Laporkan Jika Ada Link Mati!

Lupus - Idiih Udah Gede

"YIHAAA!"

Hampir berbarengan suara itu meledak di pelataran SMA Merah Putih. Pagi yang dingin, tapi sekejap berubah semarak oleh sorak-sorai anak-anak kelas 3 yang berkerumun di papan pengumuman lulus ujian anak-anak SMA Merah Putih. Sekumpulan burung gereja yang sejak lama membuat sarang di atas cerobong air, berhamburan terbang saking kagetnya. Seiring lonjakan gembira anak-anak yang sudah memastikan diri lulus.

Ya, sepanjang pagi tadi mereka udah tegang banget nungguin papan keramat itu dibawa keluar. Mereka bergerombol, ngerumpi, deg-degan, dorong-dorongan, jambak-jambakan, senggol-senggolan, pokoknya kanibal banget! Itu karena, konon tersebar isu bahwa tahun ini murid tidak lulus seratus persen. Nah, jadi wajar dong kalo mereka tegang banget. Makanya setelah tau bahwa ternyata mereka bukan termasuk yang gak lulus, mereka girang setengah mati. Melonjak-lonjak mengekspresikan perasaan mereka yang sukar dilukiskan.

Lupus, begitu tau namanya tertera sebagai murid yang lulus, kontan mengepalkan kedua tangannya di udara, menari-nari kegirangan sambil berlari keliling lapangan. Disusul Anto, Gito, Aji, Ruri, lalu temen-temen lainnya. Gak ketinggalan si artis kapiran, Fifi Alone.

Lupus malah sempet buka baju segala, dan melemparkan ke udara. Sebelum jatuh, Gito yang tangkas udah keburu menjambretnya. Lalu membawa lari keliling lapangan. Tinggal Lupus yang kelabakan. Mokal bodinya yang ceking mekingking jadi tontonan orang. Ia pun setengah mati mengejar-ngejar Gito.

"Hei, Dodol, kembaliin baju gue!" teriak Lupus.

Gito malah ketawa cekikikan. Kemudian melontarkan baju itu ke arah Anto. Anto menyambutnya, sebelum akhirnya membawa lari baju itu ke sudut lapangan.

Lupus makin keki.

"Ayo kejar, Pus!" ejek Anto dari kejauhan.

"Hei, kembaliin, dong. Pada ngocol nih!" Lupus menjerit setengah putus asa.

Meta, Ita, Utari yang sempet ngeliat Lupus berbugil-ria menjerit tertahan sambil menutup muka, "Aiiih, syereeeem!" Tapi matanya pada mengintip dari sela-sela jari mereka.

"Bodi apa papan penggilesan, tuh!"

"Ih, tega lo. Masa segitu kerennya dibilang papan penggilesan? Bukan dong, itu kan gergaji! Hihihi..."

"Badan kok selembar?"

"Yeee, bolehnya pada sirik. Biar kurus tapi kan seksi!" tangkis Lupus sambil kembali mengejar Anto. Diem-diem dia mokal berat telanjang dada begitu.

Sementara Anto udah mengoper baju ke arah Aji, dan Aji langsung menyembunyikannya di semak-semak.

"Hei, mo dikemanain baju gue?" tanya Lupus sekonyong-konyong, setelah sadar bahwa bajunya udah gak dipegang Anto lagi.

"Cari aja, ntar juga ketemu."

"Sompret kalian!" Lupus terus memaki-maki.

Anak-anak malah makin ketawa riang ngeliat tingkah Lupus yang jadi lucu. Bingung, kayak orang kebakaran jenggot. Sibuk sendiri nyariin bajunya di antara semak-semak. Untung ketemu. Tapi pas dipake, mendadak terasa sesuatu yang menggigit-gigit sekujur badannya, dan...

"Yaaaaiiii!!" Lupus menjerit kesakitan sambil buru-buru melepas kembali bajunya. Ya, ternyata banyak semut-semut nakal menempel di bajunya.

Lupus makin misuh-misuh sama anak-anak yang tertawa terpingkal-pingkal.

Download

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger