Laporkan Jika Ada Link Mati!

Ali Topan Anak Jalanan

“Ada perkembangan maju, Pan?” Gevaert bertanya.

Ali Topan tak menjawab. Gevaert menoleh ke Bobby. “Babe gue mau beli Mercy, Vaert. Yang lebih keren dari Mercy Anna. Gua yang disuruh miara itu Mercy. Terpaksa mulai sekarang gue mau kursus mesin Mercy dong.” kata Bobby, “kalau babe lu mau beli apa, Pan?” tambahnya sambil menoleh ke Ali Topan.

“Babe gue mau beli mobil pompa tai, buat nyedot tai yang ada di kepala koruptor-koruptor!” kata Ali Topan, “makanya sejak sekarang lu suruh babe lu ati-ati, Bob. Ntar kepale babe lu yang kesedot, kan nggak lucu.” tambahnya.

“Anjing lu!” maki Bobby. Dia melotot pada Ali Topan. Tapi yang dipelototi tenang-tenang saja. Ali Topan malah melihat ke arah Maya yang sedang melenggang masuk kelas.

Ali Topan bergerak sebat meninggalkan teman-temannya, memburu Maya. “Maya!”

Maya menghentikan langkahnya di pintu kelas. Ia menoleh ke Ali Topan yang memburunya.

“Gimana, May?” tanya Ali Topan. Maya hendak menjawab, tapi dibatalkannya. Ali Topan menowel lengan Maya. Maya menowel lengan Ali Topan kembali.

“May, gimana, udah ada info?” tanya Ali Topan.

“Itu dia si Anna dateng, gua tanyain dulu ya?” kata Maya. Dia melambai ke Anna yang sedang berjalan ke arah mereka. Ali Topan cengar-cengir saja. Akhirnya dia menowel Maya.

“May, kalau gini caranya biar gua aja deh yang nanya sendiri. Nggak pake perantara-perantaraan lagi.” kata Ali Topan.

Anna mendekati mereka. Ali Topan langsung menyambutnya.

“Selamat pagi, Anna. Gimana, tidurnya enak tadi malem? He he he.” kata Ali Topan. Anna Karenina mengernyitkan dahinya.

Mustinya dia marah atau tersinggung kalau ada anak lelaki yang pagi-pagi sudah menyambutnya dengan gurauan ‘kasar’ itu. Tapi entah kenapa, senyuman Ali Topan mampu mengusap hatinya.

“Oh,baik, selamat pagi.” kata Anna. Dia melihat Maya. Maya mengerjapkan mata kepadanya. Ali Topan batuk-batuk kecil.

“Begini, An, waktu itu saya yang nimpuk kamu pakai kulit rambutan, ng…”

“Saya sudah tahu. Lalu kamu mau apa?” kata Anna.

“Nggak sih. Saya mau nanya, apa kamu dendam sama saya?” kata Ali Topan.

“Saya nggak pernah dendam sama orang. Tapi perbuatan kamu itu nggak bagus. Tau apa nggak?” kata Anna. Dia mencoba untuk marah, tapi Ali Topan melihat sorot mata yang sama sekali gagal untuk marah di mata Anna. Ali Topan tahu, Anna memang tidak marah, tapi gayanya anggun, hingga dia sungkan bersikap macemmacem, seperti kebiasaannya kalau menghadapi gadisgadis lain.

“Kalau kamu nggak dendam, terima kasih deh.” kata Ali Topan.


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger