Laporkan Jika Ada Link Mati!

Manusia Harimau [2] - Merantau Lagi

"SAYA belum pernah melihat makhluk seperti itu” kata sopir. "Yang satu agak buruk dan hitam tetapi yang lainnya berkulit agak keputihan kelihatan amat ganteng dengan misai melintang” ia mengangkat mukanya mau melihat bagaimana kesan orang yang mendengar, yang sejak tadi diam saja, tidak mengajukan pertanyaan apa pun. Saat melihat muka itulah ia terkejut dan merasa jantungnya berdebar. Orang yang di depannya itu, tua, kulit bersih dengan misai putih gagah. Mukanya seperti salah satu makhluk yang mendatangi dia tadi. Seperti inilah rupa makhluk yang memecahkan kaca mobilnya.

Dja Lubuk — memang dia Dja Lubuk — dapat membaca apa yang dipikirkan oleh sopir. Maka ia bertanya: "Makhluk yang datang ke mobil katamu, mengapa dia tidak membunuh?"

"Mana saya tahu!" jawab sopir. Orang-orang lain memandang Dja Lubuk. Tenang, keker, walaupun sudah tua.

Sopir itu tidak berani mengatakan, bahwa makhluk itu serupa benar dengan orang yang bertanya.

"Barangkali Karena kau hanya sopir” kata Dja Lubuk. Sopir tidak menjawab.

"Dan kau pawang, apakah manteramu tidak bisa menjinakkan harimau yang mengoyak mukamu?"

"Dia bukan harimau benar. Hanya setengah harimau” jawab pawang yang kini memandang Dja Lubuk, tetapi sekaligus juga melihat orang yang duduk di sebelahnya. Manusia yang mukanya serupa dengan makhluk yang merobek pipinya tadi. Dan Erwin tahu apa yang dipikir serta membingungkan si pawang.

Liong bertanya kepada orang-orang kampung apakah ada di antara mereka yang pandai mengobati luka bekas cakaran makhluk itu.

Dja Lubuk angkat suara: “Aku bukan dukun. Bukan pula orang pandai. Tetapi kalau diizinkan aku mau mencoba!"

Mendengar ini, sopir jadi sangsi, apakah benar ada hubungan orang ini dengan makhluk yang memukul kaca mobilnya.

Liong setuju, begitu juga pawang yang tadi tak melihat Dja Lubuk.

la minta air putih segelas, diputar-putarnya tujuh kali di atas meja, lalu dengan tangannya disimbahkannya ke muka pawang, membuat orang itu terkejut.

Tetapi aneh, kena percikan air itu Pandeka bukan hanya merasa sejuk tetapi juga nyeri pada luka-luka itu hilang, ia raba kedua pipinya bagaikan mengikut gerakan refleks, guratan kuku itu terasa masih ada di sana, hanya sakitnya sudah lenyap. Dalam hati sopir itu ia merasa heran. Kiranya orang ini dukun, betapa kurang ajar dia menyangka, bahwa dukun yang menghilangkan rasa sakitnya itu sama seperti makhluk berbadan harimau dengan muka manusia yang tadi memecahkan kaca mobilnya.

“Ada sesuatu yang buruk sedang kau pikirkan” kata Dja Lubuk kepada pawang.

Ia jadi takut. Dukun besar ini mengetahui apa yang dipikirnya. Memang sesuatu yang buruk.

"Ampuni saya pak. Saya tadi salah sangka!" kata Pandeka.

"Salah sangka apa?" tanya Liong.

Download

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger