Laporkan Jika Ada Link Mati!

Wiro Sableng (104) Peri Angsa Putih

"Sosok cebol, makhluk apa kau sebenarnya? Siapa dirimu? Apakah kau punya nama?"

Murid Eyang Sinto Gendeng menyeringai. "Kau boleh memanggil saya Si Cebol, Si Kontet atau Si Katai! Suka-sukamulah wahai Peri Angsa Putih...."

Peri cantik itu tertawa lebar mendengar kata-kata Pendekar 212.

"Mendengar tutur bicaramu jelas kau bukan penduduk Latanahsilam, walau kau bicara coba meniru logat orang sini. Pakai wahai segala! Aneh terdengarnya. Apa benar kau berasal dari dunia seribu dua ratus tahun lebih tua dari dunia kami?"

"Saya dan kawan-kawan memang berasal dari dunia lain. Kami kesasar datang ke sini...."

"Bagaimana bisa kesasar?"

"Itu yang masih kami selidiki. Tapi saat ini yang kami inginkan adalah kembali ke dunia kami. Jika tidak mungkin, jika nasib kami harus tetap mendekam di negeri ini maka kami ingin agar sosok kami bisa dibuat sebesar sosok orang-orang yang ada di sini. Kalau tidak bahaya akan selalu mengikuti kemana kami pergi."

"Katamu kau datang kesasar ke negeri ini. Berarti sulit mencari jalan pulang. Untuk memenuhi keinginanmu menjadi sebesar kami, siapa pula yang bisa melakukan nya?"

"Hanya ada satu orang. Hantu Tangan Empat." jawab Wiro.

"Mengapa kau begitu yakin kakek satu itu bisa menolongmu?" tanya Peri Angsa Putih.

"Kami pernah bertemu dengannya di Tanah Jawa...."

"Tanah Jawa? Di mana itu?" tanya Peri Angsa Putih.

Wiro garuk-garuk kepalanya. "Negeri asai kami. "Sulit bagaimana menerangkannya padamu. Waktu berada di Tanah Jawa, sosok Hantu Tangan Empat sama besarnya dengan sosok tubuh kami. Kalau dia berada di sini tentu sosoknya sama besar dengan orang-orang di sini. Berarti dia punya ilmu membesar dan mengecilkan tubuh...."

"Kau cerdik." kata Peri Angsa Putih seperti memuji.

"Tidak, itu jalan pikiran wajar-wajar saja," jawab Wiro polos. "Peri Angsa Putih, melihat kepada wajahmu yang cantik dan tutur bicaramu yang sopan, saya tahu kau seorang Peri baik hati. Tetapi mengapa kau tidak mau menolong diriku mempertemukan dengan Hantu Tangan Empat?"

"Soalnya aku tidak tahu di mana dia berada."

Wiro tersenyum. "Tadi saya dengar kau berkata tidak mau membawa saya pada kakek itu tanpa ijinnya. Bagi saya berarti kau tahu di mana Hantu Tangan Empat berada. Malah saya menduga kau punya hubungan dekat dengan orang tua itu.... Seingat saya Hantu Tangan Empat hidungnya mancung bagus. Hidungmu juga mancung bagus. Mungkin itu Embanmu atau...."

"Apa itu Emban?" tanya Peri Angsa Putih.

Wiro jadi garuk-garuk kepala lagi.

"Maksud saya mungkin dia kakekmu...."

Peri Angsa Putih kembali tertawa. "Kalau aku tidak mau menolongmu, apa yang akan kau lakukan?"

"Ya, bagaimana ya? Tapi saya tidak percaya suara mulutmu sama dengan suara hatimu        "

Peri Angsa Putih tersenyum. Makin banyak bicara dengan makhluk di atas telapak tangannya itu makin senang hatinya.

"Makhluk cebol yang tak mau memberitahu nama...."

"Nama saya Wiro. Wiro Sableng." ujar Wiro.

Peri Angsa Putih tertawa cekikikan.

"Ada yang lucu wahai Peri Angsa Putih?"

"Kau tahu apa arti sableng di negeri Latanahsilam ini?" tanya Peri Angsa Putih.
Wiro menggeleng.

"Di Latanahsilam sableng artinya kencing kuda! Hik... hik... hik." Sang Peri tertawa cekikikan.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger