Laporkan Jika Ada Link Mati!

Tarian Iblis

Tarida membuka kelopak matanya perlahan-lahan karena tidak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang menghitam pekat. Kelopak mata ia kerjap-kerjapkan. Lalu gerakan kelopak matanya ia hentikan. Ia memandang nyalang di sekitarnya. Sama saja gelap gulita. Tangannya lantas meraba-raba, lantas mengetahui bahwa ia rebah di tempat tidur besar dan empuk, hangat, pasti ia tidak sedang berbaring di kamar kostnya karena tempat tidurnya di sana adalah sebuah ranjang kecil dan sederhana. Juga bukan di kamar tidur yang ia tempati di rumah Maria karena tangannya sempat meraba kepala tempat tidur yang terbuat dari besi ukir, bukan kayu jati.

Tarida mengeliat bangun.

Sekujur tubuhnya terasa lemas, dan kepalanya sedikit pening. Ia terpakasa harus merebahkan diri kembali sambil berpikir-pikir dimana kiranya ia berada, mengapa suasana di sekitarnya selain gelap gulita juga hening. Teramat hening sebab yang terdengar oleh telinga Tarida hanyalah desahan nafasnya sendiri. Setelah mencubit pahanya keras-keras dan yakin ia tidak sedang bermimpi. Tarida berkonsentrasi untuk menyingkirkan pikiran yang kacau balau dan perasaan cemas yang diam-diam mulai mengerogoti.

Ia peras daya ingatannya, kemudian dirangkai dari awal.

Terbayang di pelupuk matanya sosok seorang laki-laki berpenampilan rapi dan sopan yang datang bertamu dengan cerita mengejutkan tentang Maria. Tarida dan Asep terbujuk untuk meninggalkan rumah Maria bersama laki-laki yang mengaku dokter itu. Dan dengan cara yang lihai telah mengelabui Asep agar keluar dari mobil sehingga hanya tinggal Tarida soorang yang ada di dalam mobil bersama tamu tidak dikenal itu.

Teringat pula Tarida bagaimana ia dibuat terkejut oleh apa yang kemudian terjadi selagi Asep berlari-lari masuk kembali ke rumah untuk mengambil pakaian Maria. Telinga Tarida menangkap bunyi dengigan halus, lalu sesuatu tampak muncul dari sandaran tempat duduk depan mobil. Lembaran kaca yang naik dengan cepat ke lelangit mobil dan seketika memisahkan kabin depan dengan kabin belakang. Bersamaan dengan itu tercium bau tajam yang menyengat hidung di kabin belakang. Mobil pun dijalankan perlahan-lahan keluar dari pintu gerbang, membelok memasuki jalan raya.

Saat itulah Tarida baru menaruh curiga.

"Hei, apa...!"

Kecurigaan yang sanyangnya sudah terlambat. Ia tiba-tiba merasa pusing, perut mual, dan pandangan matanya mulai nanar. Sadar bahwa dirinya diculik, Tarida bergerak ke depan pintu mobil untuk membukanya dan melompat ke luar selagi mobil itu masih dalam kecepatan lambat. Tetapi pintu mobil di sebelah kirinya terkunci tak dapat ia buka. Begitu pula pintu sebelah kanan yang ketika ditinggalkan oleh Asep, ia yakin tidak dalam keadaan terkunci. Tarida pun panik setelah menyadari mobil kecil dan sederhana itu ternyata dilengkapi peralatan canggih yang serba elektris.

Usaha terakhir yang dapat dilakukan Tarida adalah memukuli kaca jendela di sampingnya sambil berteriak-teriak minta tolong. Malang, tangan bahkan sekujur tubuhnya sudah keburu lemas. Suara yang keluar dari mulut Tarida pun tidak lebih dari sebuah erangan lemah. Ia lantas tak sadarkan diri. Satu hal yang terpikirkan olehnya sebelum jatuh pingsan adalah bahwa ia telah dibius.

Agaknya Tarida pingsan dalam posisi duduk menyandar di jok belakang dengan kepala miring ke salah satu jendela belakang mobil. Karena sewaktu pengaruh obat bius itu mulai menghilang dan Tarida pelan-pelan membuka kelopak mata, samar-samar terlihat olehnya sebuah rumah besar dan megah. Mobil kecil itu membelok ke halaman yang luas di depan rumah mentereng tersebut, dan langsung menuju sebuah garasi pintunya menganga terbuka. Di garasi besar itu, terlihat adanya sebuah mobil mewah. Dengan kelopak mata sengaja ia buat setengah terpicing. Tarida mengawasi sosok tubuh seorang laki-laki perlente yang berdiri menunggu di samping mobil mewah itu. Tarida segera mengenali kepala botak yang khas dari laki-laki itu. Sumadi, si pengacara!

Tarida nyaris melonjak kegirangan, jika tidak keburu ingat bahwa ia telah diculik. Sumadi terlihat, dan bukan mustahil justru si pengacara itulah dalangnya. Ketika mobil kecil yang membawanya berhenti di samping mobil mewah di dalam garasi. Tarida berusaha menguasai perasaan pening untuk memikirkan jalan meloloskan diri. Dengan berpura-pura tetap pingsan, diam-diam ia mendengarkan saat mesin mobil yang membawanya dimatikan. Pintu bagian depan dibuka, dan penculiknya tentulah sedang melangkah ke luar tanpa adanya suara yang menandakan pintu itu telah ditutup kembali. Berarti, sistim elektris di mobil itu tidak lagi dioperasikan.

Tarida mendengar pembicaraan pelan dan samar-samar. Ia tidak tahu apa yang dibicarakan, dan ia pun tidak perduli. Inilah saatnya untuk kabur mumpung ada kesempatan. Diam-diam Tarida menaikkan tombol kunci pintu mobil di sampingnya, lalu membuka pintu itu dengan hati-hati. Sambil berdo’a semoga ia cukup kuat untuk berlari melintasi halaman yang luas tadi, paling sedikit ia akan berteriak-teriak minta tolong dan berharap ada yang melihat dan mendengar suaranya.

Tarida yang malang.

Ia kurang memperhitungkan pengaruh obat bius di tubuhnya sehingga ketika ia meloncat ke luar dari pintu mobil, ia sedemikian pening dan lemah. Tak pelak lagi ia malah jatuh terhuyung. Seseorang tahu-tahu sudah menangkap tubuhnya dan lamat-lamat ia mendengar suara Sumadi menggeramkan perintah, “Pindahkan ia ke mobilku. Cepat!"

Tarida berusaha meronta.

Rontaan lemah.

Ia pun coba menjerit tetapi mulutnya di sekap. Dan ketika ia sudah dipindahkan ke mobil satunya lagi, sesuatu yang lain agaknya telah pula disekapkan ke mulut dan hidungnya. Saputangan dengan bau sengit yang sama. Obat pembius. Tarida pun jatuh pingsan untuk kedua kalinya.

Dan di sinilah dia sekarang.

Di sebuah tempat yang asing baginya. Sebuah ruangan yang gelap gulita, sendirian, dengan kesunyian yang terasa begitu menekan.

Tarian Iblis

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger