Laporkan Jika Ada Link Mati!

Kitab Fiqh Akbar

Ketahuilah bahwa Allah itu tidak bertempat. Dalilnya, Allah itu ada tapi tidak bertempat. Kemudian Dia menciptakan tempat (ruang) dalam keadaan tetap bersifat azali sebagaimana ketika Dia belum menciptakan ruang itu. Tidak dibenarkan adanya perubahan dan pergantian dalam Dzat dan sifat-Nya. Sebab, sesuatu yang memiliki ruang (tempat) dan mempunyai arah, jelas memiliki keberakhiran esensi dan juga keterbatasan. Sedangkan yang terbatas itu adalah makhluk ciptaan Allah Ta’ala.

Berdasar pada (dan bertolak dari) pengertian tersebut, mustahil bagi Allah mempunyai istri atau anak. Sebab yang demikian itu tidak mungkin bisa dicapai tanpa pergaulan, saling berhubungan, dan kemudian saling berpisah. Beristri dan beranak seperti itu jelas merupakan suatu kemustahilan bagi Allah SWT.

Andaikata ada yang mengatakan, bukankah Allah sendiri berfirman: “Yang Maha Penyayang itu bertahta di atas ‘arasy,” maka jawablab: Ayat ini merupakan ayat mutasyabih yang amat musykil diberi jawaban, termasuk ayat-ayat lain sejenis itu, bagi mereka yang enggan melakukan pendalaman dalam ilmu pengetahuan.

Artinya, ayat-ayat tersebut akan sangat membingungkan bagi mereka yang hanya mau memahami bentuk lahiriyahnya tanpa bersedia melakukan pengkajian dan penelaahan lebih mendalam. Sebab, seseorang tidak akan pernah aman dari kemungkinan terjebak dalam ketidak pastian (syubhat) dan ketidak mengertian kecuali bila ia menjadi orang yang memiliki pemahaman yang mendalam dalam ilmu pengetahuan.

Hendaknya diyakini bahwa sifat-sifat Allah itu mengandung pengertian seperti yang telah saya kemukakan terdahulu, dan bahwasanya bagi Allah tidak berlaku dimensi ruang dan waktu. Allah bebas dari keterbatasan dan keberakhiran, dan tidak butuh pada tempat dan arah.

Allah berfirman: “Tidak ada yang serupa dengan-Nya” dan terbebas dari hal-hal yang merusak semacam itu. Itulah sebabnya, Imam Malik pun tidak mau menjawab ketika ada seseorang yang bertanya tentang ayat tersebut kepadanya. Beliau antara lain mengatakan: “Istilah bersemayam itu telah disebutkan di dalam al-Qur’an, namun penjelasannya tidak dikemukakan. Beriman kepadanya adalah wajib, dan bertanya tentangnya adalah bid’ah.”

Seterusnya beliau berkata: “Kalau ternyata engkau kembali menanyakannya, akan aku perintahkan seseorang untuk mendera punggungmu. Mari kita berlindung kepada Allah dari gangguan ketidak jelasan seperti itu.”

Ketahuilah bahwasanya Allah itu Hidup, Mengetahui, Kuasa, Berkehendak, Mendengar, Melihat, Berbicara dan Kekal. Bukti atas ini semua adalah ciptaan-Nya yang demikian teratur dan tentu dan bertujuan menciptakan keserasian dan keteraturan, dan itu menjadi hukti bahwa Allah itu berkehendak, dan memustahilkan segala bentuk kekurangan yang menyebabkan Allah tidak mungkin mendengar, melihat dan berbicara, semisal tuli, buta dan bisu.

Bukti bahwa Allah itu mendengar, melihat, berbicara dan Qadim, sekaligus menjadi bukti bahwa Dia adalah kekal dan selamanya wujud. Allah SWT berfirman: “Dan bertawakkallah kamu kepada Tuhan Yang hidup dan tak pernah mati” dan “Sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu” dan “Sesungguhnya telah Kami jadikan manusia itu dengan sebaik-baik ciptaan” serta “Allah itu Maha Berbuat dan Maha Berkehendak.”

Download


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger