Laporkan Jika Ada Link Mati!

Lupus - Tragedi Sinemata

BERITA bahwa Lupus bakal diajak main film, memang cukup menggemparkan teman-teman sekolahnya. Apalagi teman-teman dekatnya macam Fifi Alone, Boim, Aji, Gito, Gusur, Meta, Ita, dam Utari. Soalnya, rencananya, Lupus juga mau mengajak teman-teman dekatnya itu untuk ikutan terlibat. Gimana nggak surprise?

"Kamu serius, Pus?" tanya Fifi antusias.

"Serius kok. Kebetulan sang produser PT. Cuwek Bebek Film kenalan bos saya di Hai. Dan ketika dia butuh pemeran pembantu untuk film dia yang bertemakan remaja, si Bos langsung nawarin saya main. Dan karena butuh orang banyak, saya pun disuruh nyari temen-temen lain yang mau ikutan main."

Suasana sekolah pun jadi ramai. Ini karena ulah Fifi Alone yang nggak bisa ngebendung emosi dan langsung cerita ke semua orang.

"Ike khawatir, jangan-jangan bintang utamanya jadi kesaing gara-gara ike ikutan jadi pemeran pembantu...," celotehnya.

Anak-anak kelas lain pun jadi pada sirik.

"Produsernya kesambet apa sih, kok ya tega-teganya mereka diajak main film. Apa nggak takut rugi?" ejek seseorang.

"Tapi bener lho mereka bakal main film," bela yang lain.

"Ah, mustahil. Main topeng monyet sih mungkin!"

"Saya lihat sendiri, mereka sudah mulai latihan di aula sekolah saban pulang sekolah."

"Atraksi topeng monyet kan juga perlu latihan!"

Tapi berita itu hampir mendekati kebenaran ketika besoknya Lupus dipanggil sang produser untuk diajak ngomong-ngomong. Tadinya Lupus mau berangkat sendiri, biar di sananya nggak kacau. Tapi Gusur maksa ikut. Akhirnya mereka pergi berdua.

"Gimana, Pus? Mau serius kan?" tanya sang produser ketika mereka bertemu. Sementara si Gusur masih menunggu di luar, nunggu dipanggil.

Lupus pun tersenyum malu-malu. Sang sutradara, yang ikutan hadir, ikut tersenyum.

"Temen-temen yang lainnya mana? Kok nggak diajak?"

"Eh, saya kira saya disuruh menghadap sendiri. Sori deh. tapi saya bawa contohnya satu biji. Sekarang lagi nunggu di luar. Mau liat?" sahut Lupus.

"Lho, kok nggak disuruh masuk? Siapa namanya?"

"Gusur. Saya panggil, ya?" Lupus langsung berdiri, dan berteriak-teriak ribut, "Suuur, Gusuuuur, kamu boleh masuk. Udah aman!"

Wajah Gusur yang nggak kece muncul dari balik pintu, "Daku datang, Pus."

Lalu berjalan menghampiri mereka.

"Ini salah satu contoh, Mas. Meski agak lecek, ya lumayan lah buat peran jadi penjaga pintu kereta..." ujar Lupus memperkenalkan.

Sang produser pun sibuk senggol-senggolan dengan sang sutradara. Sambil berbisik, "Nggak salah nih? Kok yang beginian yang dibawa?"

"Eh, gini-gini juga dia pernah mau ikutan lomba coverboy majalah Mode, Mas," sahut Lupus seperti mendengar bisikan produser. "Tapi nggak boleh sama saya. Soal- nya takut, nanti kalau menang dan wajahnya sampai terpampang di cover, oplag majalahnya bisa anjlok. Nggak laku."

Gusur ngamuk-ngamuk.



"Oke deh, besok kamu dan temen-temen kamu ke sini aja lagi. Tapi agak pagian, biar bisa sekalian latihan, dan dicatat nama-namanya. Soalnya sekarang pegawai kantor sudah pada pulang," ujar si produser.

Lupus mengangguk. Gusur ikut-ikutan.

https://www.mediafire.com/file/8ocrz2bzn38fnmb/Lupus%20Tragedi%20Sinemata.rar

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger