Laporkan Jika Ada Link Mati!

Unleash Your Other 90%

Tak masalah berapa lama kita bekerja, tak soal betapa sedikit kita tidur, bukan soal betapa keras kita mencoba, sangat sedikit dari kita yang mencapai hidup seperti yang kita bayangkan atau harapkan. Ada jalan lain.

Setiap hari, saya sangat bersyukur atas tantangan kakek saya yang diberikan sejak dini kehidupan saya yang mendasari tantangan dan janji yang saya teruskan kepada Anda.

Ayah saya bekerja berjam-jam sehari dan sering pergi ke luar kota saat saya kecil. Ayah adalah seorang pria yang mencintai keluarganya, tetapi pekerjaannya, termasuk mengabdi kemanusiaan pada beberapa organisasi kesehatan dunia dan di kapal rumah sakit USS HOPE, menyedot energinya untuk waktu yang lama. Pada sejumlah kesempatan, kedua kakek saya menjalankan perannya dengan menghabiskan waktu ekstra dengan saya. Mereka berbagi pandangan dan pelajaran hidup mereka yang kemudian sangat berpengaruh pada pandangan hidup saya sendiri.

Hugh Cooper, Sr. adalah seorang surveyor, pejabat, guru, dan inspektur sekolah. Di antara berbagai benda memorabilia di mejanya, ada sebuah pigura perak yang diberikan kepadanya saat Kakek masih anak-anak pada akhir 1880-an. Terbingkai secarik kertas kuning bertulisan tinta pulpen: "Berikan yang terbaik kepada dunia dan yang terbaik pula akan kembali kepadamu."

Di ruang kerja sambil menanti Kakek pulang dari rumah sakit setelah serangan jantungnya yang keempat, saya mengamati piagam itu. Saat itu, saya baru empat belas tahun.

Sesudah setiap serangan jantung sebelumnya saat itu, belum ada operasi bypass jantung dokternya dengan sungguh-sungguh selalu bilang bahwa tak ada yang bisa dia lakukan; Kakek hanya mendapat perpanjangan waktu. Dan, setiap kali kembali dari ujung kematian, Kakek akan memanggil dan meminta saya datang ke rumahnya untuk berbincang tentang hidup dan apa yang paling utama. Saat-saat itu, Kakek tidak yakin akan masa depannya dan meminta saya segera menemuinya begitu Kakek kembali ke rumah. Kakek mencintai saya dan Kakek punya sesuatu yang penting yang diberitahukan kepada saya.

Saya mendengar pintu depan terbuka dan segera Nenek, terlihat khawatir, membantu sang suami berjalan, disangga dua tongkat, menuju sofa kesayangan Kakek. Duduk dengan susah payah. Kakek meminta saya mengambilkan pigura perak kecil dari mejanya dan duduk di samping Kakek.

"Mereka bilang, aku tak akan hidup," ujar Kakek ketika saya mendekatinya. "Aku dengar dokter- dokter itu bicara saat mereka mencoba membuat jantungku tetap berdetak. Mereka bilang, tak seorang pun bisa tetap hidup." Kakek mengedip kepa-da saya; matanya merah tetapi memancarkan semangat hidup. "Mereka salah kan, Robert?"

Meskipun saat itu adalah bulan Maret yang dingin, sinar matahari yang hangat memenuhi ruangan melalui jendela saat kami duduk bersama.

"Setelah kupikir-pikir," kata Kakek, sambil menunjuk ke bingkai perak dan memandang kalimat yang tertulis, "selama ini kurasa aku tahu apa makna kata-kata ini. Sederhana saja. Kau memberikan yang terbaik atau tidak. Pertama, kau pergi sekolah dan berusaha keras untuk mendapatkan nilai yang baik ...." Kakek menarik napas.

Kakek adalah anak pertama dari tujuh bersaudara yang menamatkan SMU-nya. Kemudian, Kakek meneruskan ke perguruan tinggi dan pada pergantian milenium masa itu, meraih gelar masternya. "Lalu," Kakek melanjutkan, "begitu kau menda-pat kerja, kau datang tepat waktu setiap hari dan bekerja keras. Ini berarti kau memberikan yang terbaik. Dengan demikian, hasil terbaik akan datang kembali kepadamu, dalam bentuk gaji dan kebanggaan."

Kakek memandangku dengan sungguh-sungguh seperti biasanya. "Selama hidup, aku telah melakukan hal yang salah.” katanya.

"Apa maksud Kakek?"

"Di rumah sakit, aku memikirkan orang-orang sangat luar biasa yang kukenal. Mereka adalah orang-orang yang terus maju saat orang lain menyerah; orang-orang yang menemukan cara saat yang lainnya menganggap hal itu tidak bisa dikerjakan. Mereka tidak hanya menetap di satu pekerjaan atau bekerja keras. Mereka meraih sesuatu yang lebih dalam dan menemukan sesuatu yang lebih. Mereka membuat sebuah perbedaan yang lebih baik. Aku tak percaya mereka memahami kata-kata ini" Kakek memegang bingkai itu sehingga kami berdua bisa melihat piagam tersebut "seperti aku memahaminya selama ini."

"Aku ingat orangtuaku dan orang dewasa lain di kampung halamanku berkata, 'Belajar dan bekerja keraslah, tapi jangan biarkan mimpimu semakin tinggi. Jika kau membiarkannya, kamu hanya akan kecewa.' 'Belajarlah menyesuaikan diri dan mengikuti arus,” kata mereka, 'itulah yang dilakukan para orang yang sukses.' Aku jadi sangat ahli dalam menyesuaikan diri dan mengikuti arus." Suara Kakek melemah.

"Robert, kau akan mendengar hal yang sama dari orang-orang di sekitarmu. Maksud mereka baik, tapi itu salah. Bagaimana seandainya aku tidak menerima hal itu? Bagaimana jika setiap hari kuperta- nyakan definisi terbaik yang sebelumnya kuyakini? Apa yang akan terjadi jika lebih kudengar nuraniku alih-alih kata orang-orang itu? Tentunya aku akan terus mencari semakin dalam dan memberikan pada dunia lebih dari yang terbaik selama ini tersembunyi dalam diriku."

"Dan jika aku melakukan hal itu," ujar Kakek, " hal yang lebih baik dari yang terbaik akan kembali kepadaku, dan kepada keluarga ini, dan kepadamu, Robert. Namun, itu tak terjadi," tambahnya, "karena aku tidak melakukannya."

"Nah, inilah tantanganku kepadamu, hidupkanlah kata-kata ini." Kakek menyerahkan bingkai itu kepada saya. Pigura itu tak dilapisi kaca; jari saya menelusuri kata-kata itu dan merasakan kertasnya yang rapuh. "Tapi, Kek," saya menyahut, bukannya ingin mengecewakan Kakek, melainkan tidak yakin bagaimana memenuhi permintaannya, "mungkin saat aku lebih dewasa.

"Usia tidak berhubungan dengan hal ini. Setiap hari kau bisa lebih mempelajari sesuatu tentang dirimu dan semua potensi yang tersembunyi dalam dirimu. Setiap hari kau bisa memilih menjadi dirimu yang lebih baik daripada sebelumnya. Kuminta kau mulai melakukannya sekarang juga."

"Tapi, bagaimana?"

"Dengan melihat ke dalam dirimu sendiri. Dengan menguji kemungkinan-kemungkinan baru. Dengan mencari apa yang terpenting bagimu, Robert. Sedikit orang yang melakukan hal itu untuk kita semua. Malahan, kita menahan napas. Kita memaling-kan muka. Kita hanya mengikuti atau terseret arus. Kita mempertahankan yang sudah ada. Kita berkata, 'Ini sudah cukup.' Kuharap, saat kau bangun...
Download


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger