Laporkan Jika Ada Link Mati!

Nightmare Hour : Saat-Saat Seram

"Labu itu hidup!" teriakku bercanda. Tapi Liz dan Mike tidak tertawa.

"Seram juga di sini kalau malam," gumam Liz, bergidik.

Angin mengembus tudungku hingga terkulai di bahuku. Bunyi berderak membuatku terlonjak Padahal hanya bunyi orang-orangan yang miring di tiangnya.

"Sangat berkilauan dan ganjil," bisik Liz, tetap berada di dekatku.
"Seperti berjalan di bulan."

Mike mengeluarkan sesuatu dari tas plastik yang dibawanya.

"Apa itu?" tanyaku.

Ia mengacungkan sebuah kaleng. Cat semprot. Cat semprot hitam.

"Oh, tidak Kau mau ngapain dengan itu?" tanyaku.

Ia cengar-cengir. "Bersenang-senang."

"Mike, tunggu—"

Ia membungkuk di atas labu besar dan menyemprotkan gambar wajah tersenyum pada permukaannya. Lalu ia berlari di sepanjang deretan labu, menyemprotkan tanda silang hitam di atas masing-masing labu. Mike mengeluarkan lagi dua kaleng dari tasnya, lalu memberikan masing-masing satu pada Liz dan aku.

"Nggak usah," kataku, kaleng itu kukembalikan padanya.

"Ayolah, Andrew," desak Liz. "Ini Halloween. Jangan jadi penakut." Ia condong ke depan dan menyemprot- kan gambar hati hitam besar pada sebuah labu.

Mike menyemprotkan inisialnya, MG—pada setumpuk labu, sambil tertawa cekikikan. "Mr. Palmer takkan pernah bisa menjualnya!"

Liz cepat-cepat berjalan di sepanjang deretan labu, menyemprotkan gambar-gambar hati. Aku menyem- protkan I WUZ HERE pada beberapa labu yang benar- benar besar.

Aku berhenti saat mendengar Liz menjerit. Ia jatuh dan terbanting ke tanah dengan keras. Cat kaleng terpental dari tangannya. Aku lari menghampirinya.

"Aku terserimpet sulur," erangnya. "Aduh. Pergelangan kakiku"

Ketika aku menolongnya berdiri, ia menatap ke bela- kangku dan memekik "Dia ada di sini! Mr. Palmer!"

Jantungku berdegup kencang. Aku menoleh dengan ketakutan. Tidak. Tak ada Mr. Palmer.

Orang-orangan. Hanya orang-orangan yang tinggi. Topi oranye bertengger di atas kepala jeraminya.

"Rasanya aku sudah cukup bersenang-senang. Di sini terlalu seram," kata Liz, sambil mengusap-usap perge- langan kakinya. "Ayo pulang."

"Hei, Mike," panggilku. "Ayo keluar dari sini."

Mike? Di mana dia?

Aku berbalik... dan tersentak. Ia sedang memanjat pagar hijau itu.

"Tidak." jerit Liz.

"Mike... jangan! Mike!" seruku. Ia menjatuhkan diri ke sisi lain. Ke tempat koleksi labu pribadi Me Palmer. Kengerian merambat menuruni punggungku. Mike keterlaluan, pikirku. Mr. Palmer punya alasan untuk mengunci labu-Iabu itu. Dia menyebut labu-labu itu kesayangan.

Jantungku berdegup kencang, aku berlari ke pagar itu. Liz mengikuti dengan terpincang-pincang karena pergelangannya terkilir.
"Hei, Mike!" panggilku. "Keluar dari sana sekarang!"

Tak ada jawaban.

Lalu aku mendengar jeritan seram. "Tolong! Ohhh, tolong!"

Aku memaksa diri berlari lebih cepat. Aku mendengar jeritan lagi.

"Ohhh...."

Jeritan itu terputus tiba-tiba.

Aku sampai di pagar itu. Lebih tinggi beberapa kaki daripada aku. Aku meloncat dan meraih puncaknya. Ketika menghela tubuhku ke atas, aku merasa melihat sulur-sulur panjang keperakan bergerak, berdiri seperti ular, meloncat, menggeliat, dan berpilin-pilin mening- galkan tanah.

Tidak. Tak mungkin. Itu gila, kataku dalam hati.

Dengan mengerahkan seluruh tenagaku, aku meng- angkat tubuhku ke atas, dan menyeberang ke sisi lain. Aku mendarat keras dengan kedua kakiku dan cepat-cepat memandang berkeliling.

"Mike?"

"Andrew, apa yang terjadi?" Dengan hati-hati Liz membungkuk di atas pagar.

"Mike?" panggilku lagi. Lalu aku melihatnya, berdiri di ujung deretan pertama. Aku mengenali jaket penerbang nya, jinsnya, sobek di bagian lutut, sneakers-nya. Tapi di atas bahunya... di atas bahunya... Sebuah labu bulat oranye bertengger di atas bahunya.

"Mike... bagaimana caramu memasang labu itu di kepalamu?" Aku berlari mendatanginya, berteriak- teriak dengan tersengal-sengal. "Lepaskan labu itu! Kita harus pergi! Ayo! Kenapa kau pakai benda itu?"

Aku tak menunggu dia menjawab. Kupegang labu itu dengan kedua tanganku, dan kutarik lepas dari bahunya.

Liz menjerit lebih dulu. Jerit ketakutan yang meleng- king. Aku membuka mulut untuk menjerit tapi tak ada suara yang keluar Aku masih memegang labu itu. Kutatap bahu Mike.
Tak ada kepala. Tak ada kepala di atas bahunya.

Dan lalu perutku tiba-tiba bergolak, kengerian demi kengerian mengakibatkan sekujur tubuhku gemetar, aku harus menyingkir.

Labu itu terlepas dari tanganku. Dan menggelinding. Menggelinding ke atas sulur panjang kurus. Aku memandangi sulur itu. Menelusurinya hingga ke ujungnya. Dan melihat kepala adikku. Kepala Mike tumbuh dari ujung sulur itu. Matanya  yang hitam  menatapku. Mulutnya membuka-menutup seolah men- coba bicara. Kepalanya bergetar, lalu tersentak keras seakan mencoba melepaskan diri. Tapi kepala itu menempel tumbuh dari sulur itu!

"Ohhhhh." Erangan ngeri keluar dari tenggorokanku. Aku tak bisa bicara atau bernapas atau bergerak Adikku... adikku yang malang...

Lalu aku melihat yang lain-lainnya. Kepala-kepala manusia, anak-anak laki-laki dan perempuan kepala- kepala yang menatapku dari tanah... mulut-mulut yang membuka menutup memohon pertolongan tanpa suara, berlusin-lusin kepala manusia, semuanya tumbuh dari sulur-sulur.

Download

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger