Laporkan Jika Ada Link Mati!

Sungguhkah Anda Ingin Masuk Surga?

Hidup serba mewah hanya akan menyebabkan kehancuran, karena hati orang yang bergelimang kemewahan telah bersanding dengan dunia. Yang sangat memprihatinkan bahwa kebanyakan umat sekarang ini hidup dalam kemewahan yang mencengangkan, yang tentunya Islam tidak mengajarkan yang demikian.

Sampai-sampai orang fakir pun dalam hal-hal tertentu berlagak seolah ia hidup mewah. Meski realitanya ia hanya mampu memenuhi kebutuhan sekadar untuk makan sehari-harinya. Tetapi, ia memaksakan diri menyisihkan sebagian uangnya untuk membeli telepon genggam, membeli perabot mewah, peralatan terbaru dan juga parabola Dengan demikian, kerusakan mulai merambah keluarganya, bahkan melegalkan hal itu di rumahnya dengan lapang dada. Ada lagi yang menyisihkan jatah makan anaknya agar ia bisa menikmati indahnya pantai di tempat tertentu untuk beberapa hari. Dan daftar kebutuhan yang lain masih cukup panjang yang sudah ia agendakan. Hanya kepada Allah tempat mengadu.

Adapun untuk berderma di jalan Allah, sangat disayangkan ia begitu kikir Banyak alasan yang ia buat-buat, seperti: sempitnya waktu, harta yang tak memadai, ataupun alasan -alasan yang lain. Namun demi dunia dan syahwatnya, ia merelakan diri untuk memperjuangkannya, mengelolanya dan memikirkannya. Sungguh hal yang sangat memalukan.

Ini merupakan kompetisi meraup kesenangan dunia Sepertinya, bila ia tak mampu mendapatkan kesenangan dunia, ia akan hidup dalam kesengsaraan. Hatinya sunguh akan sangat terusik. Padahal sekali-kali tidak. Demi Allah, melimpahnya kesenangan dunia hanya akan banyak menambali kerugian. Oleh sebab itu, orang yang kaya akan dihinggapi keangkuhan dan kesombongan, di samping hartanya akan menjadi siksa baginya di akhirat. Sedang ia berteriak minta tolong di hari kiamat.

Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku, telah hilang kekuasaan dariku, (Allah berfirman), "Peganglah dia, lalu belenggulah tangannya ke lehernya." Kemudian masukkanlah dia ke dalam api naara yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Mahabesar. Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin. Maka tiada seorang teman pun baginya pada hari ini di sini Dan tiada (pula) makanan sedikit pun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa (Al-Haqqah : 27-37)

Sedang orang fakir memangkas agamanya dengan berlaku dengki dan kikir, lebih-lebih orang yang sebenarnya miskin namun sombong. Dengan demikian, ia termasuk orang yang dikategorikan oleh Rasulullah dalam sabda beliau:

Tiga orang yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat. Allah tidak membersihkan dosa mereka, tidak pula Dia melihat mereka, dan bagi mereka adzab yang sangat pedih yaitu, Orangtua yang berbuat zina, seorang penguasa yang pendusta dan orang miskin yang sombong.

Pertama, seorang tua renta yang berzina.

Kedua, seorang penguasa yang berdusta terhadap rakyatnya, padahal ia tidak perlu melakukan itu. Jika ia berdusta berarti ia telah melakukan penipuan. Dalam hal ini -sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama- sebenarnya motivasi untuk melakukan hal itu sangatlah lemah, sedangkan perbuatan tersebut tetap dilakukan, maka sangat besar dosanya.

Sungguh, ini merupakan hukuman yang membuat hati seorang muslim gemetar. Allah tidak berbicara kepadanya! Simaklah kisah Ka’b bin Malik kala dikucilkan Rasul Hampir saja membuat jiwanya melayang. Pikirkan jika engkau yang mengalaminya! Sekiranya engkau mendatangi orang yang engkau cintai, kemudian engkau mendapatinya berpaling darimu atau memusuhimu. Apa reaksimu kala itu? Bukankah engkau akan merasakan, bahwa dunia terasa hitam dalam pandanganmu. Engkau akan didera perasaan terhimpit dan bersedih yang membuat hatimu tercabik-cabik. Lantas, bagaimana keadaan engkau bila Allah memusuhimu, tidak berbicara kepadamu, tidak melihatmu, berpaling darimu, dan tidak membersihkanmu dan dosa? Hal yang demikian tentunya lebih dasyat dari pada siksa api Jahannam bagi orang-orang yang yakin, yang memiliki rasa cinta dan bertauhid.

Ketiga, ‘Ail artinya orang yang fakir. Meski fakir ia sombong. Jika orang kaya kemudian ia berbuat sombong dengan hartanya, ini merupakan hal yang biasa (lumrah), sebagaimana Allah berfirman:

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.” (Al-Alaq : 6-7)

Wahai hamba Allah, jika orang fakir berbuat sombong lalu, apa yang bisa disombongkan?

Saudaraku... Begitulah, bagi orang fakir yang hidupnya bergaya mewah, akan membuat Allah murka. Tidak diragukan lagi bahwa kemewahan dapat merusak putra-putrimu. Dari orang-orang yang sombong akan engkau jumpai perkataan, Aku buat anakku tidak kekurangan apa pun selamanya. Aku akan penuhi semua permintaan dan keinginannya. Ia menyangka telah berbuat baik kepada anaknya. Saya tahu bahwa kasih sayanglah yang mendorong ia melakukan semua itu, bahkan seseorang yang tidak yang tidak mampu merealisasikannya akan selalu galau dengan keinginan anak yang belum terpenuhi ini.

Hal ini sama sekali tidak mendidik anak, Bahkan ia justru menyesatkannya. Ia kehilangan sisi hikmah dari tarbiyah (pendidikan), bahkan ia telah kehilangan tarbiyah ummiyah yang benar untuk putra-putrinya.

Download

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger