Laporkan Jika Ada Link Mati!

The Trust : Harga Sebuah Kepercayaan

"MEREKA TIDAK bisa melakukan apa-apa kepadaku, Sayang. Biar bagaimana, aku adalah warga negara Hongaria. Aku berhak melewati Austria, di bawah pendudukan Nazi atau bukan.'

"Figyelem! Para penumpang Orient Express menuju Wina, Zurich, Basel, dan Paris diharapkan menaiki kereta. Rel nomor sembilan.'

Aladar kohen mengintip melalui kabin telepon yang dipenuhi asap cerutu. Ruang tunggu kelas satu langsung lengang.

"Aku harus pergi sekarang, Sayang. Sudah tiga kali mereka-. Ya, aku akan meneleponmu setelah aku sampai sana.' Dia cepat-cepat membereskan korannya. "Jangan khawatir. Akan aku pastikan uangmu akan aman ... uang kita akan aman.'

"Perhatian! Orient Express akan segera diberangkatkan. Rel nomor sembilan.'

"Aku benar-benar harus pergi sekarang. Sampaikan cium dariku untuk istvan dan Magda. Sampai jumpa.

Csökolom. Ya Sayang, setelanku baik-baik saja, kau sudah melihatnya dua jam yang lalu, bukan?'

Aladär mematikan cerutu, meraih korannya, dan melangkah menuju peron stasiun dengan koper kulit di tangan.

Ketika berhenti untuk mengambil topinya dari rak, dia melirik ke panel kaca di pintu ruang tunggu yang berada di sebelah kirinya. Dia tersenyum sendiri. Dengan setelan bergaris-garis yang dikenakannya, topi Eden, dan dasi berwarna gelap, dia merasa dirinya terlihat seperti seorang bankir-bahkan terlihat seperti seorang bankir Swiss.

"Perhatian. Orient Express akan segera diberangkatkan. '

Dia bergegas keluar dari pintu tanpa memerhatikan kalau kemeja dan dasinya dikotori oleh tetesan sup dan remah-remah roti ketika dia makan di restoran stasiun tadi.

"Perhatian. Panggilan terakhir.'

Ketika dia bergegas-gegas di stasiun yang hiruk-pikuk itu, beberapa lembar korannya terjatuh ke tanah. Dia tidak berhenti untuk mengambilnya, tidak masalah; beritanya sama di mana-mana. Dari koran lokal Pesti Naplö sampai koran berbahasa Jerman Pester Lloyd sampai Neue Zürcher Zeitung dan Manchester Guardian, semuanya memberitakan bahwa Anschluss yang dilakukan Hitler, aneksasi terhadap Austria, hanya sebuah permulaan.

Dia sampai ke kereta tepat ketika portir sedang menarik tangga kayu kecil menuju gerbong tidur. "Kerem a jegyetl' Sang portir mengulurkan tangan meminta tiket.

Aladär mencari-cari tiketnya dengan gugup. "Aku yakin tiket itu ada di sini entah di mana Dia membuka dompet kulitnya dan beberapa lembar uang serta kertas-kertas terjatuh dari sana. ketika Aladar membungkuk untuk memungutinya, dia merasakan uap panas keluar dari bawah gerbong tidur Compagnie des WagonLits yang berwarna biru tua itu.

Terdengar bunyi peluit ditiup di ujung stasiun. Aladar mendongak dan dengan malu-malu berkata, "Saya tidak tahu di mana tiket saya. Satu jam yang lalu masih ada.' ketika dia berdiri, sang kondektur melihat tiket yang dicari-cari itu menyembul keluar dari saku kiri rompi yang dikenakan Aladar. Dengan cepat dia membantu Aladar naik ke atas kereta dan lantas membunyikan peluitnya. Beberapa detik kemudian, kereta pun mulai bergerak.

Di dalam kompartemennya, Aladar meletakkan kopernya di atas tempat tidur dan mengeluarkan kotak peralatan mandinya, kotak yang diberikan oleh ayah mertuanya dua tahun yang lalu sebelum meninggal.

Aladar menyusurkan jari-jarinya di atas kulit berwarna cokelat yang lembut itu. ini adalah salah satu kotak terbaik yang pernah dibuat oleh pabrik Blauer. Dia masih bisa mendengar suara ayah mertuanya menceritakan tentang Swiss kepadanya. "Akarmi is lesz-apa pun yang terjadi, kau selalu bisa memercayakan uangmu kepada mereka. Mereka jujur. Mereka tahu bagaimana menjaga rahasia. Dan yang paling penting, mereka tahu bagaimana cara untuk tidak ikut-ikutan dalam perang ini.'

Mr. Blauer sering berkata keputusannya untuk menyimpan uang keluarga Blauer di Swiss selama Perang Dunia membuatnya dan juga pabrik kulitnya mampu bertahan ketika berhadapan dengan kekacauan dan inflasi yang terjadi pasca perang. 

Download

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger