Laporkan Jika Ada Link Mati!

Dendam Berkarat Dalam Kubur

Bibir mayat itu Ia buka. Keras dan beku tetapi dengan tekun Ia berhasil membuka mulut mayat itu pada akhirnya. Lampu senternya kembali menari-nari tidak terlalu terang tetapi cukup untuk menyinari sepasang gigi taring berwarna keemas-emasan. Perpaduan gigi taring yang indah yang atas dengan yang bawah.

“Lumayan” laki-laki itu mendesah, puas. “Daripada pulang dengan tangan hampa, lapis emas ini bolehjuga”

Ketika ia tekan dengan jari telunjuk, gigi itu bergoyang lemah.

“Gigi palsu!” sungutnya.

Ia menekannya lebih keras tetapi gigi itu tidak juga terlepas. Tidak ada jalan lain. Dua baris gigi yang saling terkatup rapat itu harus ia renggangkan untuk memudahkan ia mencabut gigi palsu itu. Senter i­a letakkan di dada mayat, dengan tetap menyala sehingga bayangan silhouet dan wajah mayat dengan wajatinya sendiri, hampir tak tampak perbedaannya. Sama-sama mengerikan. Sama-sama menakutkan.

Sukar juga.

Tetapi akhirnya berhasil juga rahang bawah dan rahang atas I­a renggangkan. Lalu, jari telunjuk nyaiƃ­a loloskan di antara kedua baris gigi itu ia jepit gigi palsu tadi dengan telunjuk dan ibu jari. Tetapi ia baru saja akan mencabutnya ketika tiba-tiba.

Mulut itu mengatup

Laki-laki itu terpekik tertahan ketika jari telunjuknya merasa kesakitan yang lumayan akibat terkatupnya rahang atas dan rahang bawah mayat tersebut. Ia menyeringai, dengan dahi basah oleh peluh. Bagaimana mungkin? Tetapi apa yang ia lihat dan alami, bukan impian buruk. Melainkan, nyata dan jelas, mayat itu mengatupkan mulutnya dengan kuat dan berusaha menggigit putus jari telunjuknya.

Selama beberapa saat, laki-laki itu dicengkam panik.

Ia berusaha menarik jari telunjuknya tetapi mayat itu menggigitnya semakin kuat. Kulit dan daging jarinya mulai terkelupas dan berdarah kemudian tulangnya yang lunak sekonyong-konyong berderak. Laki-laki itu terpekik kembali. Suaranya tinggi dan nyaring. memecah kesepian malam yang menghantui suasana di pekuburan itu.

“Persetan!” ia kemudian memaki. "Kau menyakitiku!"

Lantas, dengan naluri kemanusiaannya sebagai orang merasa dirinya terancam bahaya, Ia melakukan gerak cepat yang menentukan. Tangan kirinya yang bebas bergerak ke leher mayat itu dan mulai menjepitnya. Tetapi gigitan pada jari telunjuknya justru semakin kuat juga dan Ia sudah yakin jarinya akan putus. Dengan marah Iaki-Iaki itu kemudian merubah taktiknya. Ia tidak lagi mencekik dengan tangan kiri, Akan tetapi menjepit tenggorokan mayat itu dengan kuat, semakin kuat dan kuat juga, sampai kemudian mulut mayat itu tenbuka perlahan-lahan. Kalau saja mayat itu masih hidup tentulah dan mulutnya yang terbuka secara peksa itu terdengar suara mengerang....

Cepat ia tarik jari telunjuknya.

Ketika Ia dekatkan ke cahaya lampu senter, ia menjadi pucat pasi. jari telunjuknya yang berlumur darah itu telah patah tepat di buku tulang yang tengah. Menyadari hal itu Ia tidak lagi merasakan kesakitan, akan tetapi kemarahan yang luar biasa. Lampu senter ia angkat, ia sinarkan kewajah mayat itu. Wajah yang tadinya tenang dan diam, sekarang tampak berkerut seolah menahan sakit, dengan kedua bola matanya terpentang lebar, sementara mulutnya menganga.

Ia hampir saja meninju rahang mayat itu untuk meremukannya.

Tetapi mata Si lelaki tiba-tiba menangkap sinar lemah dan gigi palsu sang mayat. Ia dekatkan lampu senternya ke mulut mayat yang sebagian gigi, gusi dan lidahnya yang tadi pucat, kini kemerah. merahan oleh darah yang keluar dari jari telunjuknya.

“Emas!” ia terengah, sebentar. “Gigi palsunya seluruhnya terbuat dari emas! Bukan hanya di lapis emas. Tetapi terbuat dari emas...”

Download
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger