Laporkan Jika Ada Link Mati!

Indah Dan Mulia

Umar Ibn al-Khattab bercerita, "Aku dan beberapa sahabat yang lain berjalan bersama Nabi saw. Beliau memegang tanganku dan berjalan. Ketika itulah aku berkata, Ya Rasulullah, demi Allah aku mencintaimu.' (Perhatikan bagaimana sentuhan lembut dan halus be-liau menggugah kalbu seorang manusia. Apakah engkau bisa melakukan hal yang sama? Mari, lakukan dari sekarang!)

Lalu Nabi saw. bertanya kepadaku, 'Apakah cintamu kepadaku lebih besar daripada cintamu pada anakmu, wahai Umar?' Ya', jawabku. Beliau kembali bertanya, 'Apakah cintamu padaku lebih besar daripada cintamu pada keluargamu?' 'Ya', jawabku. Beliau bertanya lagi, 'Apakah cintamu padaku lebih besar daripada cintamu pada hartamu?' 'Ya', jawabku. Akhirnya beliau bertanya, 'Apakah cintamu padaku lebih besar daripada cintamu pada dirimu sendiri?' 'Tidak', jawabku. (Perhatikan bagaimana Umar jujur terhadap dirinya dan terhadap Nabi saw.). Mendengar hal tersebut, Nabi saw. berkata, 'Tidak boleh, wahai Umar. Imanmu belum sempurna sampai diriku lebih kaucintai daripada dirimu sendiri."'

Umar melanjutkan, "Setelah itu aku keluar dan berpikir sejenak, lantas aku kembali seraya menyatakan, 'Wahai Rasulullah, demi Allah engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.*" Nabi saw. pun menjawab, "Sekarang [imanmu telah sempurna], wahai Umar, sekarang [imanmu telah sempurna], wahai Umar."

Abdullah ibn Umar sempat bertanya, "Wahai ayah, apa yang telah kaulakukan sehingga engkau kembali guna menyatakan hal tersebut?" Umar menjawab, "Wahai anakku, aku keluar dan bertanya kepada diriku sendiri, siapa yang lebih butuh pada hari kiamat nanti: aku atau Rasulullah? Aku sadar bahwa aku lebih butuh kepadanya daripada dia kepadaku. Aku ingat bagaimana tadinya aku berada dalam kesesatan, kemudian Allah menyelamatkan diriku melaluinya."

Mendengar hal tersebut, Abdullah ibn Umar bertanya, "Wahai ayah, seandainya engkau lupa tentang banyak hal dari Rasulullah, apa sesuatu yang tidak mungkin kaulupakan?" Umar menjawab, "Kalaupun aku lupa, maka aku tidak akan lupa saat aku pergi menemuinya dan berkata, 'Izinkan aku pergi umrah, ya Rasulullah.' Beliau menjawab, 'Wahai saudaraku, jangan lupa untuk mendoakan kami.' Beliau mengucapkan sebuah kalimat yang betul-betul membuatku bahagia, tidak bisa diukur dengan kebahagiaan dunia."

Tidak akan merasakan ungkapan tersebut orang yang sekadar membacanya. Sungguh hanya kalbu yang dilimpahi cinta Nabi saw. yang mampu merasakannya secara utuh. Perasaan yang hidup dan segar. Wahai saudaraku, jangan lupa untuk mendoakan kami!

TSAUBAN MENGAJARIMU RASA CINTA DAN RINDU

Sepanjang hari Nabi saw. menghilang dari hadapan Tsauban, pelayannya. Ketika beliau datang, Tsauban berkata, "Wahai Rasulullah, engkau telah meninggalkanku." Kemudian ia menangis. Melihat hal itu, Nabi saw. bertanya, "Apakah ini yang membuatmu menangis?" "Tidak," jawab Tsauban. "Aku hanya teringat pada tempatmu di surga dan tempatku. Aku merasa kesepian." Maka Nabi saw. berkata padanya, "Wahai Tsauban, setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya."

Wahai Tsauban, betapa bahagianya engkau karena cintamu kepada Nabi saw.! Ya Allah, anugerahilah kami rasa cinta semacam itu!

INILAH BENTUK CINTA SAWAD KEPADA NABI SAW.

Di saat perang Uhud, Sawad ibn Ghaziyyah berdiri di tengah-tengah pasukan. Posturnya agak gemuk. Nabi saw. kemudian berkata kepada pasukan, "Lurus... lurus!" Nabi melihat Sawad dalam kondisi tidak lurus. Maka, Nabi saw. berkata, "Lurus, wahai Sawad!" Sawad menjawab, "Ya, wahai Rasulullah." Ia berdiri namun tetap tidak lurus.

Selanjutnya Nabi meng-hampiri Sawad dengan membawa siwak dan menusuk perut Sawad (ini terjadi di saat perang) seraya berkata, "Lurus, wahai Sawad!" Sawad menjawab, "Sakit, ya Rasulullah. Demi Zat yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, berikan kesempatan padaku membalasmu!" Maka, Nabi saw. membuka baju sehingga perutnya yang mulia terlihat. Lalu beliau ber-kata, "Silahkan menuntut balas, wahai Sawad!" Segera saja Sawad men-dekap perut Nabi saw. dan menciuminya.

Ia berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang kaulihat (perang) telah tiba dan bisa saja aku terbunuh. Maka, di saat akhir perjumpaanku denganmu aku ingin kulitku bersentuhan dengan kulitmu." Mendengar hal ter-sebut, Rasulullah mendoakan kebaikan untuknya.

Bagaimana pendapatmu tentang cintanya itu?

Akhirnya ... Apakah Engkau Tidak Malu?

Sebelum mimbar dibangun, Nabi saw. berkhutbah di masjid di samping sebatang pohon agar para sahabat bisa melihat. Beliau berdiri dengan memegang batang pohon tersebut. Ketika mimbar telah dibangun, Nabi saw. meninggalkan batang pohon tadi, dan berdiri di atas mimbar itu. (Ini adalah salah satu dari sedikit hadis yang diriwayatkan oleh hampir seluruh sahabat, karena mereka semua mendengarnya). Mereka berkata, "Kami mendengar suara rintihan batang pohon tersebut karena sedih ditinggalkan oleh Nabi saw. Lalu kami lihat beliau turun dari mimbar dan kembali ke batang pohon itu. Beliau mengusapnya seraya berkata, 'Apakah engkau tidak rela dikubur di sini dan bersamaku di surga?”

Download

Share this article :

+ komentar + 1 komentar

19 Maret 2018 pukul 10.20

Link Dead OM,.... Please Reupload ya To Google Drive.
#Syukron.

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger