Laporkan Jika Ada Link Mati!

Ashadi Siregar (Buku 2) - Kugapai Cintamu

Dia menatap tubuh calon-calon mahasiswa yang duduk di lantai. Satu-satu wajah itu diamatinya. Dan, seperti tahun-tahun yang dulu di Kampus Gadjah Mada itu, dia melihat pancaran yang serupa. Pancaran wajah yang pasrah, patuh, dan penurut. Untuk beberapa hari ini, dia merasa dirinya bisa menjadi penguasa. Hitam katanya adalah hitam yang harus dikerjakan cama-cami yang diperintahnya.

Tetapi, kekuasaan yang hanya beberapa saat itu tak lagi menarik, sekarang. Tahun-tahun yang berlalu telah mengajarkan untuk jangan percaya pada kelembutan gadis-gadis mahasiswi baru itu. Selama masa penggojlogan, mereka akan semanis anak kelinci jinak. Tetapi, serentak mereka mendadak jadi putri kahyangan begitu perpeloncoan berakhir. Putri kahyangan yang senyumnya aduhai sinis, yang sombongnya allahurabbi.

Memang ada satu-dua mahasiswa senior berhasil memetik mawar baru di kampus ini. Tetapi, yang dialami Tody: dia selamanya salah pilih. Dia mendekati gadis yang ternyata pura-pura melayani. Jadi sambutan untuk sekuriti saja.

Seperti tahun yang lalu misalnya. Dia menerima ucapan. "Maaf, Mas Tody. Malam Inaugurasi nanti saya dijemput teman”

Atau tahun sebelumnya, "Perkenalkan, Mas Tody, ini Mas...” dan seterusnya, dan seterusnya. Itulah realita rumput kering.

Maka sekarang tak lagi ada niat mendekati seorang gadis pun. Dia mengikuti Mapram itu hanya sebagai panitia tak lebih. Dia bekerja dengan kerutinan yang pernah dialaminya selama bertahun-tahun menjadi aktivis di kampus itu. Dia mengawasi acara olah raga, perlombaan seni, mengawasi ini-itu tanpa ambisi bercinta.

Pengalaman membuat dia sebagai introvert jera. Dia lebih banyak merenungi dirinya sendiri. Lebih banyak berbicara dengan diri sendiri. Apakah yang salah dalam diriku? Kenapa aku selalu mengalami kepahitan dalam berhubungan dengan gadis-gadis?

Dia membandingkan dirinya dengan teman-temannya. Dengan Daniel, sebenarnya aku tidak kalah, pikirnya. Tapi, kenapa Daniel bisa memperoleh seorang gadis yang setia mendampinginya? Atau Fauzi. Dia juga punya pacar yang sangat manis. Kenapa dia bisa? Kenapa aku tidak?

Secara fisik, aku tak terlalu buruk. Dan, Tody mengawasi bayangan dirinya di kaca jendela. Dia bertemu dengan mata yang lunak, dan profil yang lunak pula. Dagunya tidak sekasar dagu lelaki-lelaki yang lahir di daerahnya, di Nusatenggara Timur sana. Malahan terlalu halus. Maka dia ingat waktu kecil dulu. Kerap sekali dia diganggu teman-temannya hanya karena kehalusan wajah dan tubuhnya. Oleh karena itu dia kerap berkelahi, dan kerap dikucilkan teman-temannya.

Sekarang, dia tidak dikucilkan oleh siapa pun. Tetapi, realita rumput keringlah yang dihadapinya dari hari ke hari. Cuma, tak seorang pun tahu. Tiap orang tetap mengenal dia sebagai aktivis mahasiswa yang ramah, yang selalu hadir dalam setiap kegiatan di kampus.

Dalam kegiatan sekarang, dia lebih berhati-hati. Terutama dalam menghadapi gadis-gadis cantik. Dia tak mau sekali lagi terkecoh. Terkecoh oleh kejinakan gadis yang hanya sekadar mencari pelindung selama penggojlogan.

Boleh jadi lantaran hatinya kelewat lunak maka dulu gampang tertipu. Dan, itu tak boleh terulang lagi. Keledai pun akan malu tersandung berkali-kali. Apakah aku harus mengalami peristiwa serupa sampai tiga kali? Bah, konyolnya!

Download
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger