Laporkan Jika Ada Link Mati!

The Hunger Game (Buku I)

“Dua puluh empat peserta. Hanya satu pemenang yang selamat”

Di sebuah masa ketika Amerika Utara musnah, dan dibekasnya berdiri negara Panem dengan Capitol sebagai pusat kota yang dikelilingi oleh 12 distrik digelarlah sebuah permainan yang diberi nama The Hunger Games yang wajib diikuti oleh 24 anak-anak remaja belasan tahun dari seluruh distrik. Diberi nama Hunger Games karena peserta yang menang beserta distrik yang diwakilinya akan memperoleh hadiah berupa makanan yang melimpah dan jaminan hidup yang lebih baik. Hadiah yang sangat menarik bagi semua peserta dan distrik-distrik yang diwakilinya karena seantero negeri Panem selalu dalam kondisi kelaparan.

Permainan yang dilaksanakan setiap tahun dan disiarkan secara langsung oleh TV ke seluruh penjuru negeri sebagai sebuah Reality Show itu bukan hanya acara hiburan semata melainkan dirancang sebagai sebuah hukuman atas pemberontakan yang pernah dilakukan salah satu distrik di masa lampau. Untuk itu Capitol mengharuskan ke 12 distrik untuk mengirim seorang anak perempuan dan anak lelaki yang dipilih dengan cara diundi untuk bertarung satu sama lain. Dari ke 24 peserta hanya ada satu pemenang sehingga hanya ada dua pilihan membunuh atau dibunuh!.

Katniss Everden, 16 thn adalah gadis remaja yang tinggal di distrik 12 bersama ibu dan Prim, adiknya. Ayahnya telah meniggal karena kecelakaan di tambang batu bara. Semenjak kematian ayahnya Katniss menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Kegemarannya berburu di hutan membuatnya bisa menyediakan sedikit makanan ibu dan adiknya.

Saat pengundian Hunger Games ke 74, Prim terpilih untuk menjadi peserta Hunger Games, rasa sayangnya terhadap adiknya dan menyadari adiknya tak akan mampu bertahan sebagai pemenang, Katniss merelakan dirinya menggantikan posisi adiknya sebagai peserta. Undian berikutnya jatuh pada Peeta Mellark, anak seorang tukang roti. Tanpa diduga keikutsertaan Katniss dan Peeta sebagai wakil dari distrik 12 membuat Hunger Hames ke 74 menjadi begitu menarik dan tak terlupakan bagi seluruh penduduk negeri Panem.

Tema dan alur kisah dari novel The Hunger Games yang merupakan buku pertama dari sebuah trilogy (The Hunger Games, Cathcing Fire, Mockingjay) sebenarnya sederhana saja namun yang membuatnya menarik adalah bagaimana Suzanne Collins meramu kisah action, petualangan, ketegangan permainan Hunger Games plus drama kehidupan dan romansa Katniss Everden dengan Peeta Mellark . Romansa yang mau tak mau harus dipisahkan oleh kematian. Jika Katniss ingin menjadi pemenang maka ia harus berusaha membunuh ke 23 peserta lainnya termasuk Peeta sebelum ia dibunuh oleh peserta lainnya. Bagaimana jika nanti tinggal Katniss dan Peeta yang bertahan? Haruskah mereka saling membunuh?

Selain menyajikan sisi romansanya Katniss dan Peeta novel ini juga menungkap sisi-sisi kemanusiaan, nilai-nilai persahabatan, dan pengorbanan bagi seorang Katniss. Ketika peserta-peserta lain memiliki nafsu untuk membunuh karena dibutakan oleh keinginan untuk memenangkan pertandingan, Katniss tetap berpegang pada hati nuraninya untuk tidak membunuh jika dirasa tidak perlu.

Petualangan Katniss dan Peeta untuk berjuang memenangkan permainan ini terkisahkan dengan sangat menarik, Suzanne Collins menyuguhkan detail-detail menarik bagaimana The Hunger Games berjalan, mulai dari saat pengundian peserta, masa karantina, penjurian, persiapan peserta, pertarungan antar peserta, hingga selesainya permainan. Di sini digambarkan bagaimana para juri memiliki kekuasaan yang penuh dalam mengendalikan permainan.

Karena arena permainan berupa hutan liar yang luas maka ada kemungkinan peserta Hunger Games tercerai berai sehingga tidak terjadi kontak fisik antar peserta sehingga alur permainan menjadi lambat dan penonton TV menjadi bosan. Karenanya berkat kecangihan teknologi di masa itu juri mampu merekayasa kondisi arena permainan, mereka sanggup menciptakan hujan, badai, kebakaran hutan, atau apapun juga yang menggiring peserta Hunger Games untuk saling bertemu dan saling menyerang. Tidak hanya itu saja, juri juga menciptakan tanaman, binatang-binatang rekayasa, dan mutan yang menjadi ancaman bagi tiap peserta. Bagi penyelanggara Hunger Games semakin banyak terjadi pertumpahan darah maka semakin seru permainan itu dan penonton akan semakin terhibur.

Singkat kata, novel ini memang memukau sebagai besar pembacanya, kemahiran penulis untuk menjalin kisahnya yang menarik membuat pembaca seolah berada dalam arena pertandingan. Konsep Reality Show yang akhir-akhir ini begitu sering kita lihat di TV membuat imaji kita dengan mudah menangkap suasana yang dideskripsikan dalam novel ini. Jantung kita dibuat terus berdebar-debar dari halaman ke halaman, alur kisahnya tak terduga sehingga membuat kita penasaran dan ingin segera mengetahui bagaimana akhir kisah dari novel ini.

Oleh beberapa kalangan tema yang diangkat dalam novel ini dinilai berhasil memotret wajah budaya Amerika yang sedang gandrung akan tayangan Reality Show yang menjadikan seorang yang bukan siapa-siapa menjadi populer dan menganggap berita kekerasan perang dalam tayangan berita sebagai salah satu hiburan yang bisa mereka peroleh dari layar TV.

Di sisi lain, novel ini juga banyak dikritik karena terlalu kelam dan menghadirkan kekejian lewat adu fisik para peserta Hunger games sehingga novel ini tampak terlalu sadis dan keji, ditambah lagi dengan kisahnya bahwa pembunuhan demi pembunuhan dalam novel ini dilakukan oleh para remaja yang tampak haus akan darah dan kemenangan.

Selain itu banyak juga pembaca yang menilai bahwa ide kisah novel ini tidak orisinal karena kisahnya mirip dengan film Jepang Battle Royale yang juga mengangkat sebuah reality show berdarah dimana para pesertanya harus saling membunuh untuk meraih kemenangan.

Download

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger