Laporkan Jika Ada Link Mati!

Luka Semalam

Memang sulit untukku gambarkan perasaan ini. Kecewa sedih dan pilu bercampur baur sehingga aku tidak dapat berkata apa-apa saat ini. Bibirku seakan terkunci, Lidahku kelu untuk berkata-kata. Aku merasa ingin selalu menangis dan menjerit sekuatnya agar semua orang tahu perasaanku saat ini. Aku ingin memuntahkan semua kelukakaan yang telah lama membara dihidupku ini. Apakah aku sedang bermimpi? Atau hanya ilusi semata? Namun, aku tau semua ini adalah kenyataan. Sebuah kenyataan yang amat pahit untuk ku telan.

Keputusan umi untuk menerima lelaki itu kembali ke pangkuan kami sangat sukar untuk aku terima. Kenapa Ummi sanggup menerimanya kembali? Sedangkan lelaki itu sudah cukup mengecewakannya. Aku tidak mengerti, namun aku tahu Ummi terlalu menyayangi lelaki itu. Aku tidak ingin Ummi berkorban lagi karena sudah terlalu banyak berkorban untuk lelaki itu dan Ummi selalu terluka pada akhirnya. Kenapa ayah kembali lagi pada saat kami mulai melupakannya?

Kenapa? Apa yang keluargaku lalui selama ini telah banyak memberikan pelajaran kepadaku. Sesungguh- nya hanya Engkaulah yang mengetahui segala apa yang bersarang di dalam hati ini, tentang kepahitan, ketakutan, kepedihan, kesengsaraan, kerisauan, kebaha gian dan tentang tawa ria. Tuhanku, apakah aku terla- lu belajar dari kesalahan atau aku terlalu berhati-hati dengan hidup ini sehingga aku merasa takut sekali untuk menghadapinya lagi? Aku takut ini akan teru- lang lagi. Ya Allah, Berikanlah petunjuk-Mu.

Aku masih ingat kata-kata yang keluar dari mulut Ummi siang tadi. Aku tidak tahu apakah itu berita gembira atau sebaliknya?

"Ayah akan kembali kepangkuan kita, Tina. ?

Wanita yang selama ini sudah cukup banyak berkorban untuk anak-anaknya itu dengan tenang menyampaikan berita itu. Aku tersentak dan tertegun. Aku merasa tidak percaya mendengar kata-kata tersebut. Apakah kata-kata itu hanya sebuah gurauan? Namun raut wajah Ummi tidak menggambarkan sedang bergurau. Aku mencoba waspada dari kelukaan yang mungkin akan datang lagi secara tiba-tiba. Aku tidak mengerti kenapa berita itu yang harus aku terima pada pagi ini. Apakah tidak ada berita lain yang lebih bisa membahagiakan aku sekarang ini?

"Bagaimana dengan Ummi?" Aku bertanya dengan sesekali mendengus perlahan.

Ummi terdiam. Mungkin mengerti dengan apa yang bersarang di dalam hatiku atau menyadari bahwa berita itu tidaklah bermakna bagiku.

Aku mencoba menyembunyikan perasaanku sebab aku tidak mau umi tersingggung dengan sikapku ini. Aku menghampiri umi dan duduk disebelahnya. Suasana di ruang tamu menjadi sunyi seketika.

"Apa pendapat Tina?"

Umi memandangku dengan penuh tanda tanya. Aku ti- dak mampu untuk membalas pandangannya dan Aku pun tidak mampu untuk menjawab pertanyaan yang menurutku sangat sulit ku jawab. Hatiku sangat kecewa
"Ayah sudah banyak berubah Tina. Dia ingin menebus kesalahannya selama ini. Lagipula ayah sudah bercerai dengan wanita itu. Ayah tak bahagia dengan perkawi- nannya itu. Semua itu adalah kesalahan besar bagi ayah, meninggalkan kita dan menikah dengan wanita itu. Ayah ingin kembali ke pangkuan kita Tina" jelas umi

"Jadi, Ummi mau balikan lagi?" Tanyaku.

"Ummi hanya memikirkan anak-anak Ummi. Ummi tahu anak-anak Ummi menginginkan sebuah keluarga yang sempurna dan bahagia seperti orang lain. Ummi tidak ingi anak-anak Ummi hidup tanpa seorang ayah di sisinya. Umi tidak ingin kalian kehilangan kasih sa- yang seorang ayah. Ummi ingin anak-anak Ummi bahagia seperti orang lain. Umi." Ummi tidak dapat meneruskan kata-katanya.

Ahh aku tahu apa yang Ummi mau katakan. Ummi pasti mau menerima ayah kembali. Mataku mula berkaca-kaca. Hatiku amat pedih sekali seperti diiris dengan pisau.

Ingin menebus kesalahan dulu. Kasih sayang seorang ayah?aku lebih bahagia tanpanya. Jerit hati kecilku.

"Tapi Ummi, sanggupkah Ummi menerima lelaki yang telah banyak mengecewakan kita selama ini? Apakah umi telah lupa semua itu? Anak-anak umi lebih bahagia tanpanya sekarang. Kita dapat hidup tanpanya selama ini. Malah hidup kita sekeluarga lebih baik jika dibandingkan dengan dulu. Kenapa kita menggadaikan semua ini hanya untuk menerima ayah kembali? Kenapa umi?" Bergetar suaraku tidak dapat menahan kesedihan yang selama ini aku coba lupakan.

"Kenapa dia kembali lagi setelah dia tumbuhkan benih-benih kebencian dalam diri Tina, umi. Tina ngak bisa.." Suaraku tersendat karena tidak dapat menahan kesedihan. Aku tidak dapat meneruskan kata-kataku lagi. Air mataku mengalir dengan deras. Aku tidak bisa menahan perasaanku lagi sekarang ini. Aku tidak mau umi terluka mendengar setiap butir bicaraku. Kulihat Ummi turut menangis.

"Ummi faham perasaan Tina. Umi tau Tina nggak bisa memaafkan ayah tapi sampai kapan Tina mau terus begini, menyimpan dendam yang tak menguntungkan siapapun?? Malah Tina sendiri yang akan terseksa." bujuk Ummi sambil menyeka air mataku.

Download


Share this article :

+ komentar + 1 komentar

16 November 2019 pukul 16.02

bang jangan file exe

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger