Laporkan Jika Ada Link Mati!

Acep Pejuang Kecil

Buku ini menurut Mimin : Sangat bagus, apalagi dibaca pas bulan Agustus gini, biar kita sebagai generasi saat ini tau betapa berat perjuangan orang-orang terdahulu dalam memerdekakan negara ini dari penjajahan.

Sedikit ulasannya : Suatu sore, sehabis melayani serdadu-serdadu piket, seperti biasa Acep menganggur. Serdadu-serdadu itu tampak tenang-tenang saja, bahkan tampak sangat letih. Gerakannya lamban, senyum tawanya hilang, bahkan kegalakannya juga hilang. Kehadiran Acep di sana mulai tidak diganggu dan juga tidak dilarang. Hal ini sebenarnya merupakan kebebasan bagi Acep, tetapi Acep justru jadi menganggur.

Sebagai perintang waktu ia berdiri di depan markas dekat serdadu yang sedang jaga di rumah jaga. Ia memandang ke jalan yang sunyi. Tidak seorang pun yang lalu karena hari mulai gelap. Penduduk kota itu jarang yang berani lewat di depan markas.

Mula-mula Acep tidak sengaja memandangi deretan gedung-gedung di seberang itu. Matanya tertuju pada seorang yang sedang duduk di antara dua buah gedung. Orang itu seperti menatap dia. Orang itu tidak henti-hentinya memandang ke arah Acep, seolah-olah meminta agar Acep mendekat. Orang itu kelihatan sangat mengharapkan kedatangan Acep.

Seperti kena sihir Acep berjalan ke seberang mendekati orang itu.

"Selamat sore, Acep," kata orang itu menyapa.

Acep sangat terkejut. Dari mana orang itu mengetahui namanya?

"Yah, aku tahu namamu Acep. Serdadu-serdadu itu selalu memanggilmu demikian. Namamu sederhana tetapi mudah dikenal," katanya lagi.

"Selamat sore, Tuan siapa?" tanya Acep memberanikan diri.

"Sebut saja, Pak Namaku Kartono. Jadi, Pak Kartono atau Pak Ton."

"Sudah lama, bukan, kau tinggal di situ?" tanyanya lagi.

Acep tidak menjawab. Ia memandangi orang asing itu.

"Masuk gang itu lebih dulu. Aku akan menyusulmu nanti," permintaan orang asing itu.

Seperti tadi, seperti kena sihir Acep menurut saja perintah orang yang mengaku Pak Ton itu. Meskipun tidak tahu maksud orang itu, tetapi Acep terus saja menyusuri gang itu. Ia berjalan sambil berulang kali menoleh ke belakang. Ia sudah masuk kira-kira seratus meter, tetapi Pak Ton belum juga menampakkan diri. Tiba-tiba ketika timbul pikiran hendak kembali, orang itu menegur.

"Marilah ke tikungan itu."

Agaknya orang itu menyusul dari arah yang berlawa- nan.

"Bagaimana? Kau senang di sana?" tanyanya lagi.

"Sudah makan? Nasi beras tentu. Berlauk daging," tanyanya menyindir.

Acep diam saja. Bagaimana ia harus menjawab? Untuk apa pertanyaan itu dijawab? Memang demikianlah halnya.

"Kau kenal mereka?"

Acep menggelengkan kepala.

"Berapa orang biasanya yang jaga? Kapan biasa diganti?"

"Dua belas orang. Diganti tiap sore."

"Apa kerja mereka jika tidak berada di depan?"

"Paling main gaple atau catur. Malah pemimpinnya tiduran saja di kamar."

Setelah mengangguk tanda mengerti orang itu bertanya lagi "Kau tahu di mana tempat tinggal komandan yang dihormati oleh semua serdadu apabila ia lewat atau ketika sedang apel?"

"Tahu, di bagian tengah, di rumah yang menyendiri itu," Acep menjawab sambil menunjuk pada bangunan yang letaknya agak terpisah dari bangunan lain.

"Kau tahu di mana serdadu-serdadu itu mengambil senjata atau peluru?"

"Tahu. Di bangunan yang dilindungi dengan karung-karung pasir yang sangat tinggi itu "

"Kau tahu di mana mobil-mobil itu mengambil bensin?"

Orang itu masih terus bertanya seakan-akan ingin mengetahui liku-liku markas itu sampai pada hal yang paling kecil sekali pun.

"Oh, itu di pojok sana, dekat dapur umum, di belakang gudang senjata."

"Apakah ada meriam-meriam yang dipersiapkan yang terlindung oleh barikade-barikade atau karung-karung pasir yang tinggi itu?"

"Wah, saya kurang tahu."

Setelah berdiam sebentar orang itu bertanya lagi, "Nah, aku minta kamu memeriksa sekali lagi yang telah kutanyakan itu. Besok, waktunya seperti sekarang ini, kita berjumpa di sini. Aku menunggu laporanmu."

Acep agak lama terdiam. Mengapa orang ini bertanya terus dan soalnya macam-macam? Mengapa orang ini memerintah seperti seorang komandan tentara? Apa hubungannya dengan dia?
https://www.mediafire.com/file/kph87gjjkkr42mj/Acep%20Pejuang%20Kecil.rar

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger