Laporkan Jika Ada Link Mati!

Cowok #1

SEJAK hari itu, total aku menghindari Hans. Telepon kamar pun kumatikan.Tapi, aku merasa sangat berdosa. Diam-diam,aku juga merasa kangen dan kehilangan Hans. Kangen omongannya yang lucu-lucu, senyumnya, dan segala macam. Kayaknya, aku mulai goyah dengan standar usia pacarku kelak.

Tepat dua minggu sejak aku menghindari Hans.Hari Minggu ini terasa sepi. Biasanya Hans datang. Entah nanti cuma kuacuhkan, tapi dia ada di rumahku. Mencari kesibukan sendiri. Kalo nggak ikut papa berkebun, paling main game di ruang sebelah. Tapi, sekarang dia nggak ada. Kayaknya dia juga tau diri, dan nggak lagi usil terhadapku. Usil? Eh, benarkah selama ini dia usil kepadaku? Atau aku yang terlalu acuh dan angkuh? Nggak taulah....

Aku mengambil sepeda. Ngapain aja kalo di rumah gini? Bosen! Niatku main ke rumah Vera, udah lama aku nggak ke rumahnya.

"Hei Rin, tumben kamu maen?! Angin apa yang membawamu ke sini?" tanya Vera begitu melihatku masuk lewat pintu samping.

Aku tersenyum aja. "Nggak ada apa-apa, Ver. Di rumah sepi. Makanya aku pengin ke sini. Eh, sekarang si Pus udah gendut, ya?" tanyaku ketika melihat kucingnya itu.

"Ya, namanya juga binatang kesayangan!" serunya girang.

"Hei, masih tetap sama Dani juga ya, Ver?" tanyaku kaget. Habis, dulu Vera sama Dani hanya dijodoh-jodohin teman-teman. Eh, nggak tahunya malah jadi beneran. Langgeng lagi! Vera hanya tersenyum mendengar pertanyaanku.

"Kamu sendiri gimana, Rin? Sama siapa sekarang? Sama Erwin ogah, Dika nggak, Indra ditolak. Lha, terus maumu itu yang gimana?" tanyanya sambil menepuk kucingnya yang sudah selesai dimandiin.

"Nggak tahulah, Ver. Kayaknya besok aja kalo udah kuliah."

"Non, masa SMA itu nggak balik dua kali, lho! Ntar nyesel!" seru Vera sambil ketawa. "Eh Rin, aku punya temen cakep, lho. Apalagi dia juga baik. Bener, aku mengenalnya dengan baik. Dia temanku waktu di SD dulu."

"Eh, promosi, ya?" sahutku.

Dia menggeleng. "Nggak, kok. Dia itu memang baik, dan yang jelas dia masih single. Kalo nggak ada Dani, eh kali aja aku juga mau jadi pacarnya."

"Dasar kamu! Udah punya pacar ganteng masih juga ngelirik yang lain. Emang, namanya siapa?"

"Hei, komisinya mana dulu? Emangnya ada yang gratis?" tanyanya sambil menjauhiku.

"Udahlah Ver, siapa nama temenmu? Ntar aku pulang, lho!"

"Yeee ... kok, ngancam, sih? Dengar Non, namanya Hans. Johansyah."

Aku yang kaget.

"Hans? Anak kelas satu SMANSA itu?"

"Lho, kamu kenal juga Rin?"

Aku mengangguk, tapi masih bingung sama omongan Vera.

"Dia teman SD, Ver? Gimana bisa? Wong kita dua tahun di atasnya. Hans kan, masih kelas satu?"

"Eh, aku curiga, Rin! Jangan-jangan, kamu malah udah tahu segalanya soal Hans?"

Aku menggeleng.

"Nggak. Kamu pasti bohong kalo bilang dia temanmu!"

"Kamu memang ngeyel kok, Rin. Hans itu memang temanku waktu SD, pernah sekelas. Dia itu setingkat sama kita, tapi pernah tinggal di kelas dua dan kelas empat gara-gara sakit."

"Ooo, gitu, Ver?!" seruku    sambil mengangguk-angguk. Entah mengapa, aku begitu lega mendengarnya.

Download

Share this article :

+ komentar + 1 komentar

19 Maret 2018 pukul 10.23

Link Dead OM,.... Please Reupload ya To Google Drive.
#Syukron.

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger