Laporkan Jika Ada Link Mati!

Damar Wulan

Sepanjang pasar orang-orang pada melongo, keheranheranan melihat seorang ksatria muda, sangat tampan dan gagah, membawa arit menuju ke lembah Kali Berantas, diiringkan oleh dua orang punakawannya, masing-masing menyandang cerangka. Matahari baru menyentak naik, belum jauh dari tepi langit, cahayanya masih lembut menyegarkan. Apa lagi semalam-malaman hari hujan dan air sungai pada pagi itu agak besar, kuning kemerah-merahan warnanya; embun di daun dan di rumput belum lagi kering, putih berkilau-kilauan rupanya, ditimpa sinar matahari pagi itu.

"Aduh... sayang, Den!" ujar seorang baku yang hendak turun ke kali, lalu merebut arit dari tangan Damarwulan dan menyerahkannya ke tangan orang lain, yang sama-sama berdiri di dekatnya. Perempuan itu kemudian bergegas-gegas menuju ke sungai.

"Mari Raden... silakan duduk di kedai saya saja!" ujar perempuan itu pula setelah ia naik dari kali kembali, "biarlah Pak Suta yang mengiai cerangka-cerangka itu. Sayang benar tangan yang kuning bersih dan kuat seperti tangan Raden ini memegang tangkai arit!"

"Saya anak desa Yu" sudah terbiasa melakukan segala pekerjaan yang berat-berat” jawab Damarwulan pula merendahkan diri. Adapun bakul itu, Sarinten namanya, memang seorang perempuan yang curiahan, pandai bergaul dan pandai mengambil hati siapa saja. Kedainya selalu rarnai, tak putus-putusnya orang keluar masuk; tua muda tertarik kepadanya, karena pandainya membawakan diri.

Melihat perbuatan Mbakyu Sarinten dengan Damarwulan itu orang-orang yang sedianya tidak akan mampir terpaksa mampir, karena ingin mengetahui siapakah gerangan anak muda itu dan kedua orang punakawannya. Sebentar saja telah penuh kedai itu dan Sarinten makin repot kelihatannya, ada yang meminta kopi panas, kopi pahit atau kopi mans, ada yang mau makan, ada yang menanyakan ini dan itu, hampir-hampir tiada dapat dilayaninya sekaliannya itu. Apalagi pikirannya sebagian telah tertumpah kepada anak muda yang ada di dekatnya itu. Kalau ada yang bertanya atau meminta apa-apa dijawabnya, "Silakan ambil sendiri...!"

Orang-orang yang minta susuk uangnya tidak dihiraukan atau disuruhnya mengambilnya sendiri dari dalam tempat uangnya atau dijawabnya, "Nanti..nanti...!"

Ada juga yang mendesak, karena telah berulang-ulang ia meminta, maka dijawabnya dengan tertawa, "Masa bodo...!" Ia melenggang ke sana, melenggang ke sini, tak tahu apa yang akan dilakukannya.

"Maaf, ya, Den!" katanya sebentar-sebentar kepada Damarwulan. Tamunya makin lama makin banyak itu.

Di kedai yang di sebelah, tempat Mbok Suta, tiada terkirakira pula ramainya.

Download

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger