Laporkan Jika Ada Link Mati!

Menyingkap Mitos Wahabi

Kurangnya ilmu Qutb mengenai Islam ditambah dengan pemenjaraan dirinya membawanya merubah pemahamannya terhadap Islam sesuai dengan keadaan yang dihadapinya. Sebagai akibatnya, tulisan-tulisannya semakin radikal seiring berlalunya waktu Pada akhirnya, idelogi revolusioner Takfirnya dan sikap perlawanan terhadap pemerintah tertanam dalam pemikiran dan hati generasi muda baru yang mencari sesuatu yang lebih besar dari jalan yang gagal dari (pergerakan) Ikhwanul Muslimin. Hari ini, Qutb dipandang sebagai pemimpin ideologi ini bagi semua kelompok pemberontakan.

Model baru pemahaman Islamnya ini jelas dalam usahanya dalam membuat tafsir Al-Qur’an yang disebut Fi Dzilalil Qur’an (Di bawah naungan Al-Qur’an), Qutb tidak tertarik untuk mengikuti pendekatan yang telah baku dalam menjelaskan Al-Qur’an, yang pertama-tama ditafsirkan dengan Al-Qur’an itu sendiri bagi ayat-ayat lain yang menjelaskan artinya, kemudian dengan Sunnah Nabi menyangkut makna ayat-ayat tertentu, atau jika tidak terdapat dari keduanya, maka merujuk pada penjelasan sahabat-sahabat beliau. Oleh karena itu, ia tidak dapat dikatakan sebagai tafsir dalam sudut pandang konfensional.

Merujuk pada penjelasan para sahabat merupakan hal yang disyariatkan di dalam Islam, karena mereka menyaksikan diturunkannya Al-Qur’an dan diajarkan pengertian dan pengamalannya oleh dia yang kepadanya Al-Qur’an diturunkan (Nabi). Sebagai konsekuensinya, mereka ditugaskan untuk menyampaikan nash Al-Qur’an dan hadits yang kita baca hari ini dan juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap pemeliharaan penjelasan nash tersebut beserta penyebab dan kapan dan dimana nash tersebut diturunkan. Bukannya merujuk kepada sumber-sumber yang penting ini, Qutb menggunakan pendapat pribadinya untuk menjelaskan Al-Qur’an – disamping kedua sumber tersebut.

Sebagai akibatnya, tafsir ini mengandung sejumlah kesalahan yang telah dijelaskan oleh para ulama Salafi.

Karena ketidaktahuannya akan sistem ortodoks27 agama Islam, Qutb muncul dengan pernyataan yang bercampur aduk dari berbagai aliran Islam yang telah muncul sejak tahun-tahun awal peradaban Islam. Berada jauh dari aqidah “Wahhabi”, Qutb dipengaruhi oleh madzhab Mu’tazilah28 atau Sufi yang berlaku di wilayah tersebut di Timur Tengah. Sistem keimanan ini sangat bertentangan dengan aqidah “Wahhabi”.

Karena dia meninggalkan manhaj kembali kepada pemahaman Nabi dan para sahabatnya dalam pendekatannya terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah, Qutb menjadi tersibukkan pada kesalahan dan dosa-dosa orangorang yang berada di sekitarnya, khususnya mereka yang (berada) di kalangan pemerintahan.

Adapun kelompok Islam seperti Ikhwanul Muslimin, berusaha untuk merebut kekuasan dari penguasa Mesir, pemerintah meresponnya dengan mengawasi mereka dengans sangat ketat, kadang-kadang dengan cara yang brutal. Keadaan ini membuat Qutb membetuk pandangan tertentu terhadap dunia, dan ketiadaan dasar yang memadai dalam manhaj29 Salaf (Nabi dan para sahabatnya) menyebabkan dirinya jatuh ke dalam orientasi yang berbahaya, mengeluarkan manusia dari ikatan Islam dengan sebab dosa –dosa mereka.

Ketidaktahuan Sayyid Qutb terhadap prinsip dasar Islam menyebabkannya mengeluarkan pernyataan berbahaya yang berlebihan: “Hari ini kita berada di masa jahiliyah.30 Sebagaimana yang terjadi di masa awal terbitnya Islam, bahkan lebih buruk. Segala sesuatu di sekitar kita adalah jahiliyah.”

Download

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger