Laporkan Jika Ada Link Mati!

Bukan Di Negeri Dongeng

“Tahun lalu, banjir besar melanda Tanjung Priok. Teman-teman dari partai itu yang pertama datang ke lokasi. Mereka membantu kami bukan hanya pada hari itu, tapi berbulan-bulan kemudian masih memantau keadaan kami. Mereka melakukan semua tanpa pamrih, tanpa mengajak kami masuk partai mereka. Mereka juga membuka pos-pos pelayanan masyarakat secara gratis”. Kata-kata Iwan meluncur begitu cepat.

“Lalu?“

“Saya mulai ingin tahu tentang PK. Mereka memang unik. Saya berkali-kali mengadakan demonstrasi dengan kelompok saya. Jumlahnya cuma seratusan, tapi pasti ricuh. Sementara saya lihat setiap teman Partai Keadilan turun melakukan aksi di jalan, sampai ribuan orang, tak sedikit pun ada keributan. Kelihatannya kok tenang, kok asyik”. Iwan menghirupnya air jeruknya.

Aku dan Rita berpandangan. Nyengir.

“Saya bertemu DR. Hidayat Nurwahid awal tahun ini. Wah dia memeluk saya. Padahal saya bukan apa-apa. Waktu itu, saya mengikuti ceramahnya di Al – Azhar. Saya salami dia. Eh, dia menjabat erat tangan saya, malah memeluk saya”, kenang Iwan haru. “waktu itu, Hidayat Nurwahid berkata pada banyak orang, termasuk saya:’Bahkan seandainya Anda tidak masuk ke Partai Keadilan sekalipun, tapi anda mendukung, menegakkan dan melaksanakan keadilan, yang itu berarti Anda mengamalkan Islam, maka Anda sesungguhnya sudah menjadi bagian dari kami’. Saya terharu sekali , Mbak!”

Lagi-lagi aku dan Rita saling berpandangan. Itu perkataan yang memang sering diucapkankan Presiden PK: DR. Hidayat Nurwahid.

Iwan masih ingin terus bercerita. Angin kencang Kafe Musi di area terbuka TIM tempat kami duduk, menyentuh dan menggeser lembaran-lembaran Majalah Tempo edisi terbaru, November 2002, yang ada di pangkuanku. Tak sengaja, ekor mataku membaca tulisan itu sekali lagi: “Indonesia Belum Menyerah!”

Dalam edisi tersebut terdapat “Figur Pahlawan Pilihan Pembaca”, sebuah polling yang melibatkan ratusan pembaca Tempo. Sholahudin Wahid, Hidayat Nurwahid, Abdullah Gymnastiar, Kwik Kian Gie, Susilo B. Yudhoyono, Sri Sultan Hamengkubuwono dan Iwan Fals, adalah tujuh nama yang menjadi pilihan pembaca secara berurutan.

Iwan masih terus bercerita. Angin meliukkan jilbab putihku sesekali. Tiba-tiba aku teringat wajah teman-temanku yang tak henti memikirkan masalah umat itu....

Ah Indonesia tak akan menyerah, Wan! Tak akan pernah!

Download

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger