Laporkan Jika Ada Link Mati!

Sayap Bidadari

Harum minyak wangi tercium hampir di sekujur tubuh Bobby. Rupanya di malam Kamis yang mendebarkan ini, Bobby terpaksa datang menemui Wanda guna memenuhi keinginan orang tuanya. Dia sengaja datang sendiri lantaran tidak mau jika perjodohannya sampai tersebar luas dan menjadi gosip tak sedap yang beredar di kampungnya. Maklumlah, sebelumnya Bobby juga pernah dijodohkan dengan seorang gadis manis. Belum juga mereka saling bertemu, ternyata gosip sudah merebak hingga ke pelosok kampung. Kontan Bobby dan gadis itu menjadi malu dibuatnya, apalagi setelah pertemuannya waktu itu, yang membuat Bobby terpaksa menolak si Gadis lantaran tak mencintainya. Akibatnya, mereka pun terpaksa menanggung malu dua kali lebih berat lantaran batalnya perjodohan.

Bobby tak mencintai gadis itu lantaran dia terlalu serius, bahkan tingkahnya pun terlalu kaku dan suka dibuat-buat. Padahal, Bobby lebih suka kepada gadis manja yang bertingkah apa adanya. Maklumlah, dia itu seorang pekerja keras yang sering bergelut dengan urusan serius.

Karenanyalah, dia mendambakan seorang wanita yang tidak terlalu serius dan bisa menghiburnya dengan segala tingkahnya manjanya. Saat itu Bobby betul-betul kasihan dengan gadis yang terpaksa menanggung malu lebih berat dari yang dipikulnya. Sebab, gadis itu sempat cerita kepada beberapa temannya kalau Bobby adalah calon suami yang sangat dicintainya. Karena pengalaman itulah, akhirnya Bobby lebih berhati-hati dan tak mau sampai mengulangi untuk yang kedua kali.

Setibanya di rumah Wanda, Bobby langsung dipersilakan duduk dan segera dipertemukan dengan gadis yang selama ini hanya dilihat fotonya dan didengar suaranya saja. "Hmm... Ternyata dia lebih manis daripada fotonya, dan jika dibandingkan dengan Angel jelas dia itu lebih manis” ungkap Bobby dalam hati.

"Kok diam saja, Kak?" tanya Wanda kepada Bobby.

"Aku bingung, Wan” jawab Bobby singkat.

"Kalau bingung, kenapa tidak pegangan saja, Kak?"

Mengetahui anjuran itu Bobby langsung membatin, "Heran...? Memangnya tidak ada kalimat yang lain, apa? Kenapa harus kalimat itu yang dipakai untuk anjuran orang yang sedang bingung?"

"Kenapa, Kak?" tanya Wanda heran karena Bobby tak merespon kelakarnya.

"Tidak... Aku cuma heran saja. Kita ini kan baru bertemu, tapi kenapa kau justru menganjurkanku untuk memegang tanganmu” jawab Bobby asal.

Mendengar itu Wanda langsung merespon, "Enak saja... Bukan pegang tanganku, tahu. Tapi apa saja yang bisa dibuat pegangan”

"Apa coba. Memang di dekatku ada yang bisa dibuat pegangan selain tanganmu itu?"

"Hmm... Memangnya Kakak sering berpikiran negatif ya?"

"Negatif? Bukannya kau yang berpikiran begitu, masa baru bertemu sudah memintaku untuk memegang tanganmu”

"Sudah ah, Kak Aku tidak mau membahas soal itu. Lebih baik kita bicara yang lain saja"

"Hmm… Enaknya bicara apa ya?" tanya Bobby bingung.

"Eng... Apa ya…? O ya, kenapa Kakak mau saja dijodoh-jodohkan? Memangnya Kakak tidak bisa cari sendiri ya?"

“Enak saja tidak bisa cari sendiri. Eh, Wan? Kalau kau mau tahu, sebenarnya…” Bobby tidak melanjutkan kata-katanya.

“Sebenarnya kenapa, Kak?” tanya Wanda penasaran.

"Mmm... Sebenarnya aku mau dijodoh-jodohkan karena aku percaya kalau pilihan orang tuaku-lah yang terbaik. Ya benar, kalau itu memang yang terbaik, kenapa tidak. O ya, ngomong-ngomong… Kau sendiri kenapa mau saja dijodoh-jodohkan?"

"Aku ini kan anak yang berbakti kepada orang tua, Kak. Jadi, apa pun yang menurut mereka baik, tentu baik untukku”

"Kok jawabannya nyontek sih?”

“Tidak kok, memang begitu kenyataannya” “Benarkah begitu? Eng… Sekarang aku tanya padamu. Seandainya kau itu bukan dijodohkan denganku, namun dengan seorang lelaki separuh baya yang jelek. Apa kau tetap mau berbakti?"

"Kak... Orang tuaku tidak mungkin menjodohkanku dengan lelaki seperti itu”

"Lho, kenapa tidak mungkin? Jika orang tuamu meyakini kalau orang itu baik dan bisa membuatmu bahagia, kenapa tidak?"

"Jelas saja tidak… Sebab, mana mungkin aku bisa bahagia dengan orang seperti itu”

"Apa kau sudah pernah mencobanya?"

"Belum sih... Tapi kan, aku sudah bisa memprediksi”

"Prediksi? Itu artinya kau masih ragu, dan keraguan itu tidak bisa dijadikan sebuah pegangan”

"Kau betul, Kak. Itu memang tidak bisa dijadikan pegangan. Tapi, bukankah yang terbaik itu meninggalkan sesuatu yang masih meragukan. Soalnya hal itu kan berisiko tinggi. Beruntung jika aku bisa bahagia. Kalau tidak, bagaimana coba?"

"Kau benar. Jawabanmu itu memang tepat sekali. Andai saja kau bisa menerapkan hal itu dalam urusan akhirat, tentu kau akan menjadi wanita yang beruntung”

"Lho... Apa hubungannya?"

"Begini, Wan. Bukankah sekarang ini banyak orang yang berani melakukan hal-hal yang masih meragukan. Misalkan pacaran, dusta putih, bunga bank, dan masih banyak lagi. Bukankah hal seperti itu masih meragukan karena adanya berbedaan pendapat, bahkan kini sudah menjadi polemik yang terus berkepanjangan. Ketahuilah… Hal seperti itu jelas sangat berisiko untuk urusan akhirat. Bukankah kau bilang, yang terbaik itu meninggalkan sesuatu yang masih meragukan, dan hal itu pulalah yang menjadi salah satu penyebab aku tidak mau pacaran. Ketahuilah… Selama ini, setiap kali aku mencintai seorang gadis, maka aku akan berusaha untuk segera menikahinya. Namun karena mereka memang tidak siap, akhirnya aku pun terpaksa terus menjomblo. Karena itulah, akhirnya orang tuaku tidak sabar lagi dan berusaha menjodohku dengan pilihan mereka. Dan karena aku tidak mempunyai pilihan terbaik, terpaksa aku menurut saja, itung-itung demi baktiku pada mereka. Lagi pula, aku percaya kalau orang tuaku tidak akan membuatku menderita, mereka pasti mencarikan gadis yang terbaik untukku. Bukankah kau juga demikian, mempercayai kedua orang tuamu?"

"Ya, aku pun begitu, Kak. Karenanyalah, aku pun tidak menolak ketika dijodohkan dengan Kakak. Hingga akhirnya, malam ini kita sengaja dipertemukan agar bisa lebih saling mengenal”

"Ya, kau benar. Semoga kita bisa saling mengenal dengan cara yang benar, yaitu tidak berkembang menjadi proses pacaran yang di luar batas kesusilaan, seperti yang selama ini dilakukan oleh kebanyakan orang. Akibatnya, banyak sekali wanita yang menjadi korban, yaitu hamil di luar nikah. Bahkan tidak sedikit yang menjadi pembunuh lantaran tidak menghendaki anak yang dikandungnya. Sungguh semua itu adalah bukti kalau pacaran sangatlah berbahaya. Beruntung bagi mereka yang masih mempunyai iman, kalau tidak tentu akan bernasib sama”

Download

Share this article :

+ komentar + 1 komentar

17 Mei 2019 pukul 09.24

PASWORDNYA APA BANG?

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger