Laporkan Jika Ada Link Mati!

Tuhan, Alam, Manusia


Dipandang secara keseluruhan, sains modern merupakan penemuan yang unik. Meskipun merupakan produk peradaban Barat, dewasa ini sains modern dan turunannya, teknologi, dieksplorasi dengan penuh gairah oleh semua budaya dan masyarakat di seluruh dunia. Dalam langkah majunya yang penuh kemenangan, sains modern mampu menghapuskan semua cara yang lain dalam mengeksplorasi alam, setidak-tidaknya dalam pengertian praktis. Kita tak perlu melakukan penelitian bertahun-tahun untuk membuktikan aspek ke- semestaan sains modern ini: dari Islamabad hingga Jeddah dan dari Beijing hingga Niamey, penelitian ilmiah kontemporer didasarkan pada landasan dan metode yang sama seperti yang ditemukan di universitas atau laboratorium penelitian Barat yang mana pun. Jelas bahwa semata-mata kehadiran sebuah spektometer NMR di Makkah tidaklah menjadikannya islami, sebagaimana keberadaan ribuan ilmuwan Muslim di laboratorium- laboratorium Eropa dan Amerika Utara tidaklah menjadikan penelitian mereka islami.

Kesemestaan luar biasa sains modern ini men-jadikannya sebuah fenomena yang unik dan tanpa preseden sebelumnya. Keluasan jangkauannya dan kemampuannya dalam mewarnai budaya-budaya yang demikian beragam seperti budaya Islam dan Hindu, Cina dan budaya-budaya penduduk asli Amerika Utara, tidak ada taranya dalam sejarah umat manusia. Cara sains dalam melenyapkan semua cara lain dalam mengkaji alam dan daya tariknya yang memesonakan benar-benar unik dalam era modern ini, yang mula-mula muncul di suatu bagian kecil dari Benua Eropa abad ke-17 dan yang sejak saat itu mampu mewarnai seluruh penjuru dunia.

Akan tetapi, yang lebih menakjubkan lagi barangkali adalah kenyataan bahwa di suatu bagian kecil dari planet Bumi yang kecil ini, yang beredar mengelilingi Matahari—sebuah bintang yang berada di pinggiran Galaksi Bimasakti yang terdiri dari semiliar bintang, yang merupakan satu dari jutaan galaksi yang ada-muncul suatu sains yang mampu mewarnai beragam budaya dalam jangka waktu yang singkat, yakni tiga abad, dan mengubah cara manusia dalam menjalani hidup dan mati, berkomunikasi, kawin dan melahirkan anak, memproduksi makanan, pakaian, dan perumahan, serta menjalankan pelbagai kegiatan rutin sehari-hari dalam kehidupan. Fakta bahwa elektron, atom, dan molekul—demikian juga roda gigi, tuas, dan listrik—telah menjadi kata- kata yang diterima secara uni-versal, dan digunakan oleh kaum awam dari berbagai negeri dalam berkomunikasi dan menjalankan urusan sehari-hari mereka, menunjukkan luasnya jangkauan penemuan saintifik ini. Aspek kesemestaan sains modern ini adalah suatu yang tak terelakkan, baik kita suka atau tidak.

Jika sejarah bisa kita jadikan pedoman, tam-paknya orang tidak mungkin kembali kepada konsep materi-pada gilirannya juga kon-sep tentang seluruh alam semesta—yang dibangun berdasarkan gagasan-gagasan yang ada sebelum abad ke-17 tentang materi, ruang, dan waktu. Apa pun penilaian yang hendak kita berikan kepada sains modern, kita tidak bisa melepaskan diri darinya. Bahkan di ranah pengobatan bukan-Barat, di mana hasil-hasil dari filosofi alternatif tentang tubuh manusia dan penyakit- penyakit serta pengobatannya telah didemonstrasikan secara efektif selama berabad-abad, praktik pengobatan Barat dengan cepat menggantikan (baca juga: memusnahkan) praktik tradisional, suatu kepunahan yang tak tergantikan bagi umat manusia.

Barat dan Sains Modern

Dalam langkah majunya, struktur pengetahuan saintifik telah melalui banyak revolusi dalam berbagai cabang dan juga filsafat dasarnya. Sebagai contoh, dalam rentang satu abad, Revolusi Copernicus mampu meneguhkan sistem heliosentris (Matahari sebagai pusat, sedangkan Bumi hanyalah sebagai salah satu planetnya), dan ini sudah cukup untuk mengguncang fondasi pandangan-dunia geosentris sebelumnya. Namun, ini baru gebrakan awal. Bersama Galileo, sains modern tidak saja menemukan alat kecil yang menakjubkan, yaitu teleskop, tetapi juga memasuki revolusi struktural dalam epistemologinya. Sejak itu, kajian tentang alam harus didasarkan pada eksperimen dengan cara yang sangat berbeda dengan metode filsafat kealaman sebelumnya. 
Di sini kita tidak akan mengurai bagaimana penemuan itu dilakukan. Pada akhirnya, tidaklah menjadi soal apakah Galileo benar-benar menaiki Menara Pisa untuk melakukan percobaannya pada 1580-an. Yang jelas, apa yang ditemukan oleh Galileo adalah sebuah prinsip yang benar dan kukuh. Dan Galileo memang punya alat, yakni teleskop kecilnya, yang memampukan dia melihat apa yang belum pernah dilihat sebelumnya oleh manusia: satelit-satelit Yupiter. Galileo juga menemukan bahwa percepatan (akselerasi) menciptakan gaya (force) dan bahwa massa suatu benda, yang diukur dengan berat benda tersebut di Bumi, harus sama dengan massa yang diperoleh dari peristiwa tumbukan benda itu dengan benda-benda lain di mana pun di alam semesta, atau manakala ia mengalami percepatan oleh suatu gaya. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip ekuivalensi, yang pada gilirannya menjadi salah satu landasan teori relativitas adalah salah satu rumusan mendasar sains modern yang telah mengubah cara manusia memandang "benda- benda".

Sama halnya, percobaan-percobaan William Harvey (1578-1657) dan penjelasan René Descartes (1596-1650) yang bersifat filosofis tentang alam merupakan dasar pemahaman tentang alam yang berkembang pada abad ke-17 dan yang kemudian memengaruhi abad-abad selanjutnya. Begitu pula, fisika Newtonian yang meletakkan agenda bagi sains modern untuk dua abad selanjutnya, bukanlah sekadar perkembangan yang terpencil dan bersifat internal dalam ilmu fisika; ia ketika itu hingga sekarang pun masih merupakan perenungan mendalam tentang hakikat alam, Tuhan, kehidupan, dan keterkaitan di antara ketiganya.

Kemampuan sains modern untuk melakukan perubahan mencapai kekuatan penuhnya pada abad ke-18 ketika sains berfokus pada masalah kelistrikan dan kemagnetan di satu pihak, dan penemuan alat-alat di pihak lain. Abad ini adalah abad ketika inovasi-inovasi teknologi mulai mengubah cara hidup manusia dalam skala yang belum pernah disaksikan sebelumnya: mesin uap, teleskop yang baru dan kuat, mesin pembangkit muatan listrik secara mekanis, kondensor untuk mengumpulkan dan menyimpan muatan listrik, elektroskop dan elektrometer untuk mendeteksi listrik dan mengukurnya. Pada abad ke-18 juga sains menangani masalah kuantifikasi,! standardisas! alat-alat (misalnya perbaikan kualitas barometer dan termometer) dan penemuan-penemuan alat-alat seperti higrometer dan pengukur kecepatan angin.
Download


Share this article :

+ komentar + 1 komentar

19 Maret 2018 pukul 10.48

Link Dead OM,.... Please Reupload ya To Google Drive.
#Syukron.

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger