Laporkan Jika Ada Link Mati!

Trilogi Cinta Lupus Dan Poppi [3]

Poppi baru keluar dari ruang check in. Orang-tuanya menunggu. Poppi lalu mencium pipi ayah dan ibunya. Mereka pun berpisah. Poppi melambaikan tangannya, lalu masuk meninggalkan kedua orangtuanya. Orangtuanya agak sedih melepas kepergian Poppi. Mereka melambaikan tangan hingga Poppi tak tampak lagi.

Pada saat yang sarna Lupus pun tiba dan berlari dengan langkah-Iangkah pasti. Dia mencari-cari Poppi.

Padahal saat itu Poppi sudah masuk ke ruang boarding, dan sedang menyerahkan paspornya untuk dicap.

Lupus berhenti di depan terminal keberangkatan. Dia melihat papan informasi. Dia sangat bingung dan tegang, kalau-kalau nggak sempet ketemu Poppi. Dia melihat dari kaca. Ruangan tampak kosong. Dia melihat sekeliling dan memang situasi sudah agak lengang. Napasnya terengah-engah. Ketika dia mencoba masuk, penjaga bandara menahannya.

"Mau ke mana?"

"Ng, mau ketemu Poppi.”

“Poppi? Siapa tuh?"

"Ah, udahlah..." kata Lupus akhirnya dan duduk di bangku. Dia memegang kepalanya, hampir menangis.

Sementara itu, Poppi di ruang boarding juga duduk di kursi pada sebuah lorong yang sepi. Matanya merah. Dia juga menangis, sambil menutup matanya.

"All passengers of Garuda Indonesian, flight number 660 to Denpasar, please boarding at Gate E5..."

Lupus mendengar pengumuman itu. Dia berpikir, dan tiba-tiba dapet ide gila. Ia lalu perlahan bangkit, berlari menemui seorang petugas bandara yang tidak jauh darinya. Lupus bertanya, di mana tempat informasi? Petugas bandara itu lalu menunjukkan ke sebuah arah. Lupus lari menuju ke arah itu. Dia harus bisa masuk ke dalam ruang check in, untuk bisa mencapai apa yang dia mau. Penjaga yang tadi menolaknya masuk, sedang berbicara dengan rekannya. Lupus langsung dengan beraninya meletakkan tas yang dibawa di mesin deteksi barang. Penjaga melihat Lupus.

"Mau ke mana, Dik? Tiketnya?" tanya penjaga.

"Saya mau ke Denpasar, mau beli tiket di counter sana. Waiting list, Pak." jawab Lupus.

Penjaga akhirnya membiarkan Lupus masuk, sambil berpikir, Perasaan tu anak yang tadi nanyain Poppi deh.

Di dalam ruang check in, Lupus bertanya tentang sesuatu hal lagi kepada tukang sapu bandara. Bapak itu menunjukkan ke sebuah arah. Lupus lari. Tergesa-gesa.

Di ruang operator, Lupus melihat seorang wanita yang duduk di depan mikrofon. Wanita itu melihat gelasnya yang kosong. Dia bangkit dan meninggalkan ruang itu. Ketika melihat ruang itu kosong, Lupus langsung masuk, menutup pintu, menghidupkan mikrofon. Operator panik dan memanggil sekuriti bandara.

Semua orang ingin masuk ke ruang operator, tetapi pintu telah terkunci.

Dengan suara lantang, Lupus berbicara di depan mikrofon, "Poppi... Pop... mudah-mudahan kamu denger. Pop. Ini Lupus... saya minta maaf, Pop, saya... salah, seharusnya saya nggak perlu sampai nggak ngomong ama kamu. Saya sadar saya selalu perlu semangat kamu... Pop... saya mau ngasih tahu, kalo saya cinta ama kamu... Saya cinta ama kamu... saya cinta ama kamu... Bye, Pop... Bye... Pop... Bye, Pop."

Semua orang yang mendengarkan diam.

Poppi yang juga mendengar suara Lupus di ruang boarding terkaget-kaget. Tiba-tiba ada bapak tua yang duduk tidak jauh dari Poppi bertepuk tangan. Poppi diam, tak percaya kalau yang didengarnya memang suara Lupus. Dia sangat terharu. Lalu tanpa mikir dua kali lagi, dia berlari menuju ke arah luar, dan semua orang yang dilewati bertepuk tangan. Sementara di ruang operator, Lupus melihat ke luar kaca jendela. Semua orang diam memandangnya. Ada satpam, ada petugas. Tapi dari wajah mereka yang semula cemas memandang Lupus, sekarang berubah menjadi penuh haru. Lupus bangkit dari kursi dan membuka pintu.

"Maaf, Pak. Saya salah. Sekarang saya rela ditangkap."

Para sekuriti melihat Lupus. Semua diam dan membiarkan Lupus pergi. Lupus heran kenapa semua orang memandangnya. Tiba-tiba salah seorang wanita yang terharu bertepuk tangan. Semua orang bertepuk tangan.

Lupus diam, berjalan pergi.

"Lupussssss!" Tiba-tiba terdengar suara Poppi di ujung ruangan.

Lupus membalikkan badan. Tampak Poppi berlari menuju ke arahnya, menangis. Lupus histeris melihat Poppi dan mereka kemudian berpelukan. Erat. Semua menyaksikan dengan terharu.

"Sori, Pop." kata Lupus. "Saya minta maaf, Pop."

Download

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger