Laporkan Jika Ada Link Mati!

The Guru Of Love

Kurus kering layaknya anak terlantar, seorang gadis mengenakan kurta serta suruwal yang telah pudar, ia berdiri di hadapan pintu kamar tidur Ramchandra. Di kamar itulah Ramchandra memberikan les pada murid-muridnya. “Saya amat lemah dalam pelajaran matematika. Pak,” ujar gadis itu cepat saat Ramchandra memberinya kode agar duduk di sebelahnya, yaitu pada bantal yang tersedia di lantai.

Untuk menghindari udara dingin yang tidak biasanya di akhir bulan September, gadis itu pun berbalut selendang tradisional, khasto. Ia memiliki bulu mata yang panjang dan hidung ramping, serta tahi lalat yang ditumbuhi bulu-bulu halus tepat di atas bibirnya. Rambutnya berkilau karena olesan minyak, tersisir rapi ke belakang dengan gaya formil, ia menyebut dirinya, Malati. Ia tampak lebih dewasa dibandingkan dengan para remaja yang umumnya menjadi murid Ramchandra.

“Saya memungut bayaran lima ratus rupee per bulannya, untuk tiga kali pertemuan dalam seminggu. Tiap pertemuan berlangsung selama satu jam” terang Ramchandra.

Sekilas kabut menghampiri wajah gadis itu.

"Dapatkah kamu memenuhinya?" Ramchandra mendekatkan pemanas listrik ke tubuhnya meski selimut telah membungkus tubuhnya rapat dan ia pun mengenakan kaus kaki tebal yang dijahitkan Goma untuknya. Dinding-dinding rumah susun tua, tempat Ramchandra menyewanya sebagai hunian, lapisannya tipis. Lagi pula udara dingin hari itu menjadi pertanda tidak lama lagi hawa dingin akan menyelimuti seluruh kota. Tak perlu diragukan lagi, udara dingin menusuk pun akan memenuhi penjuru rumah susun tua itu. Salah satu gulungan pada mesin pemanas telah longgar, jadi menyembul keluar dan membahayakan karena masih menyala merah. Ramchandra harus segera memperbaikinya sebelum anak-anaknya hangus terbakar gara-gara itu, sebelum musim dingin tiba, yaitu saat ‘bahkan ikan-ikan pun merasa kedinginan’ seperti yang sering diucapkan Ibunya.

“Saya berasal dari keluarga miskin.” ujar gadis itu

Ramchandra memandang keluar melalui jendela kecil di dekatnya. Dari tempat ia duduk, ia dapat melihat dengan jelas liku-liku kabel listrik dan telepon saling silang di luar jendelanya. Sebuah layangan melayang-layang menyerupai potongan kecil berwarna biru di angkasa Festival Dasham tengah berlangsung, yang berarti pengeluaran akan bertambah..

Murid-muridnya sering kali mengaku miskin walau sesungguhnya mereka berasal dari keluarga berkecukupan. Hal tersebut hanyalah sebagai alasan keberatan atas pembayaran yang harus mereka tanggung. Yah, Ramchandra pun tidak bergelimang kekayaan, ia dan Goma beserta anak-anaknya tinggal di lantai teratas rumah susun tua tersebut, dengan lantai reyot dan langit-langit yang sudah retak di sana sini. Sangat tidak nyaman. Belum lagi ruang-ruang yang lembap, hampir-hampir tak pernah mendapat cukup sinar matahari. 

Download

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger