Laporkan Jika Ada Link Mati!

The Road To CEO

Tren sesaat dalam manajemen selalu datang dan pergi. Namun, pentingnya kepemimpinan korporasi sebagai faktor penentu kesuksesan tidak pernah diragukan. Apa, tepatnya, yang membuat seorang ek-sekutif menjadi seorang pemimpin? Dalam era persaingan bisnis dunia yang semakin ketat, beberapa pertanyaan memancing banyak kontroversi dan perdebatan.

Cara pandang konsultan manajemen dan pencarian eksekutif yang saling bertentangan telah memungkinkan saya untuk menyaksikan sendiri kualitas-kualitas tipikal yang membuat para pemimpin mencapai hasil saldo-akhir untuk jangka- panjang. Sebagai konsultan pada Bain & Co., saya memperoleh kesempatan istimewa untuk bekerja sama dengan para pemimpin global yang berkomitmen untuk meraih nilai yang tahan lama dengan merangkul segala macam bakat, mengembangkan produk baru, memperbaiki penilaian pasar, mencari berbagai cara baru untuk menciptakan dan me-nyampaikan produk dan jasa, serta unggul dalam persaingan. Sebelum bergabung dengan Bain & Co., saya adalah mitra pada perusahaan perekrutan eksekutif global. Di sana saya menilai calon-calon untuk posisi manajemen puncak pada organisasi- organisasi internasional terkemuka.

Bagaimanapun, kepemimpinan adalah kemampuan untuk secara konsisten memberikan hasil yang luar biasa dengan mengambil keputusan tentang nilai-nilai dan sumber daya. Kepemimpinan juga merupakan kapasitas untuk menyusun strategi mengalokasikan sumber daya yang langka dengan cara yang berbeda-beda sehingga mengarah pada hasil yang berkelanjutan. Barangkali unsur terpenting dari kepemimpinan adalah pelaksanaan: memastikan bahwa taktik dan aktivitas sehari-hari pada perusahaan mencerminkan strateginya.

Salah satu cara terbaik untuk menjajaki gaya kepemimpinan adalah mempelajari bagaimana para eksekutif melakukan pendekatan terhadap pekerjaan mereka, memosisikan diri, dan memandang peran mereka. Tidak ada yang lebih jelas mengungkapkan hal tersebut daripada paparan langsung mengenai orang, keputusan, program, teknik, kesalahan, dan prestasi. Dalam per-cakapan dengan lebih dari 160 eksekutif puncak di dunia untuk buku saya, Maximum Leadership, saya terkesima ketika menemukan bahwa pendekatan manajemen yang dipilih oleh seorang CEO sedikit sekali berkaitan dengan kepribadiannya. Alih-alih, pendekatan tersebut didasarkan pada apa yang dibutuhkan perusahaan. Dalam situasi ketika sebuah strategi baru bersifat krusial bagi kesuksesan organisasi, para pemimpin maksimum akan mengadopsi pendekatan strategis yang memosisikan diri mereka sebagai seorang visioner puncak di perusahaan. Suatu pendekatan terhadap aset manusia memungkinkan CEO untuk meraih kesuksesan melalui kebijakan-kebijakan sumber daya manusia. Pendekatan terhadap keahlian memosisikan CEO sebagai juara dalam keahlian yang dimiliki secara spesifik. Pendekatan "kebiasaan" melibatkan peluncuran serangkaian prosedur yang rumit dan perilaku yang diharapkan akan mengarah pada kesuksesan; dan pendekatan terhadap agen perubahan mensyaratkan CEO untuk bertindak sebagai katalis transformasi.

Mengenali situasi strategis dan pendekatan manajemen para pe-mimpin puncak perusahaan adalah langkah utama bagi mereka yang mengincar posisi manajemen senior di tempat bekerja saat ini tau kesempatan yang sama di organisasi lain. Seorang manajer yang menerapkan pendekatan "kebiasaan" tidak akan meng-alami kemajuan karier yang berarti dalam perusahaan yang dipimpin oleh seorang CEO "strategis". Namun, apa pun pendekatan manajemen yang akhirnya diadopsi oleh seorang eksekutif, kualitas kepemimpinan (leader ship presence) adalah hal yang sangat krusial. Mengetahui kapan harus menyajikan sebuah pesan, bagaimana membujuk orang lain, memilih kaidah etiket perusahaan mana yang harus digunakan adalah sama vitalnya dengan memahami teori mikroekonomi atau mengantongi gelar Ph.D. dalam ilmu komputer, untuk menapaki jenjang karier yang lebih tinggi.

Penampilan dan keseimbangan adalah aspek paling mendasar kualitas kepemimpinan. Para pemimpin menyadari bahwa mereka menjadi sorotan dan tak satu pun yang mereka lakukan atau katakan yang tidak akan mendapatkan perhatian. Selain mengadopsi "seragam" yang menyertai posisi mereka, para pemimpin juga ber-sikap tenang dan santai dalam interaksi sosial.

Hal fundamental lain dari kualitas eksekutif (executive presence) adalah fokus, atau kemampuan untuk berkonsentrasi tanpa ganggu-an dan melangkah maju meskipun menghadapi interupsi. Sebagian besar eksekutif secara terus- menerus menghadapi panggilan telepon, interupsi, masalah, dan isu-isu sumber daya manusia. Mereka yang dapat menggerakkan agenda untuk maju sembari menghadapi isu-isu yang muncul dan tak terhindarkan, me-miliki bakat yang unik.

Intelektualitas adalah sifat nonfisik yang kritis, tetapi bukan sekadar perkara IQ, skor ujian akhir, atau latar belakang akademis. Pada era informasi sekarang, kemampuan untuk mencerna sejumlah besar informasi dan mengintegrasikan hal tersebut dengan data se-belumnya untuk membangun dasar yang senantiasa berkembang dalam realitas, merupakan kunci bagi karier manajemen yang berhasil.

Para eksekutif yang diberi anugerah kemampuan untuk menguraikan hal-hal rumit, membangun cerita dari berbagai fakta mentah, dan berbicara secara lugas dan tanpa dibuat-buat, barangkali memiliki faktor kualitas kepemimpinan yang paling penting dari semuanya yaitu keterampilan berkomunikasi yang kuat. Mungkin faktor kualitas kepemimpinan yang paling sulit didefinisikan adalah karisma, kemampuan untuk membangkitkan minat dan kegembiraan, serta terkait secara langsung dengan kepercayaan diri dan minat seorang eksekutif terhadap orang lain. Dalam banyak kasus, karisma berasal dari gairah komitmen yang tak pernah memudar terhadap pekerjaan dan organisasi yang menyulut kinerja dan semangat seorang eksekutif. Terakhir, kesesuaian budaya kemampuan untuk mengenali dan bertindak sesuai dengan aturan-aturan dasar berperilaku dalam organisasi menjadi dasar seorang eksekutif akan dipandang dan dihormati.

Hampir mustahil bagi seorang eksekutif untuk menempati posisi puncak tanpa dosis kualitas kepe-mimpinan yang kuat. Berkat melemahnya hierarki korporasi, zaman kita adalah zaman kelompok. Sebagai seorang konsultan manajemen, saya telah melihat banyak eksekutif dengan keahlian teknis yang luar biasa, tetapi memiliki kualitas kepemimpinan yang rendah. Tidak peduli betapapun cerdasnya mereka, pada akhirnya mereka mendapatkan pekerjaan yang tidak mengharuskan mereka mengelola banyak orang. Mereka sering meninggalkan perusahaan atau dipaksa keluar.

Download


Share this article :

+ komentar + 1 komentar

19 Maret 2018 pukul 10.46

Link Dead OM,.... Please Reupload ya To Google Drive.
#Syukron.

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger