu akal," katanya kemudian. "Kita menyamar. Jadi jika ada yang melihat kita, orang itu tidak bisa mengenali bahwa yang dilihatnya itu kita.

"Maksudmu dengan jenggot, hidung palsu, dan sebagainya?" kata Darbishire dengan mata terbelalak.

"Kenapa tidak?" jawab Jennings dengan santai, seakan-akan sudah biasa melakukan penyamaran.

“Tapi aku tidak punya jenggot,” kata Darbishire.

"Lagi pula, aku pasti kelihatan  eh nanti-berjenggot, tapi memakai seragam anak sekolah.”

Hal seperti itu tidak dianggap penting oleh Jennings. Pokoknya, rencananya menyamar itu bagus sekali menurut perasaannya. Harus bisa dilaksanakan!

"Yah, kalau begitu jangan memakai jenggotlah," katanya, "tapi aku kan bisa memakai kacamatamu! Itu pun sudah merupakan penyamaran. Dan kau bisa-eh-"

Apa yang bisa dilakukan Darbishire

Pena Beracun

AKHIRNYA semua pembalut dilepaskan, para dokter sudah puas memeriksa seluruh tubuhku, para juru rawat berulang kali memberi peringatan padaku untuk menggunakan anggota tubuhku dengan berhati-hati. Aku sudah merasa muak mendengai omongan mereka, karena mereka berbicara seolah-olah dengan anak bayi saja. Akhirnya Marcus Kent mengatakan supaya aku pergi dan hidup di daerah pedesaan.

"Udara bersih, hidup tenang, tidak mengerjakan apa-apa itulah resep yang terbaik bagimu. Adik perempuanmu itu pasti bisa merawatmu. Makan, tidur, pokoknya menirukan cara hidup tumbuh-tumbuhan sejauh mungkin”

Aku tidak bertanya apakah aku akan bisa terbang lagi. Memang ada beberapa pertanyaan yang sebaiknya tidak kita ajukan kalau kita takut mendengar jawabannya. Itulah sebabnya selama lima bulan terakhir ini aku tak pernah bertanya apakah aku akan terbaring telentang saja selama hidupku. Aku takut para juru rawat akan memberiku keyakinan yang berlebihan.

"Sudahlah, mengapa bertanya begitu? Kami tak pernah membiarkan pasien-pasien kami berbicara begitu!" Jadi aku tak bertanya dan ternyata sikapku itu memang tepat. Aku tidak akan menjadi lumpuh dan tak berdaya. Aku bisa menggerakkan kakiku, bisa berdiri di atas kakiku sendiri dan akhirnya bisa berjalan beberapa langkah dan kalaupun aku memang merasa seperti anak bayi yang pemberani yang sedang belajar melangkah dengan lutut yang gemetaran dan mengenakan sepatu yang solnya berlapis kapas. yah, itu hanya suatu kelemahan dan karena sudah lama kakiku tak digunakan. Tak lama lagi perasaan seperti itu akan hilang.

Marcus Kent, seorang dokter yang hebat sekali, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak kutanyakan.

"Kau akan pulih sama sekali” katanya. "Baru hari Selasa yang lalu kami mendapat kepastiannya, yaitu waktu kami mengadakan pemeriksaan menyeluruh yang terakhir itu. Sekarang aku sudah berhak mengatakannya padamu. Tapi ini membutuhkan waktu. yang lama dan boleh kukatakan, akan membosankan. Dalam penyembuhan saraf-saraf dan otot-otot, tubuh harus mendapat bantuan dari otak. Bila kau tak sabar atau merasa kesal, keadaanmu akan memburuk lagi. Kau boleh berbuat apa saja, kecuali “memaksa dirimu untuk sembuh. Usaha yang sekecil-kecilnya ke arah itu akan membawamu ke sebuah rumah peristirahatan. Kau harus menjalani hidup ini dengan lambat dan santai, dengan tempo Legato yang dalam istilah musik berarti perlahan-lahan. Bukan hanya tubuhmu yang harus pulih, tapi saraf-sarafmu pun sudah melemah karena kau sudah minum obat sekian lamanya. Sebab itu kukatakan lagi, pergilah ke desa, cari sebuah rumah, arahkan minatmu pada politik setempat, pada skandal-skandal setempat, pada gunjingan-gunjingan desa. Berikan perhatian yang besar pada tetangga-tetanggamu. Kalau boleh aku menyarankan, pergilah ke bagian dunia di mana tak ada sahabat atau kenalanmu di sana”

Aku mengangguk.

"Aku pun sudah mempertimbangkan hal itu” kataku.

Tak ada yang lebih menyebalkan daripada sahabat-sahabat kita sendiri yang berdatangan untuk memberikan simpati, tetapi juga mengemukakan urusan-urusan mereka sendiri. Yang berkata umpamanya,

"Aduh, Jerry, kau kelihatan sehat sekali. Sungguh! Sayang aku harus menceritakan padamu. Tahukah kau apa yang telah dilakukan si Buster?"

Tidak, aku tak suka itu. Seekor anjing lebih baik. Binatang itu akan meringkuk ke suatu sudut yang sunyi dan menjilati lukanya diam-diam, tak mau ribut-ribut sebelum benar-benar pulih. Maka aku dan Joanna pun memilih rumah yang bernama Little Furze, di Lymstock, setelah secara sembarangan memilihnya di antara tempat-tempat di seluruh Kepulauan Inggris yang ditawarkan dan dipuji oleh makelar-makelar rumah. Tempatku kami pilih sebagai salah satu yang patut dikunjungi, terutama karena kami belum pernah pergi ke Lymstock dan kami tak mengenal seorang pun di situ.

Dan waktu Joanna melihat Little Furze, dia memutuskan bahwa itulah rumah yang kami cari. Little Furze terletak kira-kira setengah mil di luar Lymstock, di jalan yang menuju ke padang tandus.

Rumah itu sederhana, rendah dan bercat putih, dengan sebuah teras landai bergaya Victoria yang dicat hijau pucat. Dari sana terbentang pemandangan indah ke lereng bukit yang ditumbuhi rumput, sedang ke arah bawah, di sebelah kirinya, tampak menara gereja Lymstock.

Download

Titik Muslihat

WALAU MENDUDUKI lembaga politis yang paling berkuasa di dunia, Presiden Zachary Herney hanyalah seorang lelaki dengan tinggi rata-rata, bertubuh ramping, dan memiliki bahu yang tidak terlalu lebar. Wajah Presiden Herney berbintikbintik. Dia mengenakan kacamata bifokal, dan rambutnya berwarna hitam dan terlihat mulai menipis. Walau memiliki fisik yang biasa-biasa saja, dia terlihat menonjol di antara orang-orang yang mengenalnya. Kata orang, jika Anda bertemu dengan Zach Herney satu kali saja, Anda pasti mau berjalan ke ujung dunia demi dirinya.

"Aku senang kau mau datang," kata Presiden Herney sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Rachel. Jabatan tangannya terasa hangat dan tulus.

Rachel berusaha berbicara dengan lebih lancar, tetapi tidak berhasil. "Ten... tu saja, Pak Presiden. Bertemu dengan Anda merupakan kehormatan bagi saya."

Presiden tersenyum hangat padanya, dan Rachel dapat merasakan secara langsung keramahan Presiden Herney yang legen-daris ini. Lelaki ini memang memiliki sikap ramah yang disukai para kartunis politik. Betapa pun anehnya para kartunis itu menggambar wajah sang presiden, semua orang masih akan dapat melihat senyumannya yang hangat dan ramah yang selalu muncul tanpa dibuat-buat itu. Matanya senantiasa memantulkan ketulusan dan harga diri.

"Jika kau mengikutiku," kata Presiden dengan suara riang, "akan kusiapkan secangkir kopi untukmu."

"Terima kasih, Pak."

Presiden menekan interkom dan meminta ajudannya membawakan kopi ke kantornya.

Ketika Rachel mengikuti Presiden berjalan di dalam pesawat itu, dia merasa heran melihat sang presiden tampak begitu gembira dan tenang untuk ukuran seseorang yang sedang kalah dalam jajak pendapat. Presiden juga berpakaian dengan sangat santai...celana jeans, kemeja polo, dan sepatu hiking merek L.L. Bean.

Rachel berusaha membangun percakapan."Anda... senang mendaki gunung, Pak Presiden?”

"Sama sekali tidak. Para penasihat kampanyeku memutuskan beginilah penampilan baruku. Bagaimana pendapatmu?”

Rachel berharap Presiden tidak bersungguh-sungguh dengan ucapannya itu. "Sangat... mm... gagah, Pak."

Raut wajah Herney tidak berubah. "Bagus. Kami pikir, ini akan membantu kami meraih kembali suara dari perempuanperempuan yang mendukung ayahmu." Setelah beberapa detik, Presiden tersenyum lebar. "Ms. Sexton, itu hanya gurauan. Kita berdua pasti tahu, aku membutuhkan lebih dari sekadar celana jeans dan kemeja polo untuk memenangkan pemilihan umum ini.

Keterbukaan dan kejenakaan Presiden dengan cepat menghapus ketegangan yang dirasakan Rachel karena berada di tempat ini. Walaupun fisiknya biasa-biasa saja, hal itu mampu ditutupi Herney dengan keunggulan diplomasinya. Diplomasi adalah keahlian untuk berhubungan dengan orang lain, dan Zach Herney memiliki bakat tersebut.

Rachel mengikuti Presiden hingga ke bagian belakang pesa-wat. Semakin ke dalam mereka melangkah, semakin tidak mirip pesawat interiornya. Dia dapat melihat koridor yang meleng-kung, dinding berlapis wall-paper, bahkan sebuah ruangan olah raga, lengkap dengan StairMaster dan mesin dayung. Anehnya, pesawat itu begitu lengang.

"Anda bepergian sendirian, Pak Presiden?”

Presiden menggelengkan kepalanya. "Sebenarnya aku baru saja mendarat."

Rachel terheran-heran. Mendarat dari mana” Ringkasan laporan intelijen yang dibuatnya minggu ini tidak menyebutnyebut adanya rencana perjalanan Presiden. Tampaknya Presiden menggunakan Pulau Wallops untuk melakukan perjalanan diam-diam.

"Stafku meninggalkan pesawat ini tepat sebelum kau datang," kata Presiden. "Aku sebentar lagi akan menuju ke Gedung Putih untuk bertemu kembali dengan mereka di sana, tetapi aku ingin menemuimu di sini saja."

"Anda sedang berusaha mengintimidasi saya?”

“Sebaliknya. Aku hanya berusaha untuk menghormatimu, Ms. Sexton. Gedung Putih tidak tepat untuk pertemuan pribadi, dan berita tentang pertemuan kita ini akan menempatkan dirimu pada posisi yang canggung dengan ayahmu."

Download

Keluarga Flood [1] - Tetangga Menyebalkan

Pada pandangan pertama, Keluarga Flood tampak seperti sebuah keluarga biasa selama kamu berada paling tidak sekitar seratus meter dan melihat mereka dari belakang. Pada suatu malam berhujan nan gelap di musim gugur. Dalam keluarga itu ada ibu, ayah dan anak­-anak. Mereka semua memiliki dua mata, satu kepala, dua lengan dan dua kaki serta rambut di atas kepala kecuali Satanella yang tidak memiliki lengan melainkan empat tungkai dan rambut di sekujur tubuh.

Jika dilihat lagi, terutama kalau kamu ber­ada kurang dari seratus meter dan berdiri di hadapan mereka, Keluarga Flood sama sekali tidak tampak seperti keluarga lain. Sang ibu, ayah dan hampir semua anak mereka selalu mengenakan pakaian hitam. Satanella bahkan memakai kalung bertabur berlian di atas bulu­nya yang hitam. Hanya si bungsu, Betty yang tampak berbeda. Ia berambut pirang dan me­ngenakan pakaian biasa berwarna-warni dan ia senantiasa melompat-lompat.

Keluarga Flood terdiri atas para penyihir pria dan wanita (wizards dan witches) termasuk Betty juga, walaupun ia terlihat seperti anak normal. Betty senang tampak lain dari yang lain karena hal itu membuatnya merasa istimewa. Hal itu juga membuat orang lain terbuai oleh rasa aman yang menipu. Betty adalah satu-satunya anggota Keluarga Flood yang tidak pernah dihindari orang-orang saatberpapasan.

Orang-orang itu bahkan kasihan pada Bet­ty dan berkata, "Lihat gadis cilik itu. Ia harus tinggal dengan orang-orang aneh itu. Sungguh malang.”

Semua itu bermula ketika ibu Betty, Mor­donna, memutuskan bahwa enam anak (yang semuanya adalah penyihir) sudah cukup. Valla, Satanella, Merlinmary, Winchflat serta si kembar, Morbid dan Silen! (masing-masing dengan keanehan dan tingkah laku mengerikan tersendiri-bisa dibilang anak-anak yang dapat membuat orangtua penyihir mana pun merasa bangga).

Sebagai contoh, Satanella bukanlah bina­tang peliharaan keluarga (ia sebenarnya merupakan seorang anak pasangan Flood, tetapi ka­rena suatu kecelakaan yang melibatkan seekor udang dan tongkat sihir yang keliru, Satanella menjadi. seekor anjing terrier. Sebenarnya, membalikkan mantra tersebut merupakan hal mudah, namun Satanella sudah, terlanjur se­nang berjalan dengan kecmpat kakinya. Merlinmary juga mempunyai rambut di sekujur badannya tetapi ia bukanlah seekor anjing, walaupun ia sering menggeram dan gemar mengejar-ngejar tongkat yang dilemparkan.

"Aku menginginkan seorang anak perem­puan” kata Mordonna pada suaminya, Nerlin, setelah kelahiran si kembar. "Seorang anak perempuan cantik yang senang mendandani boneka dengan baju-baju berenda dan bukan­nya mengubah boneka itu menjadi katak. Aku ingin anak perempuan yang senang menemani­ku memasak dan membuat kue rasa cokelat dan bukannya rasa darah kelelawar. "

"Tetapi, sayang, kita kan penyihir” kata Nerlin. "Mengubah benda-benda menjadi ka­tak dan darah memang pekerjaan kita. Keluar­ga kita telah melakukannya sejak dulu kala”

"Aku tahu, dan aku juga memuja katak serta darah” kata Mordonna, "dan aku men­ cintai kecnam anak kita yang sadis dan sangat berbakat. Mereka semua sekejam mimpimu yang paling liar. Aku hanya menginginkan anak perempuan untuk menemaniku melaku­ kan hal-hal yang biasa dilakukan seorang ibu bersama putrinya”

"Tetapi kau kan sudah menanam jamur beracun bersama si kembar dan menajamkan gigi kucing kita bersama Valla”

"Ya, ya, aku tahu” jawab Mordonna, "dan aku sangat menyukai semua itu, tetapi bagaimana dengan merajut dan melukis bunga­ bunga?"

Apa itu merajut?" kata Nerlin, tetapi Mordonna sudah menetapkan hatinya. Ia akan memiliki seorang anak lagi dan anak tersebut akan menjadi anak yang normal, gadis biasa yang tidak memiliki kekuatan sihir sama sekali. Tidak seperti anak-anak lain yang diciptakan berdasarkan sebuah buku resep kuno di dalam sebuah laboratorium, menggunakan tongkat sihir berkekuatan turbo dan seperangkat panci mengkilap produksi juru masak terkenal dari Inggris, Jamie Oliver, anak yang satu ini akan diciptakan seperti kau dan aku diciptakan.

Download

Sayap Bidadari

Harum minyak wangi tercium hampir di sekujur tubuh Bobby. Rupanya di malam Kamis yang mendebarkan ini, Bobby terpaksa datang menemui Wanda guna memenuhi keinginan orang tuanya. Dia sengaja datang sendiri lantaran tidak mau jika perjodohannya sampai tersebar luas dan menjadi gosip tak sedap yang beredar di kampungnya. Maklumlah, sebelumnya Bobby juga pernah dijodohkan dengan seorang gadis manis. Belum juga mereka saling bertemu, ternyata gosip sudah merebak hingga ke pelosok kampung. Kontan Bobby dan gadis itu menjadi malu dibuatnya, apalagi setelah pertemuannya waktu itu, yang membuat Bobby terpaksa menolak si Gadis lantaran tak mencintainya. Akibatnya, mereka pun terpaksa menanggung malu dua kali lebih berat lantaran batalnya perjodohan.

Bobby tak mencintai gadis itu lantaran dia terlalu serius, bahkan tingkahnya pun terlalu kaku dan suka dibuat-buat. Padahal, Bobby lebih suka kepada gadis manja yang bertingkah apa adanya. Maklumlah, dia itu seorang pekerja keras yang sering bergelut dengan urusan serius.

Karenanyalah, dia mendambakan seorang wanita yang tidak terlalu serius dan bisa menghiburnya dengan segala tingkahnya manjanya. Saat itu Bobby betul-betul kasihan dengan gadis yang terpaksa menanggung malu lebih berat dari yang dipikulnya. Sebab, gadis itu sempat cerita kepada beberapa temannya kalau Bobby adalah calon suami yang sangat dicintainya. Karena pengalaman itulah, akhirnya Bobby lebih berhati-hati dan tak mau sampai mengulangi untuk yang kedua kali.

Setibanya di rumah Wanda, Bobby langsung dipersilakan duduk dan segera dipertemukan dengan gadis yang selama ini hanya dilihat fotonya dan didengar suaranya saja. "Hmm... Ternyata dia lebih manis daripada fotonya, dan jika dibandingkan dengan Angel jelas dia itu lebih manis” ungkap Bobby dalam hati.

"Kok diam saja, Kak?" tanya Wanda kepada Bobby.

"Aku bingung, Wan” jawab Bobby singkat.

"Kalau bingung, kenapa tidak pegangan saja, Kak?"

Mengetahui anjuran itu Bobby langsung membatin, "Heran...? Memangnya tidak ada kalimat yang lain, apa? Kenapa harus kalimat itu yang dipakai untuk anjuran orang yang sedang bingung?"

"Kenapa, Kak?" tanya Wanda heran karena Bobby tak merespon kelakarnya.

"Tidak... Aku cuma heran saja. Kita ini kan baru bertemu, tapi kenapa kau justru menganjurkanku untuk memegang tanganmu” jawab Bobby asal.

Mendengar itu Wanda langsung merespon, "Enak saja... Bukan pegang tanganku, tahu. Tapi apa saja yang bisa dibuat pegangan”

"Apa coba. Memang di dekatku ada yang bisa dibuat pegangan selain tanganmu itu?"

"Hmm... Memangnya Kakak sering berpikiran negatif ya?"

"Negatif? Bukannya kau yang berpikiran begitu, masa baru bertemu sudah memintaku untuk memegang tanganmu”

"Sudah ah, Kak Aku tidak mau membahas soal itu. Lebih baik kita bicara yang lain saja"

"Hmm… Enaknya bicara apa ya?" tanya Bobby bingung.

"Eng... Apa ya…? O ya, kenapa Kakak mau saja dijodoh-jodohkan? Memangnya Kakak tidak bisa cari sendiri ya?"

“Enak saja tidak bisa cari sendiri. Eh, Wan? Kalau kau mau tahu, sebenarnya…” Bobby tidak melanjutkan kata-katanya.

“Sebenarnya kenapa, Kak?” tanya Wanda penasaran.

"Mmm... Sebenarnya aku mau dijodoh-jodohkan karena aku percaya kalau pilihan orang tuaku-lah yang terbaik. Ya benar, kalau itu memang yang terbaik, kenapa tidak. O ya, ngomong-ngomong… Kau sendiri kenapa mau saja dijodoh-jodohkan?"

"Aku ini kan anak yang berbakti kepada orang tua, Kak. Jadi, apa pun yang menurut mereka baik, tentu baik untukku”

"Kok jawabannya nyontek sih?”

“Tidak kok, memang begitu kenyataannya” “Benarkah begitu? Eng… Sekarang aku tanya padamu. Seandainya kau itu bukan dijodohkan denganku, namun dengan seorang lelaki separuh baya yang jelek. Apa kau tetap mau berbakti?"

"Kak... Orang tuaku tidak mungkin menjodohkanku dengan lelaki seperti itu”

"Lho, kenapa tidak mungkin? Jika orang tuamu meyakini kalau orang itu baik dan bisa membuatmu bahagia, kenapa tidak?"

"Jelas saja tidak… Sebab, mana mungkin aku bisa bahagia dengan orang seperti itu”

"Apa kau sudah pernah mencobanya?"

"Belum sih... Tapi kan, aku sudah bisa memprediksi”

"Prediksi? Itu artinya kau masih ragu, dan keraguan itu tidak bisa dijadikan sebuah pegangan”

"Kau betul, Kak. Itu memang tidak bisa dijadikan pegangan. Tapi, bukankah yang terbaik itu meninggalkan sesuatu yang masih meragukan. Soalnya hal itu kan berisiko tinggi. Beruntung jika aku bisa bahagia. Kalau tidak, bagaimana coba?"

"Kau benar. Jawabanmu itu memang tepat sekali. Andai saja kau bisa menerapkan hal itu dalam urusan akhirat, tentu kau akan menjadi wanita yang beruntung”

"Lho... Apa hubungannya?"

"Begini, Wan. Bukankah sekarang ini banyak orang yang berani melakukan hal-hal yang masih meragukan. Misalkan pacaran, dusta putih, bunga bank, dan masih banyak lagi. Bukankah hal seperti itu masih meragukan karena adanya berbedaan pendapat, bahkan kini sudah menjadi polemik yang terus berkepanjangan. Ketahuilah… Hal seperti itu jelas sangat berisiko untuk urusan akhirat. Bukankah kau bilang, yang terbaik itu meninggalkan sesuatu yang masih meragukan, dan hal itu pulalah yang menjadi salah satu penyebab aku tidak mau pacaran. Ketahuilah… Selama ini, setiap kali aku mencintai seorang gadis, maka aku akan berusaha untuk segera menikahinya. Namun karena mereka memang tidak siap, akhirnya aku pun terpaksa terus menjomblo. Karena itulah, akhirnya orang tuaku tidak sabar lagi dan berusaha menjodohku dengan pilihan mereka. Dan karena aku tidak mempunyai pilihan terbaik, terpaksa aku menurut saja, itung-itung demi baktiku pada mereka. Lagi pula, aku percaya kalau orang tuaku tidak akan membuatku menderita, mereka pasti mencarikan gadis yang terbaik untukku. Bukankah kau juga demikian, mempercayai kedua orang tuamu?"

"Ya, aku pun begitu, Kak. Karenanyalah, aku pun tidak menolak ketika dijodohkan dengan Kakak. Hingga akhirnya, malam ini kita sengaja dipertemukan agar bisa lebih saling mengenal”

"Ya, kau benar. Semoga kita bisa saling mengenal dengan cara yang benar, yaitu tidak berkembang menjadi proses pacaran yang di luar batas kesusilaan, seperti yang selama ini dilakukan oleh kebanyakan orang. Akibatnya, banyak sekali wanita yang menjadi korban, yaitu hamil di luar nikah. Bahkan tidak sedikit yang menjadi pembunuh lantaran tidak menghendaki anak yang dikandungnya. Sungguh semua itu adalah bukti kalau pacaran sangatlah berbahaya. Beruntung bagi mereka yang masih mempunyai iman, kalau tidak tentu akan bernasib sama”

Download

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger