Laporkan Jika Ada Link Mati!

Lupus (Part 1) - Ih Syereeem...

Hidup Pak Gali sepenuhnya tergantung dari bisnis sewa tanah kuburan itu. Mulanya, kalo ada yang meninggal dan mau dikubur di tanahnya Pak Gali, suka ngasih uang ala kadarnya aja untuk perawatan. Sekarang, setelah Pak Gali belajar ilmu dagang dikit-dikit dari anaknya, ia mulai menggunakan tarif khusus. Malahan kalo ada orang sakit parah dan naga-naganya bakal "isdet", Pak Gali menawarkan pembayaran dengan sistem uang muka. Down Payment.

"Kalo nggak, nanti keburu diserobot orang. Wah, ntar nggak kebagian kuburan kan repot," alasan Pak Gali. "Kalu mau yang murah juga ada kok," tawar Pak Gali lagi, "tapi sewanya ya tetap harus kontan, nggak bisa kredit."

Lagian kalo bayarnya kredit, menurut Pak Gali, anggota badan yang dikubur juga dikredit. Mula-mula tangannya, lalu kakinya, dan seterusnya dan seterusnya. Hiliihi.

Itu masih nggak seberapa, Pak Gali pun meniru cara penjualan rumah BTN dengan membuat bermacam tipe. Seperti tipe 21, tanahnya lebih kecil dan harganya juga lebih murah. Makanya Pak Gali suka menyarankan agar memesan tipe 45 saja, "Selain tanahnya lebih luas, juga bisa dibikin paviliun." Hihihi.

"Atau mau pesan yang di hook juga bisa," ujarnya masih bersemangat, "Cuma harus ada biaya tambahan. Lebih mahal. Adanya kan di tikungan jalan, orang jadi gampang kalo mau ziarah."

Pak Gali pernah juga dapat pesanan dari orang kaya yang minta kuburannya dipakein AC. Katanya biar nggak gerah. Tapi Pak Gali gak yanggupin, karena biaya operasionainya mahal. Akhirnya kuburan itu cuma dipasangin kaca nako aja. Kan udaranya tetap bisa keluar-masuk. Dan penghuninya pun nggak kegerahan.

Selain fasilitas-fasilitas tadi, Pak Gali juga menyediakan kuburan untuk orang-orang penakut. Yaitu dengan memasang pagar teralis di sekelilingnya.

Dan rencananya Pak Gali juga akan memasang interkom di setiap kuburan, biar komunikasi bisa lancar. Hahahaha...

Sementara suasana di situ tetap mencekam. Dan konon Pak Gali udah sering banget ketemu makhluk-makhluk ganjil. Kemarin dia nemu tiga, kemarinnya lagi, nemu lima. Dan besok pasti nemu tujuh biji lagi. Ya, selalu ganjil. Nggak genap.

Dan ketika genap delapan kali Pak Gali mengelilingi tanah perkuburannya itu, ia masih mendapatkan cahaya lilin yang membias dari ruang depan rumahnya. Ia membuka pintu perlahan. Karena si Drakuli, anak semata wayangnya masih asyik membaca.

Drakuli memang rajin banget. Kalo belajar pun sampai lewat tengah malam. Anaknya terkesan pendiam, tapi otaknya lumayan encer. Dia masih kelas satu SMA, dan sekelas sama adiknya Lupus, Lulu.

Download
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger