Laporkan Jika Ada Link Mati!

Sang Penebus

Wally Lamb melakukannya lagi untuk kita. Sebelumnya, tahun 1992, dengan novel yang berjudul She’s Come Undone, Wally Lamb memenangkan hati pembacanya dengan kisahnya yang sangat menyentuh dan emosional. Narasi yang kuat, karakter tokoh yang memukau dan menyentuh hati setiap pembaca, novel She’s Come Undone dinobatkan sebagai Book of the Year tahun 1992 oleh beberapa media massa di Amerika.

Bagi yang pernah membaca novel tersebut pasti tak pernah melupakan tokoh Dolores Price yang sedang duduk di depan televisi sambil makan kentang goreng. Dia bukan pecandu makanan. Dia putus asa dengan dirinya, dia bingung menghadapai hidupnya yang penuh masalah. Dia telah membuat suatu kesalahan. Kadang, dia belajar dari kesalahan itu, terkadang dia melupakannya sama sekali. Tapi kita selalu simpati atas usaha-usaha yang dilakukannya. Sungguh menakjubkan, Wally Lamb yang merupakan seorang laki-laki mampu menulis dengan sangat detail dan menyentuh tentang apa yang ada dalam hati dan kepala seorang perempuan. Lamb mampu melakukannya dengan sangat baik.

Ya, Wally Lamb mempersembahkan hadiah lagi kepada pembaca. Novel “Sang Penebus” yang berjudul Asli I Know This Much is True ini bukan sekedar novel, melainkan juga pengalaman dan pelajaran hidup. Inilah karakter yang membuat kita terdiam begitu selesai membaca novelnya. Wally Lamb merupakan di antara beberapa penulis yang mampu membuat narasi di atas 900 halaman tanpa membuat jenuh pembacanya. Bahkan setelah 900 halaman, pembaca tetap tidak ingin meninggalkan dunia yang telah diciptakannya untuk kita atau oleh tokoh-tokoh rekaan yang hidup disana.

Novel Sang Penebus ini berat. Ya, berat memulainya dan sangat berat pula melepaskannya. Layaknya emosi-emosi James Patterson yang selalu menarik terus pembacanya tanpa mau melepaskannya.

Novelis besar berleher merah dan pemenang nobel sastra tahun 1949 dari Mississippi, William Faulkner, pernah mengatakan bahwa dia tidak pernah benar-benar menulis cerita, dia hanya mengikuti karakter-karakter tokohnya dalam menulis novel. Hasilnya, setiap cerita berkembang sangat memikat, tak terduga, dan menggetarkan. Wally Lamb melakukan hal yang sama terhadap novelnya. Karakter menjadi kendaraannya dalam bercerita, bukan plot ataupun alur. Dan terbukti, karakter tokoh Lamb begitu hidup dan dekat, kadang membuat kita tertawa, menangis, marah, simpati, merasa kehilangan, dan terharu.

Lamb membuka kisahnya dengan tindakan Thomas yang mengerikan, yakni memotong tangan kanannya dan mengumumkannya sebagai pengorbanan atas nama Tuhan. Sebuah sikap pengorbanan dan kekecewaan atas ketimpangan hidup yang terlalu kompleks. Thomas adalah saudara kembar dari Dominick Birdsey. Thomas dan Dominick adalah saudara kembar yang lahir di tahun yang berbeda. Yang satu di menit-menit akhir tahun 1949, dan satunya lagi di menit-menit awal tahun 1950. Yang satu tampak kuat, melindungi, sekaligus menakutkan, yaitu Dominick. Dan satu lagi tampak lemah, manis, namun mulia, yaitu Thomas.

Hidup bersama ibu kandung dan ayah tirinya, Dominick selalu kuat dalam menghadapi hidup termasuk kekejaman sang ayah tiri. Dominick menghadapi banyak rintangan untuk mendapatkan kebahagiaan. Dia tak pernah tahu siapa ayahnya yang sebenarnya, keluarganya tak berfungsi dengan baik, perkawinannya dengan perempuan cantik yang selalu dicintainya bernama Dessa menjadi kacau dan hancur. Bagaimanapun, penderitaan itu semakin lengkap dengan sebuah kenyataan bahwa saudara kembarnya, Thomas, menderita Schizophrenia.

Lingkungan Amerika yang serba modern, cepat, sekaligus kejam menjadi setting yang sempurna dalam kisah ini. Novel ini menunjukkan dengan sangat tajam apa yang telah dialami masyarakat Amerika pada pertengahan kedua abad ke-20. Tema novel pun berkembang sangat beragam, dari kisah cinta, psikologi, penyakit mental, disfungsi keluarga, AIDS, pembunuhan, politik, hingga persoalan agama. Semua teramu dengan apik, begitu kuat, memilukan, dan sangat memikat dari halaman ke halaman.

Untuk menyeimbangkan hidup diri, saudara kembar, dan keluarganya yang masih tersisa, Dominick tidak hanya harus bergulat menghadapi beratnya hidup dan menghadapi masa lalunya yang kelam, namun juga harus menghadapi sebuah rahasia tentang diri dan masa lalu keluarganya. Dia pun melakukan perjalanan yang mengagetkan untuk menemukan misteri siapa sebenarnya ayah dan nenek moyangnya. Perjalanan inilah yang akan membawa dirinya ke titik balik kehidupan dalam dirinya. Sebuah perjalanan psikologis dan spiritual yang membawanya kepada penemuan buku catatan harian kakeknya yang berjudul The History of Domenico Onofrio Tempesta, a Great Man from Humble Beginnings. Buku inilah yang membuka semuanya.

Dengan kompleksitas makna dan tema yang dikandungnya, novel ini mengalir dengan sangat realistis seolah-olah kita menghadapinya. Sebuah novel yang seolah-olah merupakan derivasi atas karya Pat Conroy yang berjudul The Prince of Tides dan film Dominick and Eugene.

Wally Lamb dengan tokoh protagonisnya, Dominick, tidak hanya menyuguhkan sebuah novel melainkan juga sebuah saga, dongeng, yang terus menerus melahirkan makna. Sebuah kisah yang menguras simpati, empati, tawa dan air mata. Di tahun 1970-an, psikolog anak Bruno Bettelheim menulis “The Uses of Enchantment”, yang berpendapat bahwa sebuah dongeng seharusnya mengandung sebuah emosi yang mendidik bagi anak-anak, mengajari mereka tentang kehidupan, dan mengajari bagaimana menghadapi konflik di luar dan di dalam dirinya sendiri. Maka, novel Sang Penebus karya Wally Lamb ini sangat cukup untuk menjadi novel sekaligus dongeng.

Akhirnya, sebuah buku terkadang hadir dengan fantasi luar biasa, cerita kepahlawanan yang apik, dan penuh visi besar, yang kesemuanya menantang keberanian kita untuk melihat dunia di luar diri kita. Sedangkan buku yang lainnya datang lebih halus, lebih bijaksana, mengajak pembacanya berpikir dari dalam dirinya, memberinya kekuatan untuk menanyakan hidup, kepercayaan, Tuhan, tindakan-tindakan sexual, cinta, politik, atau apapun yang mungkin ada dalam pikiran pembacanya. Novel Sang Penebus ini merupakan wakil dari keduanya. Sebuah novel yang berani, halus, menyentuh, dan menggugah baik secara emosi maupun secara moral.[]

Download

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger