Laporkan Jika Ada Link Mati!

The 100th Dragonfly

KINANTI menoleh lagi ke bangku belakangnya. Kosong. Grey bolos sekolah lagi hari ini. Grey memang selalu duduk di belakang Kinanti sejak kelas satu. Alasannya, supaya gampang kalo ingin melihat Kinanti.

Ah, dasar Grey!

Tapi sejak tiga hari lalu, anak itu bolos. Satu minggu sejak mengeluh malam-malam, Grey jadi pendiam. Nggak lagi jahil, nggak lagi ngegodain anak-anak yang latihan cheer, atau jadi tukang antar jemput cewek-cewek kelas sebelah.

Jam pertama kosong. Bu Tania guru akuntansi tiba-tiba sakit. Bu guru cantik itu hanya meninggalkan tugas untuk dikumpulkan hari ini juga. Biasanya begitu selesai mengerjakan, Kinanti langsung meminjamkan ke Grey untuk disalin.

Ah, Grey ...ke mana kamu?

Hampir tiga tahun Kinanti berteman dengan Grey, sejak mereka sama-sama jadi siswa SMA Antariksa. Waktu MOS, Kinanti datang terlambat. Taksinya terlambat datang dan jalanan macet. Kinanti terpaksa melapor ke guru piket untuk mendapatkan the golden ticket supaya bisa selamat masuk kelas. Ternyata, di ruang guru piket ada Grey. Dia juga terlambat dan harus mencari golden ticket.

Guru piket pergi ke kantor Tata Usaha untuk mengambil blangko perizinan yang sudah habis di mejanya, jadi Grey ditinggal kemudian ngobrol sama Kinanti.

Dari situlah, awal mula pertemanan dengan Grey yang ternyata ditempatkan satu kelas dengannya. Kemudian, mereka bersahabat baik. Sampai-sampai waktu Kinanti memilih jurusan IPS, Grey juga mati-matian masuk kelas yang sama.

"Susah cari teman yang baik kayak kamu," kata Grey menyatakan alasannya.

Kinanti tertegun, sedikit ge-er.

"Kamu kan, baik banget, Kin. Ngasih contekan... ngasih pinjam pe-er...” sambung Grey.

"Grey!!!" Kinanti menyesal udah ge-er duluan.

"KIN, Grey ke mana, sih?"

Sophie sang supermodel, tahu-tahu berdiri di samping meja Kinanti sambil mengutak-atik kamus elektronik.

Kinanti hanya melirik. Hm, Greyholic mulai kebingungan.

Tadi ia juga ditanya Margareth, anak kelas sebelah, Ria, Nina, Shanty, dan anak-anak Cher.Bahkan, waktu ia ngumpulin LKS ke ruang guru tadi, Bu Karin guru matematika yang nggak pernah sukses mentransfer ilmunya ke otak Grey pun merasa kehilangan.

Grey, semua orang nyariin kamu ....

"Mana aku tau. Lagi pula, kenapa jadi aku yang bertanggung jawab atas raibnya Grey?" jawab Kinanti sambil pura-pura membuka buku tugasnya.

"Kamu kan, sobatnya, Non. Siapa tahu lebih ngerti dari kita-kita!" Sophie masih berharap jawaban.

Kinanti menarik bibirnya ke satu garis lurus sambil menggeleng.

"Aneh. Kemarin, Grey juga berubah jadi pendiam gitu ...," sahut Sophie sambil kembali ke bangkunya.

Semua anak masih berkutat di bangku masing-masing. Sebagian masih mengerjakan tugas dari Bu Tania, sebagian lainnya merasa dapat kesempatan menyalin pe-er bahasa Inggris yang harus dikumpulin jam ketiga nanti.

Ya, memang aneh.... Kinanti menjawab komentar Sophie dalam hati. Kinanti juga udah berkali-kali mengirim SMS tapi unsent semua.Mencoba nelepon, pasti jawabnya; "Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif..."

Huh, Kinanti jelas khawatir atas nasib Grey. Kalo ia menghubungi telepon di rumah Grey, pasti yang ngangkat pembantunya, dan akan bilang, "Mas Grey belum pulang", kalo ditanya posisi Grey, pasti dia bilang, "Wah, kurang tahu."

Download



Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger