Laporkan Jika Ada Link Mati!

Tarian Cinta

Ayahku adalah adahah' orang pertama di lingkungan tempat tinggal kami yang membeli alat pemutar video. Bendanya besar dan berat, terbuat dari logam. Kasetnya berbeda waktu itu, pendek dan tebal. Hari-hari pertama kami memilikinya, semua kerabat singgah ke rumah kami. Mereka datang untuk memberi ucapan selamat dan membawakan kami berkarung-karung beras dan paket-paket besar berisi kopi. Ayahku akan memutar The Black Samurai dan Amar Akbar Anthony, film India yang dibintangi oleh Amitabh Bachchan, tentang tiga saudara yang terpisah sejak lahir setelah penjahat membunuh ayah mereka. Pada akhirnya mereka bersatu kembali, dan mereka bisa membalas perbuatan orang jahat itu.

Ayahku pernah membawa pulang sebuah film yang berjudul The Aden Hafla. Kami menontonnya berkali-kali. Seluruh anggota keluarga akan duduk di depan televisi, menontonnya bersama-sama. Nenek akan duduk paling dekat dengan televisi karena panglihatannya sudah tidak seperti dulu. Ada anak-anak dengan kaffiyeh dan pistol, juga para musisi, penyanyi, serta penyair. Kami sudah hafal lagu-lagunya. Ada seorang gadis cilik yang menyanyikan lagu untuk ayahnya sebelum sang ayah berangkat perang, dan Nenek akan mengusap air matanya. Setiap orang akan membuat tanda V dengan jari mereka sebelum tampil.

Teman-teman Ayah datang khusus untuk menonton film itu. Mereka mengupas kwaci biji bunga matahari dan menatap taj am ke layar televisi. Ayah selalu menertawakan mereka ketika mereka tidak mengenali seseorang. "Apa sih yang salah denganmu? Itu kan Abu Jihad," atau "Kamu tidak tahu siapa Mahmoud Darwish?" Pernah seorang temannya mengira bahwa Al-Fakahani adalah nama pemilik toko kelontong yang ada di Beirut, dan ayah menyuruhnya pergi.

Pada malam hari Ayah memberikan kaset video itu pada Nenek, dan Nenek menyembunyikannya di dalam kandang ayam. Ibuku tidak tahan dengan ayam-ayam Nenek, dengan kotorannya dan suara berisiknya. Terjadi pertengkaran yang hebat di antara mereka karena ayam-ayam itu, dan mereka tidak saling berbicara dalam waktu yang cukup lama. Kalau aku, aku sangat mendukung ayam- ayam Nenek. Suatu hari ibuku membakar kandang ayam yang kecil itu dengan kaset video The Aden Hafla di dalamnya. Ayah sangat marah dan bergegas pergi untuk main kartu.

Keesokan harinya, ayah tidak pulang ke rumah setelah kerja. Waktu itu belum ada telepon, dan Ibu bersama Paman Bashir mengendarai jip Agrexco untuk mencarinya. Semua bibiku datang dan mulai menangis. Aku dapat mendengar mereka berbicara tentang selebaran-selebaran, tentang Hari Tanah, dan tentang penahanan.

Nenek menghabiskan sepanjang malam di atas tikar jerami di bawah pohon ekaliptus di depan rumah, menangis dan menunggu. Ibu juga belum pulang Nenek berkata bahwa Ibu bersama Ayah, tetapi tidak mengatakan di mana. Esoknya, aku dan saudara-saudaraku diam di rumah saja setelah pulang sekolah. Aku duduk di atas tikar di bawah pohon dengan Nenek. Dia masih mondar- mandir. Matanya merah dan bengkak, dan dia memusatkan pandangannya pada titik terjauh di jalan. Setiap kali sebuah mobil mendekat, dia berhenti mondar-mandir dan tubuhnya menegang. Dia mengikuti setiap mobil dengan gerakan matanya hingga mobil itu tak terlihat, kemudian dia kembali mondar-mandir dan menatap jauh ke depan.

Ibu ingin menebang pohon-pohon ekaliptus di luar rumah kami. Menurutnya, pohon itu menyebabkan banyak kotoran, dan jalan masuk ke rumah jadi tampak jelek. Nenek menyahut bahwa menebangnya akan menimbulkan bencana karena pohon itu tempat bersemayamnya wali, roh suci yang menjaga rumah dan desa. Dia menceritakan kepada kami bagaimana ayah Kakek, Sheikh Ahmad, biasa berdiri di samping pohon ekaliptus dan berbicara dengan para pemberontak di Jaffa dan di gunung-gunung. Dia akan memperingatkan mereka mengenai orang-orang Yahudi, memberi tahu di mana mereka bersembunyi dan rute mana yang paling aman.

Dua hari kemudian, ayahku dibebaskan dari tahanan. Ia ditahan setelah mereka menjemputnya di blokiran jalan ketika ia sedang menuju ke sebuah demonstrasi di Taiyiba. Mereka menggeledah mobil dan menemukan selebaran-selebaran itu. Dengan bulu-bulu pendek yang bertumbuhan di pipinya, dia kelihatan berbeda sekali. Nenek memeluknya sambil terus menangis. "Kapan kamu akan belajar, ya habibi?"

Download


Share this article :

+ komentar + 1 komentar

19 Maret 2018 pukul 10.21

Link Dead OM,.... Please Reupload ya To Google Drive.
#Syukron.

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger