Laporkan Jika Ada Link Mati!

Pinokio

Pada awalnya Pinokio berpura-pura tak peduli dan bertindak sebaik mungkin, tapi akhirnya karena kehilangan kesabaran dia menantang mereka yang paling keterlaluan mempermainkannya dan berkata pada mereka dengan sangat marah, "Urus diri kalian sendiri! Aku datang kemari bukan untuk menjadi bulan-bulanan kalian. Aku menghormati orang lain dan aku ingin dihormati."

"Hai si mulut besar! Kau telah bicara seperti buku!" teriak para bajingan muda yang kemudian dikuasai tawa dan salah satu dari mereka, yang lebih tidak sopan diantara yang lainnya, mengangkat tangannya bermaksud untuk memegang ujung hidung Pinokio. Tapi dia kalah cepat karena Pinokio mengayunkan kakinya dari bawah meja dan menendang tulang kering bocah itu.

"Aduh, kakinya keras sekali!" erang bocah itu sambil menggosok-gosok memar yang disebabkan oleh tendangan Pinokio.

"Sikutnya bahkan lebih keras dari kakinya!" teriak yang lain yang mendapatkan pukulan di perutnya karena mempermainkan Pinokio dengan kasar.

Tendangan dan pukulan itu membuat Pinokio mendapatkan simpati dan hormat dari seluruh bocah di sekolah. Mereka semua berkawan dengannya dan benar-benar menyukainya. Bahkan kepala sekolah memujinya karena dia sangat penuh perhatian, tekun belajar, dan pandai, selalu datang ke sekolah paling awal dan paling akhir meninggalkan sekolah. Tapi dia membuat satu kesalahan, dia memiliki terlalu banyak teman dan beberapa dari mereka adalah anak-anak nakal yang terkenal malas belajar dan suka melakukan keburukan.

Kepala sekolah menegurnya setiap hari dan Sang Peri juga mengingatkannya berkali-kali, "Hati-hatilah, Pinokio! Teman sekolah yang nakal cepat atau lambat akan membuatmu malas belajar dan mungkin suatu saat membuatmu celaka."

"Tak perlu khawatir akan hal itu!" jawab Pinokio sambil mengangkat bahunya dan menyentuh dahinya seperti berkata, "Aku terlalu pintar untuk membiarkan itu terjadi!"

Pada suatu hari ketika dalam perjalanan ke sekolah, dia bertemu beberapa teman jahatnya yang bertanya, "Sudahkah kau mendengar datangnya berita luar biasa?"

"Belum."

"Di laut dekat sini telah muncul paus sebesar gunung."

"Benarkah? Apakah itu paus yang sama dengan yang muncul ketika Papaku tenggelam?"

"Kami akan pergi ke pantai untuk melihatnya Maukah kau bergabung?"

"Tidak. Aku akan pergi ke sekolah."

"Apa urusannya dengan sekolah? Kita akan pergi ke sekolah besok. Baik kita mendapatkan pelajaran atau tidak kita tetap keledai juga."

"Tapi apa yang akan dikatakan kepala sekolah?" 

"Kepala sekolah boleh berkata apa saja sesukanya. Dia dibayar untuk mengomel sepanjang hari."

"Dan mamaku?"

"Para mama tidak tahu apa-apa, "jawab bocah-bocah kecil nakal itu.

"Kalian tahu apa yang akan kulakukan?" kata Pinokio. "Aku memiliki alasan untuk melihat paus itu, tapi aku akan pergi melihatnya sepulang sekolah saja."

“Keledai malang!” seru salah satu bocah. “Kaupikir paus sebesar itu mau menunggumu? Begitu dia capek berada di sana, dia akan pindah ke tempat lain dan semuanya akan terlambat.”

download

Share this article :

+ komentar + 1 komentar

15 November 2018 pukul 19.36

Ini format ny pdf atau exe kang?

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger